tiga puluh empat

429 17 0
                                    

Angga pov

Condorhost hari ini berselimut salju. Condorhost apartemen orang-orang Indonesia di Leiden yang sedang saya tempati ini. Disambut temperatur minus enam derajat! Condorhost benar-benar sedang membeku hari ini.

Bagi makhluk yang terbiasa dengan iklim tropis seperti saya, cuaca di Belanda benar-benar keterlaluan. Bahkan, waktu saya liat siaran berita di televisi, saya baru tahu kalau musim dingin tahun ini akan jadi musim dingin paling bersejarah karena akan menurunkan salju paling banyak sejak tiga puluh tahun terakhir! Dan anehnya, kenapa musim dingin seburuk itu justru terjadi pada tahun pertama saya mengunjungi kampung halaman?

Saya kembali melongok ke jendela apartemen yang berkaca bening. Hujan salju tak berhenti turun. Padahal saya sebelumnya sudah janji akan pergi ke rumah Oki. Saya bahkan sudah pakai segalan perlengkapan penghalau dingin.

Dua lapis jaket fleece ditutup jaket tahan air, sarung tangan dan di balik celana saya pakai long john. Benar-benar tak memberi celah udara dingin untuk masuk. Sayangnya, kupluk rajutan biru yang diberi Oki masih terbawa Aletha. Karena itulah, saya urungkan keluar apartemen. Saya tidak bisa mengendarai sepeda tanpa penutup kepala. Telinga saya bisa beku dan sakit sampai mati rasa seperti kerupuk yang renyah. Benar-benar tak tahan keluar.

Di sudut kamar ada tumpukan kardus cokelat yang belum sempat dibuka. Kiriman kardus dari Tante Warsih yang berisi perlengkapan masak dan makan. Saya tak tahu macam-macamnya alat-alat iti, jadi saya minta Tante Warsih saja untuk mengirimkannya. Tampaknya Tante Warsih juga membalas surat yang saya kirim tempo hari.

Angga, semoga kamu baik-baik saja di asrama.
Tante mengirimkan peralatan masak dan makan, pakai dengan baik-baik.
Bagaimana keadaan mama kamu? Apa kamu sudah bertemu dengannya? Bagaimana juga keadaan lieve? Terakhir kali Tante mengunjungi mereka saat liburan musim panas kemarin. Semoga saja kamu segera bertemu dengan mereka.
Teman kamu tampaknya sudah bisa beradaptasi sama keadaan dan cuaca buruk akhir-akhir ini. Tante mulai suka dengan sikapnya.
Ternyata dia pintar menggambar, sama sepertimu.

Salam,
Warsih.

Surat itu saya biarkan terbuka di atas meja. Untungnya, Aletha dan Tante Warsih bisa cocok. Saya memang sengaja mengirim Aletha kesana. Itu adalah keputusan yang mendadak. Saya cukup kaget waktu mendengar kalau dia belum mempunyai tempat tinggal. Dasar gadis ceroboh. Bagaimana mungkin mau mencari tempat tinggal langsung di hari pertama dengan barang bawaan seperti orang akan pindah seperti itu?

Akhirnya, saya relakan tempat tinggal saya dirumah Tante Warsih untuknya. Gadis itu tak akan pernah tahu kalau ide tinggal di rumah Tante warsih sesungguhnya adalah ide saya. Dan bahkan mungkin tak pernah tahu kalau saya adalah ponakan Tante Warsih.

Saya terpaksa beberapa hari menginap dirumah Oki dan berusaha mencari tempat tinggal lain lewat hospiteren yang macam-macam.

Akhirnya, saya bertemu macam-macam mahasiswa Belanda dan menjalani hospiteren. Untuk bahasa Belanda saya cukup baik, jadi tak perlu terlalu lama mencari tempat tinggal. Supaya Tante Warsih dan Aletha tak Cerewet, saya mengaku dapat fasilitas asrama. Dengan begitu mereka tidak akan khawatir.

Terdengar seseorang mengetuk pintu apartemen. Itu Oki. Bunyi ketukannya seperti preman kelaparan. Oki masuk dengan bibir biru. Dia nekat sekali bersepeda di tengah badai hujan salju yang lebat. Padahal jalanan pasti licin bukan main.

"Kamu memenuhi janji juga! "Seru saya sambil melempar handuk ke arahnya.

Oki menggerutu di balik handuknya. Dia memang sengaja saya minta  datang ke apartemen karena saya batal berangkat kerumahnya. Saya bisa beku kalau memaksa keluar apartemen. Dan dia tetap Oki yang baik. Di tengah hujan salju, nekat memenuhi permintaan saya.

"Akhir minggu besok, aku baru bisa mengantarmu ke tempat Tante"ujarnya sambil berjalan ke arah pantry, berniat meracik minuman hangat.

"Nggak bisa, Angga. Sekarang juga kita harus ke rumah mama"paksa saya

"Tapi di luar sedang badai salju!"bentak Oki

"Masa bodo sama cuaca di luar, kamu nggak tahu saya sudah kangen mama dan Lieve. Sudah berapa lama kami berpisah? Dua tahun. Bahkan, saya sampai mati rasa sekarang. Saya sudah seperti anak yatim piatu. Dan saya bahkan sudah lama sekali merindukan adik satu-satu yang saya punya"ucap saya dengan suara lirih

Oki menepuk pundak saya. "Aku tahu,Ga.sekarang pun aku bersedia kalau kamu memang memaksa. Tapi kau harus rasional juga. Cuacanya seburuk itu kau bisa sakit bukannya ketemu mamamu nantinya"

"Ayolah, Ki. Saya tidak peduli sama keadaan diluar. Saya cuma mau ketemu mama dan Lieve sekarang juga. Saya sudah nggak sanggup kalau disuruh menunda lagi. Soalnya saya sudah menunda dua tahun lamanya untuk terbang ke negeri ini. Saya takut kalau terlambat lagi, Ki"ujar saya

"Oke.kalau begitu, kita berangkat sekarang"ucap oki

🦂🦂🦂





















Yeahh update lagi nih.

Semoga kalian gak pernah bosen ya sama cerita Aletha yang sekarang udah beranjak dewasa.

Thank youuu kalian semua, aku sayang kalian

ALETHA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang