31

1.5K 80 17
                                    

Gaess maapin diri ini baru bisa update. Dikarenakan gue baru balik mudik dan di sana susah banget jaringan. Apalagi untuk ngepost, hiks.

Semoga teman-teman masih bertahan dengan opposite yang hampir selesai ini. 😆😁.

This is for you gaes..

***

Ify's side ya..
.
.
.
.
.
.
.
.

**

Setelah sekian lama menghadapi masalah yang datang di keluarga kecil gue, akhirnya selesai juga. Semua nya terselesaikan dengan kepala dingin. Ya meskipun gue dan Rio sama-sama berhati keras. Tapi salah satu dari kami alhamdulillah bisa menekan ego.

Itulah yang gue harapkan dari sebuah keluarga. Sebesar apapun badai menerpa, jika saling menguatkan dan ada yang harus mengalah demi keberlangsungan rumah tangga, kami akan melakukannya.

Waktu yang bergulir cepat membuat gue dan Rio gak sabar untuk menantikan kehadiran kedua anak kami. Rio sudah di wisuda bulan Maret, sekarang sudah bulan April. Wah, gak berasa ya. Eh.

Hari perkiraan lahir gue kata Dokter Daniar tanggal 11 April. Tapi bisa jadi maju atau mundur. Begitulah kira-kira. Gue terus menyiapkan mental kalau tiba-tiba melahirkan di tempat tertentu. Ah, semoga saja tidak. Semakin lama Rio semakin protektif kepada gue, dia gak memberikan gue izin untuk pergi sendiri sejak pecah ketuban dini itu. Haha, dia terlalu panik.

Walhasil, ke mana-mana gue musti ada temen. Tiga serangkai yang menjadi sahabat gue itu diberdayakan oleh Rio. Gak heran, dasar bos. Hm, banyak cerita lah ingin gue bagi ke kalian semua. Salah satunya sih perihal David dan Rio.

Mereka sudah akur, alhamdulillah. David juga meminta maaf karena sikapnya yang sedikit kurang ajar kepada gue. Menurut tu anak. Ya, karena Rio akan menjadi calon bapak, gue tuntut dia untuk lebih dewasa dalam menyikapi sesuatu.

Indahnya melihat mereka akur, gue akui kalau David memang tipe manusia yang tak mengambil pusing sebuah masalah. Dia akan menerima dengan lapang dada dan mengakui kesalahan. Sayang dia gak seiman dengan Viana, jujur gue mau menjodohkan mereka berdua. Melihat Viana dan Halim tak memperlihatkan hubungan tersebut hidup. Mereka terlalu kaku jika disandingkan.

Viana pernah cerita kalau Halim mengajaknya makan malam berdua. How's romantic, but nothing special itu kata Viana. Gue juga melihat begitu. Halim sering membantu nya meskipun Viana tak meminta. Entah memang gaya Halim yang sedikit kaku dengan perempuan yang dia sukai, gue juga gak tau.

Tapi Rio pernah cerita juga, Halim menaruh rasa kepada sahabat gue itu. Gue seneng mendengar nya. Gue cuma berharap mereka diberikan yang terbaik. Soal Viana dan David juga pernah terjadi. Waktu itu, David ikut jalan-jalan bareng gue dan Viana.

Dia memang tipe orang yang ramah kepada siapa saja, termasuk kepada Viana. Perhatian kecil terlempar sejak itu, gue mencoba menarik suatu benang merah. Namun masih sangat kusut, kusut karena keyakinan yang tak bisa disatukan.

Satu hal yang gue ingat ketika David main kerumah, gue pernah menanyakan kepada nya bagaimana perasaannya kepada sahabat gue.
Dia menjawab dengan penuh wibawa.

"Gue sih gak menuntut banyak, Kak. Karena gue tau tembok kokoh itu sulit untuk di jamah. Terlebih gue tau, Kak Viana orang yang taat kepada Tuhan nya, begitu juga dengan gue. Begini - begini gue rajin pergi ibadah dan ikut acara gereja".

Sangat sangat David sekali, gaes. Gue cuma bisa tersenyum menanggapi ucapannya kala itu. Gue tau, apa yang dipilih olehnya itu yang terbaik, karena dia yang tau kemampuan dirinya tersebut.

OppositeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang