Another Part (1) of Opposite

1.6K 63 15
                                    

Cerita beralur kan ketika kecambah mereka belum lahir ke dunia..

**

Ify's side ya gaes...


Beberapa bulan mengarungi samudera bernama rumah tangga,  membuat gue harus ekstra sabar dalam menghadapi apapun.  Termasuk dengan kehamilan ini.  Empat bulan sudah gue berbadan dua.  Hasil bercocok tanam Rio berhasil tumbuh di ladang rahim gue.

Gue harus menjalani Bedrest selama seminggu pasca di vonis hamil.  Hal itu membuat Rio yang notabene sebagai suami pun harus lebih protektif lagi kepada gue. Kadang gue sedikit risih,  segala pergerakan di pantau dan dibatasi oleh Rio.

Seperti saat menghadiri pertemuan dengan para Maba alias mahasiswa baru yang diterima di Universitas, khusunya di FMIPA.. Para Maba dari empat jurusan di Fakultas mipa dikumpulkan untuk diperkenalkan kepada para petinggi ormawa fakultas. Seperti BEM fakultas, Himpunan mahasiswa,  ataupun forum kegiatan organisasi lainnya. 

"Emang anggota yang lain gak ada gitu? Masa harus kamu sih, Fy?". Tanya Rio tak suka.  Gue mengedikkan bahu pertanda malas. 

"Gak ada,  Bang! Gapapa dong aku aja. Toh,  DPH yang datang nanti ada Sean juga". Kata gue santai. 

"Kenapa gak Zaki atau Haura aja?". Gue pun menggeleng pelan.

"Zaki sama Haura lagi Munas ke Bali,  Bang! Udah deh,  gak usah se protektif itu juga. Aku bakalan jaga diri kok! Kamu tenang aja,  okey! Aku mau tidur dulu". Rio mendengus sebal lantaran gue itu bersikap santai akan kehamilan.  Padahal Rio berusaha untuk menjaga. Iya,  menjaga tau kok.

Kemudian Rio menyentuh pundak gue dan membawa gue ke pelukan ternyaman yang ia miliki.

"Aku cuma gak mau kamu kecapekan, Fy.  Gimana pun juga kamu harus banyak istirahat".

"Aku tau, Bang.  Tapi kan pengenalannya cuma duduk diem di kursi,  abis itu haha hihi sama petinggi himpunan dan BEM.  Itu doang kok". Kata gue.  Rio mengangguk paham lalu memeluk gue.

"Iya, iya! Yang penting kalau capek,  langsung balik ya! Kalau ada yang sakit,  kasih tau!".

"Iya Bang!".

***

Keesokan harinya,  gue dan Rio berangkat bersama ke kampus. Rio seperti biasa menggarap penelitian sebelum seminar proposal yang akan dia lakukan di bulan ini.
Ternyata gedung aula sudah ramai oleh para maba. Membuat gue sedikit pusing melihat mereka. 

"Banyak banget sumpah!". Kata gue tak menyangka.

"Kenapa?". Tanya Rio.

"Itu,  maba nya banyak banget! Semua jalur masuk segini banyak nya!".

"Ya iyalah! Ini mau turun dimana?". Tanya Rio saat melihat - lihat celah untuk berhenti.

"Kalau ke sekre belum ada orang,  kunci sekre juga gak ada sama aku--".

"Hubungin Sean coba! Ini udah jam setengah delapan soalnya". Kata Rio.  Gue menuruti perintah nya lalu menelfon Sean.

Tapi saat akan mendial nomor tersebut,  kaca mobil di ketuk oleh seseorang.  Gue tersenyum saat melihat Sean yang datang.

"Nah itu dia datang--".

"Aku turun ya, Bang! Nanti pulang nya bareng". Kata gue.

"Iya! Hati-hati pokoknya!". Setelah itu gue pun turun dari mobil.  Sedangkan Sean menunggu.

"Wahh buk bendahara dianter suami nih!". Katanya jahil.  Gue terkekeh.

"Iya dong! Emang elo jomblo sendiri?". Balas gue.  Sean mencibir karena omongan gue menohok hatinya.  Ya bodo amat.

OppositeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang