Darendra sangat terkejut.
"Kau ..."
Aura biru meluap dari tubuh Darendra. Dia tidak menyangka kalau Sakuti yang telah membunuh gurunya. Guru yang telah mengasuhnya dari bayi.
Darendra lalu melesat dengan cepat dan dia mengayunkan kerisnya ke arah Sakuti. Tombak Sakuti menahan serangan.
Sakuti lalu menyerang balik. Karena tidak ingin terbawa emosi, maka Darendra memilih menghindar, tetapi dia membalas serangan Sakuti dengan menggunakan api yang di lemparkannya melalui tangannya. Serangan-serangan Darendra pun dapat dapat di hindari dengan sempurna.
"Lawan dia dengan serius, cah Bagus!" seru Patih Rawedeng. Saat ini Patih Rawedeng ingin memancing Sadana untuk menyerangnya.
Sadana yang terpancing oleh Patih Rawedeng akhirnya menyerangnya.
Patih Rawedeng yang melihat hal tersebut hanya tersenyum.
Sadana lalu menyerang Patih Rawedeng dengan tombak panjangnya. Semua serangan Sadana dapat di hindarinya dengan sempurna. Hingga akhirnya Sadana mengucapkan sebuah mantera dan tubuhnya lalu terselimuti aura berwarna merah. Setelah itu di serangnya lagi Patih Rawedeng. Dan...
Crash...
Patih Rawedeng tertusuk di pundak kirinya dengan tombak miliknya. "Mana suara sombongmu, Patih," ujar Sadana dengan nada mengejek.
Patih Rawedeng hanya tersenyum mendengar ucapan lawannya. Dia menyadari bahwa dia telah menganggap remeh lawannya. Lalu dengan sigap Patih Rawedeng bangkit dan tersenyum kepada Sadana. "Maafkan aku kalau aku sudah meremehkanmu, Kisanak."
Sadana terkejut dengan perkataan Patih Rawedeng. Tanpa banyak kata Sadana menyerang Patih Rawedeng dengan kekuatan penuh miliknya.
Patih Rawedeng hanya tersenyum melihat serangan dari Sadana tanpa bergerak sama sekali.
Jleb
Tanpa terlihat, Sadana tertusuk oleh keris milik Patih Rawedeng. Sadana pun terdiam. Hanya darah mengalir dari mulut dan juga dadanya yang tertusuk.
"Semoga Sang Hyang Widi mengampunimu Kisanak," ujar Patih Rawedeng sambil mengusap mata Sadana agar tertutup dengan rapat.
Setelah itu Paman Rawedeng menghancurkan pasukan lawan tanpa tersisa. Hanya Darendra dan Sakuti yang tak menyadarinya.
***Trang Trang
Darendra terus menyerang Sakuti tanpa lelah. Karena terpojokkan oleh serangan Darendra, Sakuti melesat menghindarinya.
Darendra mengejarnya, tidak ingin membiarkan lawannya pergi begitu saja. Tapi ternyata masih ada pasukan lawan yang tersisa mengepung dirinya dengan cepat, menghalangi Darendra untuk membunuh pemimpin mereka.
Darendra berubah menjadi raksasa dan menghancurkan sisa pasukan lawan lalu kembali melesat mengejar Sakuti.
Sakuti tidak ingin menjadi terus menjadi buruan, dia berbalik dan menusukkan tombak miliknya ke arah Darendra yang telah berubah menjadi raksasa. Tombak Sakuti berayun dari atas ke bawah. Darendra pun menangkap tombak milik Sakuti. Dan melempar Sakuti beserta tombaknya ke tanah
Buum
Terlihat Sakuti tidak terluka dan dia bangkit kembali untuk menyerang Darendra.
"Rendra, lakukan dengan serius," ujar Patih Rawedeng. Dia baru saja menghancurkan pasukan musuh pimpinan Sadana.
Darendra melesat cepat, begitu juga Sakuti yang telah berubah wujud menjadi raksasa. Kedua raksasa itu saling berbenturan. Saat Sakuti ingin mengayunkan tombaknya, Darendra mengelak dan menebas kaki lawan menggunakan kakinya. Hal itu membuat Sakuti terperosok dan jatuh. Tidak hanya itu, Darendra juga menyemburkan api dari telapak tangannya. Namun lawannya membuat perisai perlindungan. Darendra tersenyum, karena inilah yang dia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Fajar (Tersedia E-Book)
FantasyRiandra, seorang remaja ber-IQ tinggi, diculik ke masa lampau melewati celah dimensi. Saat di sana Riandra terkejut setelah mengetahui jati dirinya yang sesungguhnya. Siapa yang membawa Riandra? Apa misi Riandra di sana dan apakah Riandra bisa kemba...