"Andra! Jangan lari-larian terus nak. Kasihan Lastri sama Priyanti," perintah Ibundanya.
Andra akhirnya berhenti berlari lalu melangkah menuju Pendopo Keraton dengan mengerecutkan bibirnya, di ikuti oleh kedua dayangnya. Sesampainya di Pendopo, Andra pun duduk disamping Ibundanya.
"Gusti Pangeran, kenapa Gusti Pangeran diam saja?" tanya Lastri kepada Sang Pangeran.
"Aku merasa bosan, Mbak. Maunya terus bermain, tapi Mbak dengar kan kalau Ibunda sudah melarang tadi."
"Maafkan kami berdua, Gusti Pangeran. Kami sebenarnya senang menemani Gusti Pangeran bermain. Tetapi kami sudah merasa lelah. Kami berdua saja sampai merasa heran, kenapa Gusti Pangeran tidak merasa lelah ya?" ujar Lastri dan Apriyanti bersamaan.
Andra yang mendengar ucapan kedua pengasuhnya hanya bisa tertawa terkekeh-kekeh. Dikarenakan tidak ada yang kami lakukan, akhirnya kami bertiga saling bercanda ria dan tertawa bersama. Terkadang sampai membuat mbak Lastri cemberut karena kami kerjai. Disaat kami sedang asyik bercanda, Ayahanda datang bersama seorang pria.
"Andra! Kemari sebentar nak," panggil Sang Raja kepada Andra.
"Baik, Ayahanda"
Andra pun berlari menghampirinya. Setelah dekat dengan Ayahanda, Andra langsung memeluknya.
"Ayahanda, saya rindu dengan Ayahanda," kata Andra kepada Sang Raja.
"Iya Ayahanda tahu. Ayahanda juga rindu sama kamu nak. Tetapi kamu tahu kan tugas Ayahanda sebagai raja tidaklah mudah."
Andra hanya diam saja pada saat Ayahanda bicara seperti itu kepada Andra. Jujur Andra belum terlalu mengerti tugas sebagai seorang raja itu apa. Karena di saat itu usia Andra baru tujuh tahun.
"Andra, mulai hari ini kamu harus berlatih silat dan ilmu kanuragan ya. Ini adalah Paman Rawedeng. Dia yang akan melatihmu langsung. Karena hanya kepadanyalah Ayahanda percaya untuk melatihmu. Paman Rawedeng ini adalah Patih Kerajaan Manggala."
"Kenapa saya harus berlatih silat dan ilmu kanuragan, Ayahanda?" tanya Sang Pangeran.
"Karena kamu adalah pengganti Ayahanda nanti untuk memimpin Kerajaan Manggala ini," jawab Ayahanda.
"Maksud Ayahanda apa sih? Saya sama sekali tidak mengerti," tanya Sang Pangeran lagi.
"Maksud Ayahanda, kalau nanti kamu sudah besar. Maka kamulah yang akan menggantikan tugas Ayahanda sebagai Raja. Dan untuk saat ini tugasmu adalah belajar ilmu silat dan kanuragan. Dan Ayah memberikan tugas kepada Patih Rawedeng untuk melatihmu."
"Kenapa harus Patih Rawedeng, Ayahanda? Selama ini kan Ayahanda yang mengajariku."
"Iya benar nak, tetapi hal ini harus Ayahanda lakukan. Dikarenakan Ayahanda harus pergi cukup lama untuk mengurusi permasalahan yang sedang terjadi di kerajaan ini. Ayahanda harap kamu bisa mengerti nak. Karena masa depan kerajaan ini juga akan berada di tanganmu kelak."
"Baiklah Ayahanda. Saya akan menuruti kemauan Ayahanda."
"Anak pintar," kata Ayahanda kepadaku.
Setelah puas berbincang, Ayahanda mengajak Paman Rawedeng untuk ikut makan siang bersama di Pendopo Keraton.
***Keesokan harinya, Patih Rawedeng datang untuk mulai melatihku.
"Selamat pagi, Pangeran," ujar Patih Rawedeng.
"Selamat pagi Patih," jawab Sang Pangeran.
"Panggil saya Paman saja, Pangeran."
"Baiklah, Paman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Fajar (Tersedia E-Book)
FantasyRiandra, seorang remaja ber-IQ tinggi, diculik ke masa lampau melewati celah dimensi. Saat di sana Riandra terkejut setelah mengetahui jati dirinya yang sesungguhnya. Siapa yang membawa Riandra? Apa misi Riandra di sana dan apakah Riandra bisa kemba...