Another Part (3) of Opposite

754 45 12
                                    

Cerita ini masih berkisah tentang kelanjutan part kemarin ya gaes, kalau lupa baca ulang aja hihi 😊




***

Setelah kembali dari sekre HMJ, Ify menarik langkahnya menuju auditorium fakultas. Masih ada beberapa pengurus ormawa yang menghuni ruangan besar tersebut. Salah satunya ada Adrian.

Pemuda asal Jambi itu melempar senyum kepadanya. Banyak yang mereka ceritakan tadi selagi makan siang. Ia akui, Ify memang mempunyai data tarik tersendiri untuk bisa dekat dengan laki-laki. Salah satunya, dirinya.

Mereka dekat ketika tahun pertama kuliah dan berujung renggang karena dirinya memiliki orang lain setelahnya. Dan ia mendapatkan kabar jika Ify telah dipersunting oleh senior jurusan gadis itu. Kini, Adrian harus menelan rasa pahit dan getir ketika dirinya menyandang status single dan ify pun tak bisa ia raih.

"Fy--". Adrian memanggil.

"Ya, kenapa?". Tanya Ify. Wanita itu membenarkan long dress nya dan duduk disamping Sean. Sedangkan ketua himpunan jurusan kimia itu mendelik kepada mereka berdua.

"Boleh minta waktunya sebentar?". Dahi nya berkerut bingung, mencoba menggapai tujuan pembicaraan pemuda itu. Tapi akhirnya ia luluh juga.

"Hmm, boleh--".

"Di luar mungkin bisa kali ya?". Adrian menginterupsi terlebih dahulu. Ify menghela nafas pendek lalu mengangguk seadanya. Mungkin Adrian butuh privasi berdua saja dengannya.

Ify mengambil langkah mengikuti Adrian setelah sebelumnya meminta izin kepada Sean. Untunglah pemuda itu mengizinkan nya. Tentu sebelum acara benar-benar dimulai.

***

Adrian menunggu ify di luar, dekat dengan jenjang ke lantai dua auditorium. Netranya mematik pada perut buncit wanita itu. Kembali, rasa sesak dan tak nyaman menghampiri nya. Benar-benar terlambat.

"Kenapa?". Ify bertanya lembut.

" Duduk di jenjang yuk". Ify menggeleng, ia lebih memilih berdiri saja.

"Aku gapapa kok, kamu aja yang duduk". Katanya. Mau tak mau Adrian duduk sendiri.

Entah harus memulai dari mana, yang pasti Adrian hanya ingin berlama-lama dengan Ify di situasi seperti ini. Dia merindukan perempuan itu.

"Kalau gak ada hal yang penting, lebih baik kita masuk, Rian". Kata Ify pelan. Adrian mengerang dalam hati, lalu menarik tangan Ify untuk tetap bersamanya.

"I miss you, Fy". Bisik Adrian. Tinggi nya menjulang menghadap Ify. Tentu saja Adrian berdiri untuk bisa menggapai tangannya.

"I miss you so much". Ulangnya. Ify menutup matanya, dadanya mulai berdesir tak karuan. Akhirnya setelah lama ia merasa digantung dan di biarkan. Perasaan itu ternyata berbalas juga. Namun sayang, semua sudah terlambat.

Pandangan nya bertemu dengan Adrian ketika membuka mata, segumpal embun membumbung di kelopak indahnya.

"Terimakasih sudah membalas semuanya, Adrian. Tapi maaf--". Ify menjeda kalimat pedihnya. Adrian tau, dan sangat tau.

"Jika apa yang kamu rindukan sekarang ini dipercepat sejak satu tahun lalu, mungkin akan berbalas dari ku--". Adrian tak bergerak, netranya masih mematik cahaya sendu di hadapannya itu.

"Kamu terlambat. Aku sudah bersama orang lain. Dan--". Ify melirik perut nya yang berisi dua nyawa yang hidup dan berbagi segalanya dengan dirinya.

"Calon anak kami". Adrian tersenyum kuyu. Memang sudah sangat terlambat baginya. Banyak kata 'jika' yang tersemat untuknya kini. Jika dulu dirinya lebih cepat menyadari perasaannya kepada Ify, mungkin kisahnya tak akan seperti sekarang ini.

Jika dulu ia tak menjauhi Ify karena memilih cinta masa lalunya, mungkin mereka yang akan bersama menjalin rasa yang bersapa. Tapi sekali lagi, Adrian terlambat. Ify bukan lagi sosok yang patut untuk ia ambil kembali, karena perempuan itu memilih hati yang mampu membalas perasaannya.

Perlahan Ify melepaskan genggaman Adrian dari tangannya. Ia tersenyum kecil menandakan semua baik-baik saja.

"Kita pernah dekat namun tak sampai terikat, karena perasaan ku dulunya hanya mampu membayang semu bukan terpaku temu". Adrian menyadari arti dari kalimat tersebut. Demi apapun, dadanya bergelora tak terima. Ada hal yang ingin meledak rasanya.

"Bertemanlah dengan ku, karena aku masa lalumu. Tapi jangan paksa aku untuk bertaut kembali dengan mu, karena sama saja akan berujung pilu".

"Fy, aku--".

"Satu hal yang harus kamu tau, Adrian--". Pemuda itu meneguk saliva nya, bergetar menunggu Ify melanjutkan ucapan nya.

"Aku juga merindukan kamu--".

"Dulu dan tidak lagi sekarang".















****



OppositeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang