Dua Puluh sembilan

528 27 0
                                    

Angga on side

Sebenernya gw masih ada sedikit perasaan bersalah sama Aletha. Bahkan untuk bertemu dengannya saja gw masih malu,sepertinya untuk menampakkan muka atau sebagian dosa yang diperbuat oleh gw sendiri itu saja akan membuat gw semakin merasa bersalah di hadapan Aletha nantinya.

Malam harinya gw lagi berada di balkon kamar. Disitu setidaknya gw bisa menenangkan pikiran gw yang sedang kacau dengan melihat ribuan Bintang dilangit.

Suasana mulai mencekam. Angin-angin berhembus dengan kuat.tiba-tiba saja ponsel gw ada getaran notifikasi.


"Gw harap besok kita bisa ketemu di rooftop sepulang sekolah. Ada sesuatu yang harus gw omongin"


Setelah membaca pesan tersebut. Tanpa gw sadari bibir gw mulai menciptakan lekungan kecil.

tapi, ada rasa sedikit ketakukan tersendiri. Bagaimana mungkin ia menampakkan wajahnya di depan orang yang telah ia hina itu bahkan orang yang dia hina itu tidak salah.Tapi, bagaimanapun juga gw harus tetap tetap bertemu dengannya agar bisa menyelesaikan masalah dengan cepat.

Fajar sudah mulai menampakkan dirinya.ditambah lagi semerbak harum Wangi masakan buatan bunda menambah kesan terdalam bagi Angga.

"Bunda masak apa nih kok Wangi banget sih? "Tanyaku pada bunda

"Bunda masak nasi goreng sama telur mata sapi "jawab bundaku

Setelah percakapan kecil itu. Keluarga gw saat ini tengah memakan dengan hikmat. Akhirnya selesai gw pun segera berangkat menuju ke sekolah.

"Bunda ayah,Angga pamit yaa Assalamualaikum "ucap gw sambil melangkah ke arah pintu luar

"Hati-hati nak"jawab ayahku


~~~ A L E T H A ~~~

Tring... Tring.. Tringg..

Bel sekolah sudah berbunyi di sepenjuru kelas. Hari sudah mulai sore menandakan berakhirnya kegiatan belajar-mengajar.

Sebelum gw memutuskan untuk menemui seseorang di atas rooftop. Gw lebih memutuskan untuk menyalin catatan yang belum sempat ke kerjakan tadi saat belajar.

Gw lihat di ujung sana terdapat sosok gadis dengan rambut yang terurai. Rasanya gw benar-benar rindu terhadapnya. Ingin sekali gw bisa memeluknya kembali dalam dekapan tubuh gw. Namun, semua itu masih aja ekspetasi.

Dia mulai melangkahkan kaki ke arah tangga. Tiba-tiba saja gw langsung berpikir untuk segera mencekal tangannya agar dia tidak pergi dari sini.

"Ada apa? "Gw bertanya kepada gadis itu.

"Ada hal yang harus gw omongin ama lu, mungkin ini yang terbaik untuk saat ini.karena percuma juga mempertahankan hubungan yang gak ada rasa kepercayaan satu sama lain.jadi gw sekarang minta kita PUTUS"ucap aletha sembari menekankan kalimat terakhirnya itu.

Sungguh dari lubuk hati yang terdalam, ada rasa sedih mendengar ucapannya barusan. Bagaimana mungkin Aletha tiba-tiba mengakhiri hubungan ini dengan cara yang tidak baik. Yakni berpisah saat kita belum berbaikan atau saling meminta maaf.

Namun, gw juga gak boleh egois untuk saat ini. Mungkin memang benar bila ini adalah Jalan yang terbaik untuk kita masing-masing. Akupun tidak berhak melarangnya sebab semua ini terjadi juga dikarenakan ulah gw yang sangat ceroboh dan bertindak bodoh.

Untuk yang saat ini gw harapin ialah, Semoga saja kelak wanitanya itu agak mendapatkan sosok yang lebih baik dari gw. Semoga akan datang seseorang yang dapat mencintainya dengan tulus segenap jiwa.

Kulihat dari tatapan matanya sepertinya dia masih ada perasaan yang disimpan untuk gw, namun disitu juga ada raut kesedihan bahkan kekecewaan yang terlalu dalam untuk diobati. Jujur saja gw ingin sekali memeluknya untuk yang terakhir kali, namun gw kembali tersadar bahwa kini kita sudah tak ada lagi hubungan yang lebih dari sebatas teman. Akhirnya kini aku hanya bisa mampu melepaskan dan merelakannya.

"Udahkan ? Lagian kita juga udah selesai"kutanya kepada aletha. Sebelum ia Menjawab gw segera pergi menjauhinya.

Bukannya gw udah gak peduli lagi ama dia. Tapi gw melakukan itu semua karena tidak ingin melihatnya nangis. Jujur aja gw paling susah untuk ngeliat nangis. Karena jikalau Aletha menangis disitu juga gw bakal merasa bersalah besar.

Mungkin kalian bakal menghina gw karena gw bukanlah cowok yang gentle. Tapi jujur saja untuk saat ini gw juga belum siap untuk meminta maaf kepadanya,dikarenakan pasti disitu juga dia pasti belum bisa menerima permintaan maaf dari gw. Mungkin setelah beberapa hari kemudian nanti gw akan menemuinya dan meminta maaf kepada Aletha.

Gw berharap untuk hari kedepannya kita bakal bisa berbaikan walaupun kita tidak bisa menjalin kasih seperti dulu. Namun setidaknya kita masih bisa menjadi sosok mantan yang saling dewasa dan tidak saling bermusuhan.

Gw langsung pulang ke rumah, ku renungkan sedikit kejadian tadi. Mungkin kita perlu sama-sama menjadi sosok yang dewasa. Yang saling mempercayai dan tidak mengandalkan ego yang tinggi. Gw harap kita bisa bertemu di lain waktu dengan keadaan yang sudah membaik.

~~~ A L E T H A ~~~


Sebelumnya author ingin memberitahukan bahwa disini akan ditulis kan Aku-kau bukan Gw-lo.

Kenapa?

Karena di sini bakal banyak kata-kata yang lebih menusuk jiwa jadi biar lebih kerasa feel nya gitu. Thank youu,happy reading


Suatu hari aku akan merindukan tatap matamu. Saat ternyata aku bukanlah orang yang kau tatap saat itu. Aku harus menerima, bahwa Kenyataan hanya ingin memeluk tubuhku sendiri. Aku harus memahami bahwa lihatmu bukanlah untukku lagi. Meski ada yang hilang dari pandang, tetapi tentangmu akan tetap terkenang.

"Kita putus!"ucapmu, sebelum semuanya seperti ini.

Namun, ada yang kau lupa, bahwa apa yang kau sudahi tidak benar-benar selesai. Kau buat impianku terbengkalai. Jauh sebelum ini, kita adalah kumpulan mimpi-mimpi yang membentuk pelangi. Hingga pada satu kalimat kau katakan ini sudah selesai.

Bagaimana mungkin kau bisa menyelesaikan semua ini sendiri? Sedangkan kita membangun mimpi-mimpi berdua. Apakah ini pertanda yang mencintaimu selama ini hanya aku? Apakah dua orang yang saling mencintai pada awalnya memang akan berakhir atas ingin salah satu diantaranya?

Jika pada akhirnya jatuh Cinta hanyalah menjatuhkan luka. Memang sebaiknya kau pikir berkali-kali sebelum meyakinkan aku adalah orang yang kau cari. Sebab, tidak ada kembali setelah mati. Tidak ada pulang setelah kau buang. Meski berpisah tidak lantas benci, tetapi kepergian selalu meninggalkan luka di hati.

🦂🦂🦂





















ALETHA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang