Chapter 15 | Perang

749 28 32
                                    

Mungkin jalan satu-satunya yang harus dilakukan adalah perang. Tetapi perang yang Pangeran Andra maksud adalah perang secara gerilya. Membungkam lawan dengan perlahan, tidak membunuh secara brutal. Pangeran Andra berusaha sebisa mungkin rencana yang dia jalankan tidak meninggalkan korban dari pihak lawan ataupun dari pihak Kerajaan Manggala. Saat ini Pangeran Andra sedang membahas tentang rencana yang dia miliki itu untuk melawan strategi yang dijalankan oleh Paman Jati Arga dengan Ayahanda, Paman Rawedeng dan Paman Danadyaksa.

"Pangeran, apakah cara ini efesien dapat mengurangi korban jiwa dari kedua kerajaan?" tanya Paman Danadyaksa.

"Saya pikir seperti itu Paman. Karena kita hanya menyergap prajurit-prajurit yang menuju ke arah yang mereka pikir sebagai informasi dari mata-mata itu."

"Menurut Paman Danadyaksa bagaimana?" tanya Pangeran Andra.

"Kalau menurut hamba, rencana ini sudah bagus. Dan juga keinginan Pangeran untuk mengurangi jumlah korban sangatlah mulia. Tetapi bagaimana bila akhirnya Kerajaan Acalapati memutuskan melakukan perang terbuka?"

"Untuk hal itu sudah saya pikirkan Paman. Maka dari itu aku meminta masukkan dari Ayahanda dan juga Paman berdua".

"Kenapa hanya Paman berdua dan Ayahanda yang saya ajak berunding? Di karenakan Paman berdua sudah sering turun di medan perang," jelas Pangeran Andra kepada Paman Danadyaksa dan Paman Rawedeng.

"Untuk perang terbuka nanti, cara apakah yang akan Pangeran lakukan? Karena perang inilah yang akan memastikan kemenangan atau kekalahan dari kedua kerajaan," tanya Paman Rawedeng.

"Kita akan menggunakan strategi pemtopeku. Strategi ini sudah saya persiapkan untuk perang terbuka melawan Paman Jati Arga nanti Paman. Oh iya, Paman. Berapa jumlah prajurit Manggala secara keseluruhan dan jumlah setiap kesatuannya," tanya Pangeran Andra .

"Jumlah prajurit Manggala secara keseluruhan sebanyak lima ribu orang Pangeran. Sedangkan kalau berdasarkan kesatuan, maka jumlah prajurit pemanah berjumlah seribu lima ratus orang. Prajurit tombak seribu lima ratus orang, sedangkan sisanya adalah prajurit berkuda dan prajurit pedang," jawab Paman Rawedeng.

"Sepertinya sudah cukup untuk melawan strategi perang terbuka yang Paman Jati Arga inginkan," ujar Pangeran Andra.

"Lalu bagaimana caranya agar pasukan dari Kerajaan Acalapati dapat terkalahkan dalam perang terbuka ini Pangeran?" tanya Paman Rawedeng dan Paman Danandyaksa bersamaan.

"Yang pertama kita lakukan adalah membagi jumlah prajurit kita miliki menjadi tiga. Yaitu pasukan Timur, pasukan Barat dan pasukan Utara. Berdasarkan jumlah prajurit setiap kesatuan, maka di setiap pasukan akan ada masing-masing lima ratus pasukan panah, lima ratus pasukan tombak, empat ratus pasukan kuda dan pedang di pasukan bagian Timur dan Barat sedangkan sisanya akan berada di pasukan Utara. Untuk pasukan Timur akan dipimpin oleh Paman Rawedeng, pasukan Barat dipimpin oleh Paman Danadyaksa. Sedangkan pasukan Utara akan menjadi tanggung jawab saya. Untuk pengaturan prajurit maka pemanah bagian depan, kedua prajurit tombak, ketiga prajurit pedang dan terakhir adalah prajurit berkuda."

"Jawaban dari pertanyaan Paman berdua adalah para prajurit akan menyerang sesuai dengan urutannya. Yang pertama menyerang pasukan pemanah. Gunanya untuk mengurangi jumlah pasukan dari Kerajaan Acalapati secara signifikan. Setelah mereka dekat  pasukan kita, barulah pasukan tombak, pasukan pedang dan pasukan kuda menghabisi sisa pasukan mereka. Maka dengan begitu kemengan akan kita raih," ujar Sang Pangeran dengan lantang.

Baginda Raja, Paman Rawedeng dan Paman Danadyaksa terkejut dengan rencana yang Pangeran Andra ungkapkan. Bagi mereka rencana yang Pangeran Andra ungkapkan adalah rencana hanya tersirat saja tapi tidak dapat dilaksanakan, karena selalu gagal karena adanya penyusup di kerajaan. Setelah mengetahui rencana yang akan aku lakukan, mereka menjadi sangat bersemangat sekali.

Sang Fajar (Tersedia E-Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang