Chapter 12 | Bertemu Dengan Paman Jati Arga

784 33 11
                                    

Pagi ini Pangeran Andra terbangun wajah yang terlihat kurang tidur. Di karenakan Pangeran Andra masih memikirkan cara untuk menghentikan peperangan ini. Dia tidak mau lagi ada korban dari kedua kerajaan tersebut. Karena Pangeran Andra belum juga mendapatkan solusi yang sesuai, akhirnya dia memilih mandi untuk menyegarkan pikirannya dan setelah itu Pangeran Andra menuju kamar Paman Rawedeng yang ada di sebelahnya. Pada saat Pangeran Andra mau mengetuk pintu kamar Paman, tiba-tiba saja Paman sudah muncul dari balik pintu kamarnya.

"Maaf Paman kalau saya mengejutkan Paman," ujar Pangeran Andra.

"Tidak apa-apa Gusti Pangeran, hamba juga sebenarnya ingin menuju ke kamar Gusti Pangeran," jawab Paman.

"Ya sudah. Kalau begitu mari kita langsung menuju ke ruang makan yang ada di penginapan ini, Paman. Saya sudah merasa lapar sekali."

"Baiklah Gusti Pangeran, mari kita sama-sama menuju kesana."

Pada saat kami menuju keruangan makan, banyak orang yang langsung menundukkan kepalanya dan langsung pergi. Pangeran Andra pun terkejut dengan kejadian ini tetapi tidak dengan Paman Rawedeng. Pangeran Andra lalu bertanya kepada Paman Rawedeng tentang hal itu.

"Kenapa mereka pergi semuanya, Paman?" tanya Pangeran Andra.

"Apakah Gusti Pangeran sudah lupa?" jawab Paman.

"Ya ampun Paman, saya lupa. Terus bagaimana ini, Paman? Penyamaran kita terbongkar karena kebodohan saya sendiri."

"Semua sudah terjadi Gusti Pangeran. Semuanya tergantung dengan Gusti Pangeran, apakah merasa nyaman dengan keadaan ini atau Gusti Pangeran ingin semuanya seperti biasa saja?" kata Paman Rawedeng.

"Hmm... Bagaimana kalau kita pergi mengunjungi Paman Jati Arga saja, Paman?" ucap Pangeran Andra.

Paman Rawedeng terkejut dengan keinginan Pangeran Andra itu.

"Eeh..."

"Apa maksud Gusti Pangeran?" tanya Paman Rawedeng.

"Saya ingin mengunjungi Paman Jati Arga. Saya ingin berunding dengan Beliau tentang perang yang tak berkesudahan ini Paman. Apakah Paman merasa bahwa perang ini membawa hasil yang lebih baik?"

"Sebenarnya tidak Gusti Pangeran. Peperangan ini hanya membawa penderitaan bagi rakyat," jawab Paman.

"Nah, kalau begitu antarkan saya menemui Paman Jati Arga. Biarkan saya berunding dengan Beliau. Walaupun nanti tidak ada hasil apapun tidak apa-apa. Yang terpenting kita sudah berusaha untuk mencobanya Paman."

Terenyuh dan ingin menangis Patih Rawedeng ketika dia mendengar ucapan Sang Pangeran. Dia merasakan bahwa Pangeran Andra telah menjadi seseorang yang berjiwa besar, sudah layak menjadi pengganti Baginda Raja.

Selesai makan, Pangeran Andra dan Paman Rawedeng bersiap-siap untuk pergi mengunjungi Paman Jati Arga. Kata Paman Rawedeng perjalanan menuju ke kediaman Paman Jati Arga membutuhkan waktu tiga hari menggunakan kuda. Pada saat mereka keluar penginapan, mereka melihat kuda mereka sudah dipersiapkan oleh pihak penginapan.
*

**

Tanpa terasa kami sudah tiga hari berkuda. Banyak kejadian yang mereka alami. Ketika mereka mendekati perbatasan antara Kerajaan Manggala dengan Kerajaan Acalapati mereka dihentikan oleh para prajurit yang menjaga perbatasan tersebut.

"Berhenti!" perintah prajurit itu kepada kami.

Lalu mereka pun berhenti serta turun dari kuda yang  mereka tunggangi.

"Siapa nama kalian dan apa keperluan kalian datang kemari?" tanya prajurit itu.

"Mohon maaf Paman prajurit, kami dari Kerajaan Manggala. Nama saya Riandra Arya Bima sedangkan paman di sebelah saya adalah Patih Rawedeng. Kedatangan kami kemari untuk bertemu dengan Raja Jati Arga" ujar Pangeran Andra.

Sang Fajar (Tersedia E-Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang