32

1.6K 82 33
                                    

Rio's side ya gaes..
.
.
.
.
.
.

**

Gue mengantarkan Ify ke kampus seperti biasa.  Setelah ia memastikan dia masuk kelas,  gue memilih ke laboratorium kimia untuk menemui Pak Bandar selaku dosen pembimbing gue.  Beliau menghubungi gue ketika sudah sampai di kampus,  kebetulan sekali ya.

Gue memasuki laboratorium,  seperti biasa laboratorium selalu ramai oleh mahasiswa dan dosen.  Gue menelusuri sayap kanan dimana ruangan Pak Bandar berada.

"Assalamu'alaikum,  Pak". Beliau menghentikan pekurannya terhadap bacaan yang ia tekuni.

"Waalaikumsalam, silahkan masuk Rio!". Gue pun masuk dan duduk setelah dipersilahkan.

"Maaf sebelumnya Pak,  ada apa ya?".

"Teman saya membutuhkan seorang karyawan di perusahaan nya bagian quality control.  Saya merekomendasikan kamu untuk menduduki posisi itu,  Rio". Bagaikan guyuran hujan es di padang pasir,  gue mendapatkan keberkahan dari datangnya berita ini.  Pak Bandar memberikan gue akses untuk mendapatkan pekerjaan tanpa tes.  Masha Allah. Allah sangat baik kepada gue.

"Tapi Pak,  saya merasa belum pantas--". Pak Bandar berdecak mendengar ucapan gue.

"Saya tau kamu,  Rio! Kamu mahasiswa bimbingan saya yang ulet dan teliti.  Makanya saya gak ragu untuk mengajukan nama kamu kepada teman saya itu.  Beliau juga orang yang  baik dan bijak.  Dia menyukai mahasiswa fresh graduate untuk bergabung di perusahaan nya.  salah satunya kamu yang saya ajukan". Kata Pak Bandar tanpa beban.  Gue tersenyum tulus kepadanya.

"Terimakasih atas bantuan bapak.  Saya gak nyangka kalau pekerjaan  akan datang secepat ini--".

Pak Bandar ikut tersenyum "Kamu berhak mendapatkan nya,  Rio".

"Saya bersedia Pak!". Senyum lebar Pak Bandar tercetak sempurna.

"Great! Lusa kita akan bertemu dengan beliau saat makan siang.  Nanti Bapak kabari kamu ya, Nak". Kata nya.  Gue cuma mengangguk patuh dan berterimakasih kepada beliau.  Setelah urusan gue selesai dengan Pak Bandar,  gue pun keluar dari ruangan tersebut.

Saat gue berada di lobi labor,  ada Alista dengan perut besarnya berjalan hendak masuk labor.

"Hai Lis!". Sapa gue.  Dia tersenyum kecil. Dengan perut sebesar itu,  gue jadi keinget Ify. Ah,  istri ku.

"Hai Rio! Lo mau kemana?".

"Mau ke--".

"Bang Rio,  Bang Rio!". Roma,  adik kelas gue datang tergesa-gesa dengan motor matic nya.

"Kenapa Roma?". Tanya gue.

"Bini lo mau melahirkan! Ketuban nya pecah,  tapi darah yang keluar gitu". Gue mendadak gusar karena ini yang kedua kalinya Ify pecah ketuban.  Apa waktunya kami akan bertemu dengan twins?

"Terus Ify dimana sekarang?".

"Lagi otw ke rumah sakit,  Jeno tadi yang bawa!". Ah shittt,  disaat seperti ini malah anak itu yang ada disamping Ify. Tanpa pikir panjang,  gue mengikuti mobil Jeno yang belum terlalu jauh keluar dari gapura kampus.

Gue mengklakson mobil tersebut.  Dari kaca luar terlihat jika Jeno yang mengendarai,  sepertinya Ify ada di kursi belakang  bersama teman lain.

Ketika mobil tersebut berhenti gue menyuruh Roma membawa mobil gue dan gue mutasi ke kursi belakang mobil Jeno.

"Bang,  sakit". Lirih Ify.  Dia memejamkan matanya seolah tak kuat untuk terjaga.  Hati gue teriris melihat penderitaannya. Begini kah rasanya jadi perempuan? Setiap bulan mengeluarkan darah,  ketika akan melahirkan mengeluarkan darah juga.  Tapi masih banyak yang menyakiti perempuan. Pikir-pikir ulang deh buat lo pada.

OppositeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang