Chapter 24 | Perjalanan Andra Dan Kanaya 2

479 16 3
                                    

"Kangmas, apakah itu Kerajaan Panjaga yang Kangmas maksud?" tanya Kanaya sambil menunjuk ke arah depan.

"Benar sekali Dinda. Ayo kita cepat kesana," jawab Andra.

"Hia! Hia!"

Andra dan Kanaya mempercepat gerakan kudanya untuk mencapai Kerajaan Panggala. Ketika sampai di gerbang kerajaan, kami di berhentikan oleh prajurit yang menjaganya.

"Berhenti!" perintah seorang prajurit yang menjaga gerbang masuk kerajaan.

Andra dan Kanaya pun menghentikan laju kudanya dan turun mengikuti perintah prajurit tersebut.

"Ada urusan apa kalian datang kemari?" tanya prajurit itu.

"Mohon maaf. Kedatangan kami kemari atas undangan Ki Ageng Nirwasita," ucap Andra dengan sopan.

Mendengar jawaban dari Andra. Membuat prajurit itu terkejut dan langsung membungkukkan dirinya. Mereka melakukan hal ini karena telah mendapat pesan dari Ki Ageng Nirwasita bahwa akan datang tamu dari Kerajaan Manggala. Tamu itu adalah seorang Pangeran yang bernama Andra.

"Mo-mohon maaf atas kelancangan kami Pangeran," ujar prajurit itu dengan ketakutan.

"Tidak apa-apa. Ayo bangkit," kata Sang Pangeran.

Kedua prajurit itu pun langsung bangkit setelah mendengar perintah Sang Pangeran.

"Mari kami antar menuju kediaman Ki Ageng Nirwasita," ucap mereka.

"Ah tidak usah. Biar kami sendiri yang kesana. Kami ingin memberi kejutan kepada Ki Ageng Nirwasita kalau kami telah datang," ujar Sang Pangeran.

"Baiklah kalau itu kehendak Pangeran," ujar prajurit itu sambil membungkukkan badannya lagi.

Baru beberapa tombak Andra dan Kanaya menggerakkan kudanya menuju kediaman Ki Ageng Nirwasita tiba-tiba ada anak perempuan yang berusia sekitar dua belas tahun memanggil-manggil Andra dengan lantang.

"Kakang Andra!" panggil gadis itu.

Andra dan Kanaya pun menghendaki laju kudanya ketika ada yang memanggilnya. Kemudian mereka turun dan menghampiri anak perempuan itu.

"Eh Lintang Ayu. Apa kabar?" tanya Andra tersenyum.

"Kabarku baik Kakang. Kakang sekarang sombong. Tidak pernah main ke rumah lagi," jawab Lintang dengan wajah merengut sambil mengerucutkan bibirnya.

"Kakang minta maaf ya cah Ayu. Kakang lagi banyak urusan. Nanti kalau urusan Kakang sudah selesai Kakang janji akan main ke rumah Lintang," ucap Andra.

"Benar ya Kakang. Bapak dan Ibu juga menanyakan Kakang," kata Lintang lagi.

"Iya pasti. Sekarang Kakang pergi dulu ya," jawab Andra sambil mengelus rambut Lintang.

"Iya Kakang. Oh iya. Jangan lupa kalau main ke rumah nanti kenalkan ke Lintang siapa mbakyu yang disebelah Kakang ya. Selamat tinggal," ujar Lintang sambil berlari-lari kecil dan melambaikan tangannya.

Andra dan Kanaya hanya tersenyum melihat tingkah Lintang. Setelah Lintang tidak terlihat lagi Andra dan Kanaya melanjutkan perjalanan mereka.

Dari kejauhan terlihat seorang pria sepuh memakai jubah berwarna putih dan memakai blangkon berwarna senada sedang berbicara dengan dengan seorang warga desa. Andra yang mengenalinya langsung turun dari kuda dan menyapanya.

"Salam Ki," ujar Sang Pangeran dengan mengatupkan tangannya.

Pria sepuh yang di panggil Ki oleh Sang Pangeran pun menengok. Terlihat wajahnya yang berubah sumringah ketika tahu yang memanggilnya adalah tamu yang ditunggunya.

Sang Fajar (Tersedia E-Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang