"Sudah berapa lama pembunuhan ini terjadi Paman?" tanyaku kepada Patih Rawedeng.
"Pembunuhan ini sudah terjadi sejak dua minggu yang lalu Pangeran. Pembunuhan ini juga berhubungan dengan Kerajaan Acalapati," jawab Patih Rawedeng.
"Kenapa bisa berhubungan dengan Kerajaan Acalapati?" tanya Andra lagi.
"Pada saat ditemukannya jasad prajurit penjaga, ditemukan juga lencana Kerajaan Acalapati. Begitu juga sebaliknya Pangeran."
"Hem... jadi seperti itu ya Paman?"
"Iya Pangeran. Kami curiga adanya orang yang ingin mengadu domba antara dua Kerajaan ini."
"Apakah Paman sudah menemukan siapa pelakunya?"
"Belum Pangeran, hamba juga sudah menyebarkan beberapa Kajineman dan juga bekerja sama dengan Patih Gandareja untuk menangkap pelakunya."
"Kalau bisa secepatnya kita tangkap pelakunya Paman. Jangan sampai ada gejolak antara dua Kerajaan ini. Saya yakin sekali ada pihak ketiga yang sengaja melakukan ini."
"Hamba rasa begitu Pangeran. Hanya saja kami belum mendapatkan bukti-bukti yang cukup kalau ada pihak ketiga."
"Kalau begitu antar saya ke tempat dimana ditemukannya jasad prajurit itu Paman," perintah Sang Pangeran.
"Sendika dawuh Pangeran," jawab Patih Rawedeng.
***Sang Pangeran sedang mengamati lokasi pembunuhan prajurit. Tidak ada lokasi yang terlewatkan oleh pengamatannya. Hingga mata Sang Pangeran melihat sesuatu yang mencurigakan.
"Paman! Lihat itu!" ujar Sang Pangeran kepada Patih Rawedeng sambil menunjuk sesuatu dengan tangannya.
Mereka berdua berjalan menuju arah yang ditunjuk oleh Sang Pangeran. Dan disana mereka menemukan gulungan dari daun lontar.
"Coba kita buka Paman gulungan ini," ujar Sang Pangeran.
Mata Sang Pangeran terbelalak ketika gulungan itu dibuka olehnya, "I-ini adalah sandi rahasia untuk Kajineman! Tetapi saya tidak mengetahui artinya Paman," kata Sang Pangeran kepada Patih Rawedeng.
"Benar sekali Pangeran. Ini adalah sandi rahasia," ujar Patih Rawedeng dengan semangat.
"Kita harus memecahkan sandi rahasia ini Paman," perintah Andra.
"Baik Pangeran," jawab Patih Rawedeng.
Setelah selesai memeriksa tempat kejadian. Pangeran Andra dan Patih Rawedeng kembali menuju Keraton untuk melaporkan hasil temuan yang mereka dapatkan kepada Sri Baginda Raja.
Ketika sampai di Keraton Sang Pangeran dan Patih Rawedeng langsung menemui Sri Baginda Raja.
"Ayahanda, ada berita yang harus saya sampaikan," ucap Pangeran Andra.
"Berita apakah itu, anakku?" jawab Sri Baginda Raja.
"Pada saat kami memeriksa tempat kejadian pembunuhan itu, kami menemukan ini Ayahanda," kata Sang Pangeran sambil menyerahkan gulungan dari daun lontar itu.
Ketika gulungan daun lontar itu dibuka oleh Sri Baginda Raja, terbelalak dan mengumpatlah beliau.
"Bedebah!! Beraninya mereka melakukan ini!!" teriak Baginda Raja.
"Ayahanda yang sabar. Sebenarnya apa isi dan arti dari sandi rahasia itu?" tanya Andra.
"Isi dan arti dari sandi rahasia itu..."
"ąją ňģăņţį pęŗďąmăįąņ țęŗųş ąņą ąņţąŗąņé ķęŗąjąąņ Măňģğąľą ķąŗò ķęŗąjąąņ Ąçąľąpąţį. Pąţéņį pęňģăwąľ wąţęş ąņţąŗąņé ķęŗąjąąņ Măňģğąľą ľąņ ķęŗąjąąņ Ąçąľąpąţį. Ţįņğğąľăķé ľęņçąņą ķęŗąjąąņ Ąçąľąpąţį. Ņįņďąķąķé ņğęľąwąņé. Şųpąỷą ďhéwéķé çųŗįğą ľąņ pąďhă ğęľųţ mąņéh.
Jìţęņďŗą.""Apa artinya, Ayahanda?" tanya Sang Pangeran.
"jangan sampai Kerajaan Manggala dan Kerajaan Acalapati berdamai terus. Bunuh prajurit yang ada diperbatasan Kerajaan Manggala dengan Kerajaan Acalapati. Tinggalkan lencana Kerajaan Acalapati. Lakukan sebaliknya. Supaya mereka saling mencurigai dan akhirnya berperang lagi."
"Saya sudah menduga kalau ada pihak ketiga yang mencoba memperkeruh suasana ini. Hanya saja saya belum bisa menemukan siapa pihak ketiga itu," ucap Andra dengan nada dingin.
"Ayahanda juga menduga seperti itu anakku. Tetapi di gulungan ini ada nama Jitendra. Ayahanda tidak tahu siapa dia," ujar Sang Baginda.
"Bagaimana dengan Paman Rawedeng? Apakah Paman tahu siapa Jitendra itu?" tanya Sang Pangeran.
"Mohon maaf Pangeran. Nama itu masih terdengar asing buat hamba. Tetapi hamba akan mencari tahu siapa orang itu," jawab Patih Rawedeng.
Setelah selesai bertemu dengan Baginda Raja. Sang Pangeran dan Patih Rawedeng bergegas menuju Kerajaan Acalapati. Menemui Yang Mulia Jati Arga. Saat mereka akan pergi datanglah seorang prajurit melaporkan bahwa ada orang yang ditangkap karena bertindak mencurigakan.
"Bawa kami untuk menemuinya," perintah Pangeran Andra.
"Sendika dawuh Pangeran," jawab prajurit itu.
Pangeran Andra terkejut ketika melihat orang yang dicurigai oleh prajurit penjaga itu.
"Ah Kakek Wama. Maafkan kesalahpahaman ini. Ini karena keadaan disini sedang tidak bagus," kata Pangeran Andra.
"Tidak apa-apa cah bagus. Mereka hanya melaksanakan tugasnya," jawab Kakek Wama.
"Kalau begitu mari ikut saya Kek," ajak Pangeran Andra.
Pangeran Andra dan Patih Rawedeng mengajak Kakek Wama menuju ke kediamannya.
"Silahkan duduk Kek. Oh iya perkenalkan ini Paman Rawedeng. Beliau adalah Patih disini."
"Karena kita sudah berada disini maka apa pendapat Kakek Wama tentang masalah ini?" tanya Pangeran Andra.
"Cah Bagus, selain masalah ini. Kakek melihat masih ada yang kamu sembunyikan dari Kakek," jawab Kakek Wama.
Patih Rawedeng maupun Pangeran Andra terkejut dengan jawaban Kakek Wama. Lalu Pangeran Andra pun tertawa dengan lantang, "Hahaha... Kakek Wama memang jeli."
Pangeran Andra menyerahkan gulungan daun lontar yang dia temukan kepada Kakek Wama.
Kakek Wama membuka gulungan daun lontar itu dan membacanya.
"Cah Bagus, ini sudah menjadi kehendak dari Sang Hyang Widi bahwa kamulah yang akan menyelesaikan permasalahan ini," ujar Kakek Wama sambil menyerahkan kembali gulungan daun lontar itu kepada Pangeran Andra.
"Maksud Kakek apa?" tanya Pangeran Andra.
"Pelaku pembunuhan para prajurit penjaga perbatasan. Entah itu dari Kerajaan Manggala ataupun Kerajaan Acalapati, secara tidak sengaja menjatuhkan gulungan itu saat melakukan aksinya. Dan ternyata kamu sangat jeli dan bisa menemukannya."
"Ah itu hal biasa Kakek. Sekarang yang jadi pertanyaan kami adalah siapakah Jitendra itu."
"Hmm... Hal ini sangatlah tidak mudah. Sebenarnya Jitendra adalah seorang Adipati dari Kerajaan Andraresta."
"Kerajaan Andraresta?"
"Jitendra itu memiliki ambisi ingin menguasai Kerajaan Andraresta. Informasi ini Kakek dapatkan dari teman Kakek. Tapi sayangnya teman Kakek ini belum bisa membuktikannya secara langsung."
"Lalu apa yang harus kita lakukan Kek?"
"Saran Kakek untukmu cah Bagus. Sebarlah Kajineman di Kerajaan Andraresta. Agar kamu bisa mengetahui langkah-langkah Jitendra selanjutnya."
"Kalau itu memang saran terbaik dari Kakek Wama maka akan saya jalankan. Oh iya kalau menurut Paman Rawedeng saran dari Kakek Wama bagaimana?"
"Kalau menurut hamba saran itu adalah yang terbaik Pangeran."
"Ya sudah kalau begitu. Mari kita jalankan rencana dari Kakek Wama ini."
"Sendika dawuh Pangeran. Hamba akan langsung memerintahkan para Kajineman untuk segera bersiap."
"Kalau begitu mari Kakek Wama. Kita makan siang dahulu. Mari Paman."
Pangeran Andra, Patih Rawedeng dan Kakek Wama menyantap makanan yang telah dipersiapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Fajar (Tersedia E-Book)
FantasyRiandra, seorang remaja ber-IQ tinggi, diculik ke masa lampau melewati celah dimensi. Saat di sana Riandra terkejut setelah mengetahui jati dirinya yang sesungguhnya. Siapa yang membawa Riandra? Apa misi Riandra di sana dan apakah Riandra bisa kemba...