18

1.3K 88 42
                                    

Rio's side ya gaes...

.
.
.
.
.
.
..

***

"Apa kata lo?!". Gue masih belum menyadari orientasi yang alista berikan.

"Gue hamil, udah dua bulan". Ulangnya. Alista semakin terisak dan isakannya membuat gue terpukul. Perempuan ini, perempuan yang dulunya gue jaga setengah mati. Yang gue lindungi dan gak pernah gue sentuh sedemikian dalam hingga merebut mahkotanya. Dan sekarang, dia telah rusak oleh manusia tak bermoral.

"Siapa?".

"Lo kenal dia". Jantung gue berdegup cepat seketika.

"Siapa Lis?!". Bentak gue. Meskipun dia bukan lagi pacar gue dan hanya mantan, tapi Alista masih temen gue. Apalagi dia satu pembimbing akademik dengan gue.

"Jeno. Anak 2016". Kurang ajar! Jeno adalah orang yang mengirimkan video Alista mencium gue waktu itu ke Ify.  Gue tau ketika itu Denis dan Halim yang ngasih tau.  Sedikit bersyukur karena dia membuat semua orang tau kelakuan Alista seperti apa.  Tapi gue gak nyangka dia bakalan merusak Alista sebegitu bejatnya.

Mata gue terpejam,  tangan gue mengepal erat. "Sejak kapan lo berhubungan dengan dia?".

" Hikss,,  udah dari November lalu.  Tapi puncaknya Desember kemarin--". Alista tergugu menceritakan kisahnya.  Gue pun gak sampai hati. 

"Kalau lo tau itu anak Jeno.  Kenapa gak minta pertanggungjawaban ke dia? Atau itu anak dari laki-laki lain?--".

"Gak! Gue gak pernah main dengan laki-laki mana pun--"

"Who's know? Lo sering keluar masuk bar dan berakhir menyedihkan,  Lis!  Apa kepergian gue dihidup lo membuat lo luluh lantak gitu aja? Dimana Alista yang gue kenal? Alista yang gue kenal itu,  dia pantang untuk lemah. Selalu semangat! Kenapa sekarang hanya karena gue,  lo jadi bego gini?". Katakan lah gue menghakiminya terlalu dalam.  Tapi gue mau dia sadar.

"Demi Tuhan gue gak pernah main dengan laki-laki mana pun! Cuma Jeno yang pernah nyentuh gue-- dia,  dia maksa gue--". Lanjut Alista. Kenapa gue gak yakin dengan ucapan Alista? Gue yakin Jeno gak seperti itu.

"Jeno,  dia gak mau tanggung jawab Yo". Gue menggeram kesal.  Sedikit bingung dengan masalah yang dialami Alista.  Lagi,  kenapa dia malah ngadu ke gue? Kenapa gak langsung mencak-mencak atau nangis guling ke Jeno aja? Heran deh.

"Mending lo pulang! Tenangin diri lo sekarang.  Gue tau lo lelah". Gue juga lelah,  baru nyampe jakarta udah gini aja.  Hm.

"Tapi Yo--".

"Pulang Alista!". Suara gue naik satu oktaf hingga membuat perempuan itu terperanjat kaget.  Maaf,  tapi gue harus tegas. 

Tanpa membantah lagi,  Alista pun meninggalkan gue.  Gue terduduk lemas,  harus bertindak apa untuk membantu nya.  Meskipun dia hanya mantan tapi dia tetep temen gue. Sesama teman kan saling membantu.

Pintu ruangan di ketuk oleh Halim.  Dia menatap gue seolah bertanya ada apa.

"Hai Lim!  Kenapa?".

"Alista nangis keluar dari sini.  Lo apain?". Wait,  kok gue sih? Kampret emang.

"Gue suruh dia pulang.  Gak salah  dong!". Kata gue santai.  Halim duduk didepan gue dan menepuk pundak gue.

"Gue tau di lagi hamil muda--". Praktis pundak gue yang tadinya menekuk menjadi tegak.  Halim tau.

"Dia cerita dua hari yang lalu.  Jeno pelaku nya. Temen istri lo". Gue mengangguk paham.

OppositeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang