Chapter 13 | Belajar Strategi

729 30 4
                                    


Dalam perjalanan pulang, Pangeran Andra dan Paman Rawedeng banyak membicarakan tentang Paman Jati Arga.

"Paman, menurut Paman apakah Paman Jati Arga itu menyesal dengan segala tindakannya?" tanya Pangeran Andra.

"Menurut hamba juga begitu Gusti Pangeran. Tetapi Paman Gusti Pangeran enggan untuk mengakuinya. Lagipula Paman Gusti Pangeran adalah seseorang yang ahli dalam strategi perang. Makanya sampai saat ini beliau belum terkalahkan," jawab Paman Rawedeng.

"Saya setuju dengan Paman tentang Paman Jati Arga yang enggan mengatakan bahwa dia menyesal dengan tindakannya. Tetapi untuk masalah ahli strategi itu apakah benar sekali, Paman?"

"Itu benar sekali Gusti Pangeran. Pada saat Kerajaan Manggala dipimpin oleh Kanjeng Gusti Parama Nawasita Mahija. Kerajaan Manggala selalu diserang oleh kerajaan-kerajaan lain. Tetapi dengan adanya kedua putranya, Kerajaan Manggala selalu menang telak melawan mereka."

"Hebat sekali ya Paman," ucap Pangeran Andra bangga.

"Harus itu Gusti Pangeran. Keberadaan Beliau dan Ayahanda Gusti Pangeran adalah sebuah anugerah yang di berikan Sang Hyang Widi kepada Kakek Gusti Pangeran dan juga Kerajaan Manggala. Sampai-sampai Paman Gusti Pangeran dijuluki Sang Wistara sedangkan Ayahanda Gusti Pangeran mendapat julukan Sang Bramanty."

"Apa artinya itu apa Paman?" tanya Pangeran Andra .

"Sang Wistara artinya pandai. Pandai membuat strategi walaupun dalam keadaan terjepit. Sedang Sang Bramanty adalah Ksatria Perang. Ksatria dalam berperang. Tidak membunuh kalau lawannya sudah tidak berdaya."

"Sungguh hebat perpaduan mereka berdua ya Paman. Sangat disayangkan mereka harus saling berperang," keluh Pangeran Andra .

Setelah tidak ada yang dibicarakan, akhirnya kami terdiam dalam pikiran mereka masing-masing.

"Lihat Paman, ada penginapan. Mari kita kesitu," ajak Pangeran Andra .

"Baik Gusti Pangeran."

Mereka akhirnya menuju ke penginapan yang terlihat ramai itu. Sewaktu kami sampai dipenginapan itu, Pangeran Andra dan Paman Rawedeng melihat banyaknya pengunjung yang datang. Ada pedagang, pendekar dan rakyat biasa. Kami menuju meja yang telah kosong.  Mereka pun memesan makanan. Setelah selesai makan mereka memesan kamar untuk beistirahat.

Saat berada di dalam kamarnya, Pangeran Andra tidak dapat memejamkan matanya. Dia sedang memikirkan langkah apa yang harus dia ambil selanjutnya.
***

Hari ini kami langsung melakukan perjalanan pulang menuju kerajaan. Dalam perjalanan Pangeran Andra pun bertanya kepada Paman Rawedeng.

"Paman, apakah Paman punya cara untuk melawan Paman Jati Arga dalam ilmu strategi?"

"Jujur, hamba sendiri tidak pernah bisa mengalahkan Beliau dalam ilmu strategi," jawab Paman Rawedeng

"Huh... Begitu ya Paman."

Akhirnya kami terdiam. Tidak ada yang kami bicarakan selama diperjalanan. Hingga akhirnya tak terasa kami sampai di Kerajaan Manggala. Sesampainya di istana Ayahanda dan Ibunda menyambut kami dengan rasa kuatir. Dikarenakan kami tidak memberi kabar pergi kemana setelah mengunjungi rakyat Manggala.

Ayahanda dan Ibunda pun langsung menyuruh kami untuk beristirahat dahulu. Karena mereka melihat kami sangat kelelahan karena telah menempuh perjalanan jauh.

Pangeran Andra terbangun dari tidurnya karena mendengar suara Lastri mengetuk pintu kamarnya. Ketika Pangeran Andra membuka pintu kamarnya, Lastri berkata bahwa ada Patih Rawedeng yang menunggu di ruang makan bersama Baginda Raja dan Baginda Ratu.

Sang Fajar (Tersedia E-Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang