Chapter 35 | Serangan Pertama

407 16 4
                                    

"Pangeran Andra!" seru prajurit yang menjaga pintu tenda utama. Ia ingin memberitahu Sang Pangeran berita yang sangat penting.

Sang Pangeran yang mendengar namanya dipanggil keluar dari tenda. Saat di luar tenda Sang Pangeran melihat kegaduhan yang luar biasa. Dilihatnya prajurit-prajurit berlarian tidak jelas.

"Patih! Ada apa ini?" tanya Sang Pangeran kepada Patih Rawedeng yang berada di sampingnya.

"Pasukan Adipati Jitendra sudah terlihat, Pangeran," jawab Patih Rawedeng.

"Hmmm.... Akhirnya tiba juga," gumamnya. "Bagaimana keadaan pasukan kita?"

"Mereka sudah siap menunggu di depan gerbang utama, Pangeran," jawab Patih Rawedeng.

"Baiklah kalau begitu. Mari Patih!"

Sang Pangeran yang ditemani oleh Patih Rawedeng dan Panglima Linggar di belakangnya, berjalan cepat menuju gerbang.

"Kangmas Andra!" panggil seseorang dari belakang, pemuda itu langsung menoleh.

Kanaya berlari ke arahnya dan membawa sesuatu dalam genggamannya.

"Ini ada titipan dari Ki Damar Sentanu untuk Kangmas," Kanaya menyerahkan barang yang di genggamnya.

"Terima kasih Dinda," kata Sang Pangeran dan langsung menyelipkannya di pinggang belakangnya.

"Gusti Pangeran, semua pasukan aliansi sudah menunggu," ujar Panglima Driyakarya

"Baiklah kalau begitu. Mari semuanya."

Pangeran Andra, Patih Rawedeng, Panglima Linggar, Panglima Drikarya dan Kanaya mulai berjalan ke arah pasukannya.

Delapan pasukan sudah berjejer rapi seperti yang sudah Pangeran Andra anjurkan, berbaris seperti benteng. Sepertinya semua pemimpin pasukan setuju untuk mencoba rencana yang Sang Pangeran usulkan.

Pasukan Kerajaan Gedawang dipimpin oleh Pandu Wijaya dan Patih Arya Wiguna. Di sebelahnya, pasukan dari Kerajaan Blandareja dipimpin oleh Raja Jatayana. Di sebelahnya lagi pasukan Kerajaan Danureta yang dipimpin oleh Patih Gandayuwana dan Panglima Artareja. Di sebelahnya lagi ada pasukan Kerajaan Kelocari, yang dipimpin oleh Raja Kumbaran. Di sebelahnya lagi ada pasukan dari Kerajaan Laranjaya, yang dipimpin oleh Mpu Supana.

Pasukan dari Kerajaan Pringgading di sebelah pasukan Kerajaan Laranjaya. Pasukan ini dipimpin oleh Pangeran Jaya Indra dan Pangeran Jaya Giri.

Di sebelah lagi adalah pasukan kedua dari Kerajaan Acalapati, yang dipimpin oleh Raja Jati Arga.

Dan yang terakhir. Pasukan dari Kerajaan Malwapati. Pasukannya yang dipimpin oleh seorang kesatria wanita, yaitu Ratu Kencana Mayang.

Di sisi paling kiri, terdapat pasukan satu lagi. Pasukan itu terlihat berbeda, lain dari yang lainnya. Karena pasukan ini adalah pasukan relawan yang berisikan gabungan rakyat dari berbagai kerajaan yang hancur oleh pasukan Raja Jitendra.

Selain itu, di atas tembok berderet pasukan panah yang tergabung dari semua pasukan kerajaan. Laksita tergabung dalam pasukan ini.

Di depan dari delapan pasukan, berdiri dengan gagah para tiga sesepuh, Kakek Arnawama, Paman Sentana, Paman Jenggala, Patih Rawedeng, Panglima Driyakarya, Panglima Kalinggar dan Darendra. Mereka semua dipimpin oleh Pangeran Andra.

Pangeran Andra menatap teman-temannya yang sudah Ia anggap sebagai saudaranya. Begitu juga para sesepuh dan juga Patih dan Panglima. Dia merasa terharu. Karena mereka semua mempercayakan semuanya kepada dirinya.

Lalu tiba-tiba datang seorang Kajineman yang ditugaskan langsung oleh Pangeran Andra.

"Bagaimana?" tanya Pangeran Andra.

Sang Fajar (Tersedia E-Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang