Bu Warsih, aku pergi ke luar kota untuk jalan-jalan sendiri.
Aku cuma pergi tiga-empat hari.
Gelukkig Nieuwjaar.
(Selamat tahun baru)
Ik hou van Bu Warsih.
(Aku sayang Bu Warsih)
Aletha
Selembar pesan di kertas kecil aku tinggalkan di meja dapur, di bawah botol pepper. Rencananya, sore nanti, Bu Warsih pulang dari rumah anak Beliau yaitu kak Oki. Sedangkan aku berangkat pagi. Jadi, aku tak bisa berpamitan pada Bu Warsih. Aku akan naik tram menuju ibu kota.
Centraal station bisa dicapai dengan naik sepeda, Ditemani udara beku musim dingin, aku mengayuh sepedaku menuju stasiun tram. Setelah memarkir Batavus itu di sisi puluhan sepeda lain.
Aku berjalan pelan menuju tempat pemberhentian tram. Hari itu aku meminjam karcis langganan tram milik Bli Rae. Karcis itu akan distempel oleh petugas. Jumlah stempel tergantung dengan jauhnya perjalanan.
Aku duduk di sebuah bangku besi berukir yang terletak di depan papan berisi peta Belanda. Di sebelahku, seorang pengemis tampak tertidur nyenyak menghabiskan sisa tahun barunya. Ada jam kayu di dinding sekarang. Angkanya menunjukkan pukul 06.15.sebentar lagi, tramku akan datang.
Aku melayangkan pandangan menyapu sekitar. Ini adalah hari pertama di tahun yang baru. Bunyi trompet kadang kala masih kudengar dari kejauhan.
Orang-orang disekitar, dengan pakaian tebal mereka, siap merayakan tahun yang baru. Mereka bersiap liburan ke luar kota dan ada pula yang akan kembali ke kampung halaman. Sepagi ini, banyak yang sudah mengantre untuk naik kereta listrik itu.
Sejenak aku menimbang-nimbang. Antara Amsterdam dan Den Haag. Itu dua kota pilihan Bli. Dua kota yang sama-sama menarik.
Kemudian, aku berpikir, kenapa tak berangkat ke Den Haag saja? Bukankah Amsterdam lebih baik dikunjungi saat musim semi karena bisa ke Keukenhof, taman tulip terbesar di Eropa? Aku pun berubah pikiran hanya dalam setengah menit.
Ketika sebelumnya aku mengantre untuk tram yang berangkat ke Utara, kini ke Selatan.
Tampak tram putih bergerak dari kejauhan, warnanya serasi dengan warna salju. Tram itu mendekat dengan suaranya yang khas.
Aku mendengar info bergema memberitahukan tram dengan nomor sekian akan berangkat ke Den Haag. Aku bergegas berdiri di tepi rel. Karcis di genggamanku bergetar di sapa angin sewaktu tram itu berhenti. Langkahku menuju pintu yang otomatis terbuka. Hari itu aku akan meninggalkan Leiden, Kota Kincir Anginku.
Gelukkig Nieuwjaar!
Angga On Side
Jam di Centraal Station menunjukkan pukul 06.30.
Saya teringat janji sederhana itu. Saat pertama kali sampai di Bandara Schiphol, saya pernah berkata pada Aletha akan mengajaknya jalan-jalan berdua ke Amsterdam saat liburan. Sekarang liburan panjang Natal dan pergantian tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALETHA √
Teen FictionFinish Aku cemburu Aku ingin memilikinya kembali Aku menyayangi dia " Ya, itulah yang sebenarnya aku rasakan. Aku tak mungkin bisa berpura-pura lagi. Aku tak bisa berbohong lagi. Aku tak bisa berpura-pura tak membutuhkannya. Sudah sekian lama kami...