Ending

996 21 1
                                    

23 : 55
Playlist : The Day We Met - Sondia
Selamat membaca

Angga On Side

Hari sudah petang saat saya mengajak Aletha turun dari mobil. Kali ini, Aletha memaksa untuk pakai kursi roda saja. Dia bilang, dia tak mau membuat saya olahraga untuk kedua kalinya.

Saya cuma tertawa mendengar sindiran itu. Tapi, kami berdua kemudian sepakat.

Dari tempat parkir, saya, Lieve, dan Aletha menyusuri jembatan yang melintang. Jembatan itu ada tepat di atas kanal. Tampak air mengalir kecil di sepanjang kanal. Nantinya air mengalir itu akan dibawa sampai ke samudra.

Di tepi kanal, kami melihat ada banyak perahu dayung berjejer. Perahu dayung Belanda itu didominasi warna peach. Semua warnanya seragam. Perahu dengan tulisan Boten Verhuur / perahu sewa itu tampak sederhana. Di bagian tengahnya ada tiga papan melintang yang di gunakan untuk duduk. Dua dayung tampak di letakkan di masing-masing perahu.

"Kita akan menyusuri kanal naik perahu" ujar saya pada Aletha, membuatnya mengerutkan kening. Semua acara hari ini memang saya yang merencanakannya.

Lalu, saya memanggil si pemilik perahu. Kami berbicara sebentar, bernegosiasi soal harga dan menanyakan rute yang dilalui.

Kami setuju. Si pemilik perahu segera naik di bagian papan paling depan. Kemudian, saya mengangkat tubuh Aletha dan membawanya ke atas perahu itu.

Lieve tak mau ikut. Dia bilang, dia akan mengabadikan gambar kanal-kanal yang bagus. Dia mengedipkan mata pada saya, memberi kode supaya saya bisa berdua dengan Aletha.

Si pendayung mulai membawa perahu bergerak menuju ke tengah kanal dan akhirnya meluncur halus membelah petang.

Di sekitar tampak bangunan-bangunan tua yang Indah. Semua terawat dengan baik. Kebanyakan tampak bertingkat tiga atau empat. Mereka berdiri berdempetan di tepi kanal. Yang lebih mengagumkan, kami juga menjumpai rumah-rumah perahu. Cantik, molek, dengan pot-pot tanaman yang Indah.

Saya menengok ke langit.

" Betelgeuse sudah terlihat. Padahal baru petang"

" Apa itu Betel..." Tanya Aletha

" Betelgeuse itu nama bintang." Ujar saya

Aletha berujar tak percaya. " Itu nama bintang? Bintang punya nama juga?"

Saya mengangguk. Saya tunjuk arah langit selatan.

" Kamu lihat aja tiga bintang terang berjajar lurus itu. Yang kemerahan disebut Betelgeuse. Yang kebiruan dan paling cemerlang,namanya Rigel. Yang lebih redup namanya Bellatrix. Mereka ada di gugusan Orion. Oleh orang jawa di sebut rasi Waluku, pernah dengar kan?" Tanya saya pada Aletha

Kemudian, kami memandangi langit kembali. Sepertinya Aletha tak tahu, titik mana yang saya maksud. Bintang ada sebegitu banyaknya, mana mungkin dia bisa paham satu per satu. Bintang-bintang itu mungkin terlihat membingungkan baginya.

"Bagaimana cara mengingat nama-nama mereka? Ada jutaan." Tanya Aletha

"Caranya,bisa dilihat dari posisi mereka. Juga dari kecemerlangan mereka" jawab Angga

Saya mengajari Aletha membaca Rasi Orion. Orion. Rasi bintang pertama yang akhirnya Aletha kenal. Saya menunjukkan bintang-bintang mana saja yang menyusunnya. Saya menunjukkan posisi bintang-bintang itu dilangit. Aletha benar-benar telah menemukan rasi bintang yang disebut gugusan paling cerah sejagat. Dia mencoba mencari bintang-bintang mana saja yang saya sebutkan tadi. Dia menemukannya.

"Nah,kamu udah pintar,Leth. Lihat. Kata orang-orang Yunani, bentuknya seperti pemburu." Ucap saya pada Aletha

"Hmmm... Bintang-bintang itu sih bukan berbentuk pemburu.kamu tahu dasi pita kupu-kupu? Nah,mirip sama rasi Orion!" Komentar Aletha

ALETHA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang