09

2.9K 143 27
                                    

Rio's side ya gaes...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Selamat istri anda hamil!". Kalimat bahagia yang gue nanti selama ini terdengar juga.  Alhamdulillah,  ya Allah. Akhirnya gue bakalan punya anak.  Dokter Daniar tersenyum melihat reaksi gue.

"Tolong kandungan istri nya di jaga,  ya! Usia janinnya sudah berjalan empat minggu, masih terlalu rentan". Jelas nya lagi.  Gue mengangguk paham.

"Ada yang harus menjadi larangan untuk Ify,  Dok?  Misalnya kegiatan atau apa?  Mengingat kami berdua masih kuliah dan kemungkinan jadwal padat". Kata gue meminta saran. 

"Ada!  Kegiatannya jangan terlalu berat,  jika kegiatannya outdoor,  usahakan bumil jangan ngangkat berat-berat dan jangan kecapekan,  nanti saya kasih vitamin dan rekomendasi susu ibu hamil untuk istri anda". Sepertinya kerja gue akan ekstra mengingat Ify tengah berbadan dua sekarang.

Setelah mengucapkan terimakasih karena Ify tak kenapa-kenapa,  gue pun melihatnya di ruangan.  Dia tengah menutup mata dan menatap ke arah luar. Gue menghampiri dan menyentuh keningnya.

"Sayang!". Dia tersenyum manis lalu mengambil tangan gue yang ada di keningnya.

"We'll be a parents!". Kata gue bahagia,  dia terkekeh dan mengangguk riang.  Dia menyentuh perut rata yang berisi janin itu.

" Alhamdulillah! Aku seneng banget akhirnya dapat amanah ini,  Bang". Katanya terharu.  Gue mengangguk setuju.  Kami di percaya menjaga titipan sang Maha Kuasa. Tiba-tiba gue teringat kejadian yang menimpa Ify tadi.

Pandangan gue berubah menjadi selidik tajam "Kenapa kamu dengan Alista,  Fy? Kenapa dia bisa dorong kamu?". Gue lihat dia menghela nafas panjang.

"Dia nanya soal hubungan kita.  Dan ngancam--".

"Ngancam gimana?". Tanya gue gak nyantai,  Ify mendengus sebal karena gue motong ucapannya.

"Dia ngancam kalau gue ngerebut elo,  dia bakalan buat perhitungan sama gue! Dah puas?!". Panggilan Ify berubah menjadi gue-elo.  Gue gak suka sih,  tapi gue tau dia lagi kesel ya sudah lah.  Besok kalau dia masih nyebut elo-gue lagi,  bakalan gue lakban pake bibir gue.  Lihat aja!

"Ck!  Udahlah,  gak usah dengerin dia!".

" Aku ngaku ke dia kalau kita udah menikah". Kata Ify pelan.  Gue mengelus pipinya pelan.

"Aku juga! Bahkan di depan anak-anak kimia yang ada disana tadi".

" Sumpahlah???". Dia bertanya namun seperti berteriak,  kesel juga gue kadang.  Untung bini gue.  Ck dasar cinta!

Sebenernya gue yang akan buat perhitungan ke Alista karena dia udah berani - beraninya nge dorong Ify sampe pingsan. Demi apa,  istri gue lagi hamil. Untung aja calon bayi kami gak kenapa-kenapa.  Kalau sempat terjadi sesuatu,  Alista habis di tangan gue.

"Kita pulang ya!  Kamu harus istirahat kata dokter.  Jangan banyak kegiatan,  masalah asdos kamu gak boleh ambil banyak - banyak kelas,  Fy!". Dia mengangguk patuh, dan gue seneng ngeliatnya.  Memang istri penurut harusnya gitu.

***

Kami pulang kerumah setelah sebelumnya mengambil vitamin dan obat-obat yang harus Ify minum untuk penguat janin.  Gue gak ngerti sih,  gue Terima aja.  Toh,  Ify kayaknya paham.  Ehe. Sebelum pulang tadi pun kami sempat berbelanja stok bahan makanan di dapur,  sekalian membeli susu ibu hamil yang di rekomendasi kan oleh Dokter Daniar.

"Bang--". Ify memanggil gue.

"Kenapa Fy?". Dia menyerahkan secangkir teh hangat ke gue. 

" Masalah yang tadi,  gimana jadinya? Aku takut nanti Kak Alista makin nekat,  Bang". Katanya takut.  Ify sedang hamil dan dia gak boleh sampai stress,  akan berbahaya untuk anak kami nanti.

OppositeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang