Malam berganti Pagi. Semua Mahasiswa tengah mempersiapkan diri untuk kembali pada rutinitas sehari-hari mereka. Bus sudah terparkir di depan villa, mereka akan berangkat kembali ke Jakarta setelah makan siang.
Feyya sudah merapihkan baju dan barang-barangnya, karena mempunyai waktu yang cukup banyak sampai makan siang nanti, Feyya memilih untum berkeliling Villa ini.
Feyya menghirup udara sejuk dipagi itu, lalu menghembuskannya dengan senyuman yang terukir di bibirnya. Sebenarnya ia tidak bisa tidur karena kejadian semalam. Setelah pria itu mulai tenang dari serangan paniknya, Arvin kala itu langsung kembali ke kamar begitu saja setelah mengucapkan terima kasih kepadanya.
Bukan merasa lega, Feyya masih mengkhawatirkan keadaan Arvin. Ia tahu sesuatu terjadi kepadanya, entah apa itu. Walaupun ia telah membantu Arvin mengendalikan dirinya, namun Arvin belum merasa lebih baik sepenuhnya.
"Feyㅡ" sebuah suara memanggil namanya.
Feyya menoleh mendapatkan Adrian dengan jaket bomber kuningnya, membawa sebuah bunga liar di tangannya.
"Eh Ian, apa itu?"
Adrian tersenyum menyapanya, berjalan mendekati Feyya lalu memberikan bunga liar yang ia temui didekat kolam.
"Ahㅡini cuma bunga ilalang aja kok." Adrian menyodorkan dua tangkai bunga ilalang itu. Feyya menerimanya dengan tersenyum.
"Kayaknya kamu tahu banyak bunga ya."
"Itu karena bunda suka banget sama bunga. Lo ingatkan pas ke rumag gue waktu itu?"
Feyya mengangguk seraya memegang bunga ilalang itu.
"Ya, jadi gue juga gak sengaja jadi tahu banyak deh. Kalau lo main ke halaman belakang rumah gue. Pasti lo suka,"
"Eh, kenapa gitu?"
"Ada taman bunga."
"Serius?? Aku mau lihat!"
Adrian menganggukan kepalanya. "Main aja kerumah gue lagi nanti."
"Okay."
Selama beberapa menit, mereka terdiam dengan pikiran masing-masing. Suasananya menjadi sedikit canggung, entah karena apa. Feyya hanya bisa terdiam, masih memegangi bunga ilalang itu. Sementara Adrian menggaruk kepalanya yang gatal, bingung juga harus memulai pembicaraan seperti apa lagi.
"Fey?"
"Y-ya?"
Feyya tergagap karena panggilan tiba-tiba Adrian.
"Lo pernah ke dufan gak?"
"Dufan?"
"Iya. Dufan."
Kini giliran Feyya yang menggaruk kepalanya. Sebuah cengiran muncul di bibir Feyya.
"Dufan apa ya?"
"Hah??"
Kini Adrian yang cengo. Entah ia harus bersikap dan merespon seperti apa. Feyya mengerjapkan matanya dengan polos kepada Adrian. Sementara pria itu masih melongo tidak percaya.
Bagaimana mungkin gadis itu tidak mengetahui Dufan. Apakah segitu anak rumahannya Feyya sampai tidak tahu menahu tentang Dufan?
"Lo gak tau dufan?"
Feyya mengangguk dengan wajah polosnya.
Aduh lucu banget sih anak orang.
Adrian terkekeh menanggapi kepolosan Feyya. "Ih gemes dehㅡ" dengan refleks tangannya mencubit sebelah pipi Feyya hingga membuat pipi gadis itu melebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoot Me Straight
RomanceAdrian Elvan Syahreza tidak percaya namanya "Jatuh Cinta". Orang-orang bilang jatuh cinta itu bagai naik roller coaster, kalau kata Adrian jatuh cinta itu bagai jatuh kesandung batu terus nyemplung di got. Deg-degan sih rasanya tapi sakit dan jorok...