Part 38

1.5K 101 23
                                    


James Pov

----

Jantung ku berdegup kencang saat langkah kecil Nadine menghampiriku, aku ingin menulikan telinga tidak ingin mendengar kenyataan buruk yang kapan saja bisa berada dipihakku, Nadine berdiri dihadapanku yang kini masih berlutut.

"Berdiri"Suara Nadine memasuki indera pendengarku, aku masih diam tidak berdiri dari posisiku yang masih berjongkok.

"Kita pergi"Suara Nadine lembut, aku menatap Nadine tidak mengerti, lalu Nadine membantuku berdiri.

"Nadz—"

"Kita harus bawa Jamie pergi"Suara Nadine lembut, Nadine berjalan menjauhiku dan berjalan melewati kedua orang tua nya, dapat kudengar teriakan Papa Nadine yang memanggil Nadine, Nadine mengabaikan nya, Nadine berjalan dengan membawa tubuh Jamie dalam gendongan nya.

"Maaf, Nadine mencintai James"Suara nya pelan, nada suaranya jelas bergetar saat mengatakan hal itu.

"JADI KAMU LEBIH MEMILIH PRIA ITU KETIMBANG ORANG TUA MU SENDIRI?!"

"Iya, Nadine lebih milih kebahagiaan Nadine, Nadine egois maaf"

"Nadz—"

Ucapan ku terpotong begitu mendapati Nadine yang sudah berdiri dihadapan ku.

"Kita pergi, aku sudah tidak punya alasan lain untuk tinggal disini, seperti yang kau lihat aku diusir"Suara nya lirih, aku menatap Nadine sendu.

****

Aku masih berdiri dibelakang punggung kecil Nadine, dia berjongkok untuk mengemasi barang barang nya, sementara Jamie sendiri tengah mengumpul nyawa nya, beberapa menit yang lalu dengan tegas Nadine memutuskan untuk bersama ku, meninggalkan kedua orang tua nya.

Aku berjalan mendekat kearah Nadine, bisa kulihat punggung kecil itu bergetar.

"Eum..Amma kita mau kemana?"Suara Jamie serak khas bangun tidur, aku menatap kearah Jamie yang masih mengantuk, dia mungkin baru terlelap beberapa menit yang lalu.

"Kita kerumah Appa sayang"Suara Nadine pelan, bahkan saat dia bersuarapun nada suaranya masih bergetar. Nadine berdiri dari posisi jongkok nya, aku menyentuh bahu Nadine.

"Kita tidak harus mela—"

"Aku harus Jaye, mereka tidak membutuhkan ku, mereka---mengusirku"Lirih Nadine, punggung nya semakin bergetar hebat, aku tau dia menangis sekarang.

Aku memeluk tubuh Nadine dari belakang, memberikan rasa aman dan perhatian.

"Amma kenapa?"Tanya Jamie pelan.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Jamie, aku masih memeluk erat Nadine dan menciumi pucuk kepalanya.

"Mereka membutuhkan mu seperti aku yang membutuhkanmu"

"Nadine—"

"Mereka tidak membiarkan aku bahagia dengan pilihan ku, aku memilihmu karena aku tidak mau merasakan rasa yang sama lagi, cukup saat aku mengandung Jamie tidak untuk kali ini, Jaye aku membutuhkan mu sebagai Ayah dari janin yang ada diperut ku, apa itu sulit?"Lirih Nadine, aku melepaskan pelukan ku dan memutar tubuh Nadine, hidung Nadine memerah dia hanya menunduk tidak berniat memperlihatkan wajah nya.

"Terima kasih sudah memilihku, aku mencintaimu sangat"Kataku pelan dan mencium kening Nadine saat Nadine mendongkak kan kepala nya, aku melepaskan kecupan singkat ku dan berjongkok menyamai tinggi ku dengan perut Nadine.

"Hi sayang"Suaraku pelan berbicara dengan perut Nadine seolah dia mendengarkan ku, kudengar langkah kaki Jamie yang mendekat kearah kami.

"Appa kenapa ngomong sama perut Amma?"

Nikah Kontrak (TAMAT) ✔️  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang