13

2.1K 108 19
                                    

Ify's side ya gaes....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tak terasa waktu cepat berlalu,  kehamilan gue udah memasuki enam bulan. Tahun baru juga sudah terlewati. Libur semester ini gue dan Rio memutuskan untuk pulang kampung. Gue udah masuk semester ke enam sedangkan Rio masuk semester delapan.  Gak berasa ya Allah.

Rio semakin sukses dengan pekerjaannya di kafe cabang milik Alfian. Tak lupa dia juga melaksanakan kewajibannya sebagai mahasiswa. Disela-sela kesibukannya itu,  Rio juga telah selesai melaksanakan seminar proposal untuk menggarap penelitiannya.  Maklum dia anak murni,  hum.

Liburan kali ini cuma satu bulan,  gue pengen dirumah bareng ibu dan bapak.  Untunglah Rio menyetujui nya.  Katanya dia juga rindu masakan ibu.

"Fy--". Gue berdehem sembari mempacking baju-baju kami. 

"Lagi apa?". Rio menghampiri gue dan mengusap lengan gue yang sangat montok sejak hamil. Kalian tau,  berat badan gue naik puluhan kilo tapi gue bersyukur.  Bayi gue sehat dan dia sangat aktif di dalam perut.  Oh iya,  kami sudah USG dan bayi kami perempuan dan laki-laki. 

"Packing lah,  trus ngapain lagi?". Dia terkekeh mendengar nada jutek gue.  Lalu membantu gue memasukkan baju ke koper.

" Kamu gak ke kafe,  Bang?". Tanya gue.

"Enggak--".

" Cuti kamu gimana?".

"Alfian ngasih izin tiga minggu. Gapapa kan? Kafe lagi bagus - bagusnya sekarang,  Fy". Gue mengangguk paham. Toh,  libur lama-lama juga ngebosenin.

" Gapapa kok. Kalau kelamaan libur,  Anak-anak lahir nanti mau dikasih makan apa?". Kami tertawa satu sama lain.  Setelah acara packing baju selesai,  gue mengajak Rio untuk pergi yoga khusus ibu hamil. Gak hanya yoga,  disana kami diajarkan bagaimana parenting yang baik ketika mengurus bayi.  Ah,  jadi gak sabar mereka lahir.

"Bang,  penelitian kamu?".

" Setelah libur baru jalan. Tenang aja".

"Setelah tamat kamu mau kemana? Yakin mau di kafe aja? Gak mau ke industri gitu?  Kan sayang ilmu kamu". Cerocos gue bak kereta api.

Rio tersenyum sembari mengelus pipi gue dengan lembut "Untuk sementara handle kafe dulu.  Aku mau apply pekerjaan di industri yang Alfian kasih waktu itu".

"Kalau misalkan nanti si kembar lahir,  aku cuti dulu aja kali ya?". Rio nampak berpikir

" Trus gak jadi tamat empat tahun dong?". Gue mengedikkan bahu tak tau.  Resiko menikah saat kuliah dan hamil,  ya gini.

"Kalau bisa,  aku kejarkan. Tapi ya gak cuti.  Kalau cuti gak akan bisa". Rio mengangguk paham.  Rio menerima keputusan gue apapun yang menurut nya itu baik.

Kami sampai di tempat les yoga gue,  seperti biasa kelas yoga kali ini akan di pandu oleh Intan,  seorang instruktur yang sudah berkecimpung lama di dunia yoga.

***

Keesokan harinya sebelum ke bandara,  gue ke kampus dulu.  Mau ketemu pembimbing akademik untuk membahas pengambilan kartu studi untuk semester enam.  Rio menemani gue dan ikut masuk ke ruangan beliau.

Ibu Sekar,  dosen mata kuliah spesialis kimia organik selaku dosen pembimbing akademik gue sudah menunggu di kursi nya.  Beliau tersenyum hangat dan menyuruh kami duduk.

"Apa kabar Ify?".

"Alhamdulillah,  saya baik buk.  Ibu sendiri bagaimana?". Ibu sekar ini termasuk dosen yang super sibuk,  sehingga ketika anak-anak bimbingannya ingin konsultasi sedikit susah. Main nya ke luar negeri sih.  Ehe.

OppositeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang