28

1.2K 75 23
                                    

Ify's side ya gaes..
.
.
.
.
.
.
**

Gue masih menangis di kontrakan Agni. Ada Viana dan juga Shilla yang datang melihat keadaan gue.  Mereka marah karena Rio begitu tega memperlakukan gue.  Segala sumpah serapah dan teman-teman satwa liar mereka sebut untuk Rio.

Gue juga gak mau pulang ke rumah.  Walaupun ada ibu dan mama mertua.  Ya bodoh amatlah.  Gue masih sakit hati.

"Fy,  makan malam dulu yuk! Biar dedek nya gak kelaperan". Shilla datang membawakan nampan berisi sepiring nasi beserta lauk dan segelas air putih.

"Iya Fy!  Ini udah jam delapan,  nanti gue sama Agni beliin lo susu bumil yang biasa lo minum deh. Jangan sedih lagi ya!". Kata Via menambahi. Mau tak mau gue menuruti perkataan mereka.  Mereka bertiga udah baik banget mendengarkan segala keluh kesah gue dan menenangkan gue dari siang hingga malam ini. 

Dengan telaten Shilla menyuapi gue sampai makanan tersebut habis.  Sedangkan Via dan Agni pergi membeli susu. 

"Ehm Fy,  gue boleh nanya sesuatu gak?". Tanya Shilla.  Gue mengangguk santai.

"Apa Shill?".

"Lo beneran gak mau pulang ke rumah? Nanti ibu sama mama mertua lo curiga gimana?". Gue menghela nafas panjang.  Kepikiran sih,  tapi ya itu. Gue masih marah dengan Rio.

"Soal cemburu itu,  gue rasa emang kesalahpahaman diantara kalian. Ehm,  lebih tepatnya Bang Rio sih--". Gue menatap Shilla yang dibalas anggukan olehnya.  Gue juga mikir gitu.

"Ada baiknya kalian bicara dari hati ke hati.  Jangan berantem lagi lah,  apalagi soal cemburu buta gini kan! Kasihan anak kalian nanti. Tegasin ke Bang Rio kalau lo dan David emang gak ada apa-apa.  Kalau perlu bawa David ngejelasin juga--".

"Belum apa-apa tu anak udah collpase duluan,  Shill". Kata gue malas. Shilla pun tertawa kecil.

Lalu shilla menepuk pundak gue "Percayalah,  kalian hanya perlu bicara dan terbuka. Suami lo itu emang tipe orang tempramental dan yah cemburuan".

"Banget malah! Heran gue,  kok gue tahan sama dia.  Sampai mau punya anak segala".

Lagi Shilla tertawa "Itulah takdir Allah.  Segimana pun lo mengelak,  kalau emang jodoh tetep balik ke elo kok! Karena setiap tulang rusuk sudah diciptakan untuk melengkapi pemiliknya yang tepat". Gue tersenyum mendengar nasihat dari Shilla.  Meskipun dia jomblo tapi pengalamannya mengamati sekitar untuk dijadikan pelajaran patut diacungi jempol.  Gak heran kalau dia termasuk jomblo berkelas,  menurut gue.

Agni dan Viana sudah pulang dari minimarket,  Agni bertugas membuatkan gue susu sebelum tidur.  Rasanya gue pengen tidur aja.  Capek kalau mau pulang sekarang.

"Kita anterin lo pulang ya Fy". Kata Via.  Gue menggeleng pelan.

"Besok aja Vi.  Malas gue".

"Kalau yang kalian risaukan ibu dan mama mertua gue,  biar gue hubungi mereka". Langsung aja gue ambil ponsel dan menelfon ibu.  Mereka hanya diam memperhatikan.

"Hallo assalamu'alaikum,  Ibu".

"Waalaikumsalam,  Fy. Kamu dimana? Kok belum pulang juga sih?".

"Ify di rumah Agni,  Bu. Nginep disini,  bahas tugas.  Capek mau pulang.  Gapapa kan Bu?".

"Iya gapapa.  Kamu udah makan? Udah kabarin suami kamu?". Gue mendelik sekilas.

"Ify udah makan kok,  hm soal Rio--".

"Dia juga belum pulang,  apa masih di kafe ya?". Ibu malah bertanya. Seketika perasaan gue jadi gak enak.

OppositeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang