"Hia... Hia..."
Terlihat Sang Pangeran dan Kanaya sudah meninggalkan Padepokan Sandya menuju gunung Merbabu. Sesuai dengan petunjuk dari Gandasena.
"Kangmas, kalau aku boleh bertanya. Kenapa Ki Damar Sentanu tidak mencari Kangmas secara langsung?" tanya Kanaya penasaran.
"Kangmas sendiri juga tidak tahu Dinda," jawab Andra.
Setelah Andra menjawab pertanyaan Kanaya tidak ada lagi pembicaraan lagi antara mereka. Lalu dari kejauhan Andra dan Kanaya melihat segerombolan perampok sedang melakukan aksinya.
"Dinda, mari kita tolong orang-orang itu," ujar Andra.
"Mari Kangmas," jawab Kanaya.
Andra dan Kanaya memacu kuda mereka dengan kencang.
"Hia... Hia..."
Druk...Druk...
Begitu sampai Andra pun berteriak menyuruh perampok-perampok itu untuk menghentikan aksinya.
"Berhenti! Apa yang kalian lakukan?!" ucap Andra dengan lantang.
Para perampok itupun menghentikan aksinya. Tetapi saat mereka melihat siapa yang berteriak lalu mereka tertawa dengan sombongnya.
"Hahaha... Berani-beraninya kamu memerintahkan kami untuk berhenti. Apa kamu sudah bosan hidup bocah?!"
Belum sempat Andra menjawab pertanyaan perampok itu. Salah satu perampok berbicara kepada temannya yang ada disebelah kirinya.
"Kakang, gadis itu camtik sekali. Bagaimana kalau kita jadikan dia sebagai pemuas nafsu kita? Kalau yang laki-laki kita bunuh saja."
Pria yang diajak bicara tadi melihat ke arah Kanaya dan menganggukkan kepalanya dan berkata, "Boleh juga ide mu Det. Wes suwi aku ora..."
Belum sempat pria itu meneruskan ucapannya tiba-tiba saja dia tersungkur dengan luka menganga dilehernya. Sedangkan temannya yang memberikan ide tadi terkejut dan gemetar melihat temannya mati tanpa perlawanan.
"A-apaan ini?! Hei kalian semua! Serang dia!" perintah pria itu sambil menunjuk ke arah Andra.
Trang... Trang...
Jleb...
"Aargh."
Bruk
Terdengar teriakan orang yang tertusuk dan terlempar mengenai pohon disekelilingnya. Hingga satu yang tersisa yaitu pria yang memberi perintah tadi. Dan dia sekarang dalam keadaan gematar serta tak bisa memberikan perlawanan.
"Ampun Pendekar. Jangan bunuh saya," ucap pria itu.
"Mana keangkuhanmu tadi?!" tanya Andra.
Pria itu tidak menjawab. Dia hanya berlutut dengan kaki gemetar.
"Baiklah. Aku tidak akan membunuhmu. Tetapi kalau aku melihatmu merampok lagi maka aku tidak akan segan lagi!" ujar Andra dengan lantang dan juga mengintimidasi.
Perampok yang tersisa itu akhirnya pergi tanpa menoleh ke belakang lagi. Dia merasakan bahwa jalan yang diambilnya selama ini salah.
"Kangmas, kenapa perampok itu dilepaskan?" tanya Kanaya dengan rasa heran.
"Karena dia tidak memiliki daya lagi. Jadi biarkan dia pergi. Membunuhnya pun tidak ada gunanya lagi. Yang terpenting sekarang adalah membantu para korban perampokan," jawab Andra dengan lugas.
"Ah Kangmas terlalu baik hati," ujar Kanaya dengan mengerucutkan bibirnya.
Andra pun hanya tersenyum mendengar kata-kata Kanaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Fajar (Tersedia E-Book)
FantasyRiandra, seorang remaja ber-IQ tinggi, diculik ke masa lampau melewati celah dimensi. Saat di sana Riandra terkejut setelah mengetahui jati dirinya yang sesungguhnya. Siapa yang membawa Riandra? Apa misi Riandra di sana dan apakah Riandra bisa kemba...