07

3.3K 144 11
                                    

Ify's side....
.
.
.
.
.
.

.

Keesokan hari nya gue seperti biasa pergi ke kampus.  Sementara Rio,  dia pergi kerja.  Kami banyak bertukar cerita setelah kegiatan panas itu.  Gue akui,  Rio tipikal manusia dengan hormon yang tinggi.  Dia cepet banget horny ketika gue sentuh di dada bidangnya.  Gue simpulkan titik sensitif dia berada disana.  Aduh,  makin ganjen deh gue!

Penampilan gue terlihat sedikit berbeda.  Gue menggerai ambut panjang yang biasa gue kuncir,  memakai baju dengan kerah yang agak tinggi.  Bodo amat lah kalau kepanasan.  Ini gara-gara Rio yang banyak mencuri ciuman di sepanjang leher gue.  Ganas juga tu laki. 

Hari ini kuliah gue cuma sampai setengah hari,  katanya Rio mau jemput gue ke kampus setelah kuliah selesai.  Temen satu ormawa nya ada yang menikah,  jadi dia ngajak gue datang.  Gue mengiyakan ajakan dirinya,  kenawhy enggak kan? Demi memperlancar kehidupan rumah tangga kami,  begitulah intinya.

"Eh buntel anyep! Kenapa lo hari ini?". Agni dan Viana datang berdua.  Gue mengernyit bingung karena tak melihat Shilla.

" Shilla mana?". Tanya gue. 

"Ngasdos anorganik dia.  Lo kenapa hari ini?". Agni mengulang pertanyaannya. Gue tersenyum malu lalu menyentuh leher,  refleks. Mereka melirik satu sama lain seolah mencium sesuatu yang baru.

"Rambut lo di gerai?  Masih basah.  Pake sweater kerah tinggi gini.  Bukan elo banget!". Damn,  mereka terlalu tau tentang gue deh.  Malas.

" Jangan-jangan lo sama Bang Rio abis ngelakuin sesuatu yang iya iya,  ya?". Tebak Viana.  Gue berdecak kesal,  mereka bodoh atau bego sih?  Kan mereka yang ngasih saran untuk belah duren tadi malam.  Gimana sih?!

"Ayo jawab Fy!". Desak Agni sembari menggoyang - goyangkan lengan gue.  Melorot kan bahaya,  bisa ketahuan gue punya tato hasil mahakarya Rio nanti.

" Ck, iya!  Puas kalian?  Kan kalian yang bilang gitu kemarin!". Mereka malah tersenyum lebar lalu berhigh five ria.  Gue mendengus.  Mereka berhasil.

"Trus-trus gimana Fy? Lo diapain aja sama dia?  Kalian pake gaya apa?  Sempet pake women on top gak?". Astaga lambe mereka!  Gak heran gue,  berkat nonton drakor yang banyak 21++ nya mereka jadi makin gahar kalau bahas hal kayak gitu.

" Kalian apa sih! Ngapain gue ngumbar-ngumbar! Kalau mau tau, coba sendiri". Kata gue jengah.  Mereka merenggut tak terima.  Ya bodo amat lah. Tak memperdulikan kedua perempuan mesum itu,  Gue lebih memilih masuk ke kelas karena dosen gue udah datang.

***



Tak terasa waktu bergulir cepat,  gue udah selesai kuliah hari ini.  Tadi Rio mengabarkan kalau dia akan menjemput gue dan sekarang dia sedang on the way.  Gue hanya tersenyum setelah membalas chat whatsapp nya.  Gue rasa,  pipi gue bersemu merona sekarang.  Ah,  entahlah.

Sembari menunggu Rio,  gue duduk di bangku taman.  Ada banyak mahasiswa yang duduk bersama rekan mereka,  entah itu belajar atau membahas sesuatu.  Gue gak ambil pusing.  Pandangan gue tertuju kepada salah satu senior gue,  mantan pacar Rio.  Alista. Gue lihat dia sedang menunggu di parkiran saat laki-laki itu sedang memarkirkan mobil.

Gue menghela nafas panjang,  berasumsi kalau Alista masih mencintai Rio.  Gue merasa bersalah,  you know lah!. Gue mendengar percakapan mereka meskipun sedikit berjarak.  Alista masih kukuh menggenggam jemari Rio. Cish,  apa perempuan itu gak malu beradegan demikian saat di kampus?  Kampus kan tempat menuntut ilmu.  Di kira dia lagi main ftv kali ya? Gak ada malu nya.

OppositeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang