Chapter 26 | Pancingan

448 17 4
                                    

Disaat Darendra menceritakan maksud dan keinginannya bertemu Pangeran Andra, tiba-tiba saja sebuah anak panah melesat kencang ke arah Sang Pangeran.

"Awas!"

Dengan sigap Darendra menangkap anak panah itu. Sedangkan Kanaya dan Laksita mengejar pemanah tersebut.

"Pangeran tidak apa-apa?" tanya Darendra.

"Aku tidak apa-apa," jawab Pangeran Andra tenang.

"Kira-kira siapa dia? Kenapa dia menyerang Pangeran?" tanya Darendra lagi.

"Itu yang perlu kita selidiki. Kita tunggu hasil pengejaran dari Kanaya dan Laksita," jawab Pangeran Andra.

Dari kejauhan terlihat Kanaya dan Laksita menunggangi kudanya ke arah Pangeran Andra dan Darendra. Tetapi tidak ada orang lain selain mereka.

"Maaf Kangmas. Kami gagal menangkapnya. Gerakkannya begitu cepat," ujar Kanaya.

"Tidak apa-apa. Sekarang kita cari penginapan untuk istirahat," ujar Pangeran Andra.

Akhirnya Andra dan yang lainnya mencari penginapan untuk hari ini dan membicarakan masalah yang terjadi baru saja.
***

Saat ini Pangeran Andra dan Darendra sedang menunggu Kanaya serta Laksita membersihkan diri. Sambil menunggu mereka, Pangeran Andra mendengarkan cerita Darendra tentang segala rencana Adipati Jitendra.

"Terima kasih kamu mau menceritakan semua yang kamu ketahui tentang rencana Adipati Jitendra, tetapi maaf, untuk saat ini s belum bisa memberitahu kepadamu apa rencanaku selanjutnya. Karena aku sendiri masih belum bisa mempercayaimu sepenuhnya. Aku harap kamu tidak sakit hati atas sikapku ini," ujar Pangeran Andra.

"Hamba memaklumi ketidakpercayaan Pangeran," ucap Darendra.

Kanaya dan Laksita yang sudah selesai membersihkan diri langsung keluar dari kamar untuk menemui Pangeran Andra dan Darendra.

"Wah sepertinya serius sekali ngobrolnya," ujar Laksita.

"Biasa aja Dinda. Tidak ada hal yang penting. Hanya urusan laki-laki. Hahaha..."

"Mari sekarang kita makan. Sudah lapar aku ini," ucap Darendra dengan wajah memelas.

"Iya iya. Ayo kita makan," ujar Kanaya dan Laksita bersamaan.

Sambil menyantap makan malam, Andra meneruskan pembicaraannya dengan Darendra. Sedangkan Kanaya dan Laksita hanya menjadi pendengar saja.
***

Sementara itu di puncak gunung Merbabu seorang pria sepuh yang penampilannya berambut serta berjenggot dan berkumis panjang sedang berbicara serius dengan seorang pria yang terlihat masih muda. Dan dia membawa busur dan juga panah.

"Piye Le? Sudah kamu laksanake tugasmu?" tanya pria sepuh itu sambil mengelus jenggot panjangnya.

"Sampun Ki. Tetapi hampir saja saya tertangkap oleh dua orang wanita yang sedang bersamanya," jawab pria muda itu.

"Hemm... Tapi kowe ora ketangkep to? Masa seorang Prayoga Setya yang katane ahli panah dan pemilik ajian Bayu Beliung bisa tertangkap karo bocah wingi sore. Hahaha..." ujar pria sepuh itu sambil tertawa mengejek.

"Hahaha... Mereka sangat tangkas Ki. Terutama putri Jenggala. Dia benar-benar seperti ayahnya. Tidak mengenal kata menyerah."

"Sudah aku duga. Buah tidak akan jatuh dari pohonnya. Yang tidak aku sangka adalah dua orang menemani Andra dalam perjalanan ini. Tapi rak popo. Dengan begini mereka akan mengerti apa yang akan terjadi. Mereka bisa membantu Andra dalam menjalankan tugasnya. Karena tugas yang berat berada dipundak Andra. Karena hanya dia yang dapat mengalahkan Jitendra. Dan juga menjaga perdamaian ditanah Jawa ini," ucap pria sepuh itu sambil memandang jauh kedepan.

"Ki? Ki Damar?"

Pria sepuh yang ternyata adalah Ki Damar Sentanu itu hanya diam saja saat dipanggil oleh pria yang diajak bicara.

"Oh maaf Le. Aku jadi melamun. Yo wes saiki masuklah ke dalam. Nanti kita bicarakan langkah selanjutnya," ujar Ki Damar Sentanu.
***

"Aku masih sangat penasaran dengan orang yang menyerangku saat kita baru sampai disini," ucap Pangeran Andra.

"Saya juga merasa begitu Pangeran," sambung Darenda.

"Ssst. Tolong kalau diluar panggil aku Andra saja. Nanti akan banyak musuh yang bermunculan kalau kamu memanggilku seperti itu," perintah Andra.

"Sendika dawuh Pang... maaf Andra," ucap Darendra dengan gugup.

"Bagaimana kalau kita cari saja Kangmas? Aku dan Kanaya masih ingat dengan ciri-cirinya. Terlebih lagi Kanaya hampir saja mengalahkannya. Tetapi orang itu bisa melarikan diri dengan ilmu memperingan tubuhnya. Iya kan Kanaya?" ucap Laksita sambil menggerakan kepalanya kearah Kanaya.

"Benar sekali Kangmas. Sampai-sampai aku geram rasanya melihat orang melarikan diri," ujar Kanaya dengan mengepalkan tangannya.

"Ya sudah. Mari kita cari orang itu. Agar rasa penasaran kita bisa hilang. Hahaha," ucap Pangeran Andra sambil tertawa.

Pangeran Andra, Darendra, Kanaya dan Laksita meninggalkan meja makan dan langsung menuju kuda masing-masing untuk mencari pria yang menyerang Andra.

Hari sudah siang. Matahari bersinar dengan terik sekali. Tetapi pria yang Andra dan teman-temannya cari belum ketemu. Dia seperti hilang ditelan bumi. Karena dirasa percuma, akhirnya Pangeran Andra menyarankan supaya kembali ke penginapan. Karena besok mereka harus pergi ke puncak gunung Merbabu untuk bertemu dengan Ki Damar Sentanu untuk mendapatkan jawaban atas semua pertanyaannya.
***

"Semua sudah siap?" tanya Pangeran Andra.

"Sudah Kangmas," jawab Kanaya, Darendra dan Laksita bersamaan.

"Mari kita berangkat!" ujar Pangeran Andra lantang.

"Hia... Hia..."

Andra dan teman-temannya memacu kuda mereka menuju puncak gunung Merbabu.

"Kangmas, itu sudah terlihat kaki gunung Merbabunya!" teriak Kanaya.

"Iya benar sekali. Ayo lebih cepat lagi. Biar kita tidak terlalu malam sampai puncaknya," jawab Andra tidak kalah kencang.

"Hia... Hia... Hia"

Ternyata saat mereka sampai puncak gunung Merbabu menjelang sore hari. Tetapi tidak mendapati siapapun disitu. Hanya ada sebuah rumah tidak berpenghuni. Karena merasa lelah Pangeran Andra dan teman-temannya memilih beristirahat. Menunggu esok hari untuk mencari kembali keberadaan Ki Damar Sentanu.
***

Disaat Pangeran Andra dan teman-temannya sedang terlelap. Ada sekelebat bayangan yang bergerak kearah mereka. Bayangan itu melepaskan anak panah kearah Pangeran Andra. Dengan sigap Pangeran Andra menangkapnya. Bayangan itu langsung pergi setelah itu.

Sebenarnya Pangeran Andra ingin mengejar bayangan itu. Tetapi hal itu tidak dilakukannya karena PangeranAndra tak ingin meninggalkan teman-temannya dalam kondisi tidur. Di saat Pangeran Andra ingin meneruskan tidurnya, dia melihat sebuah pesan yang ditulis pada daun lontar dan diikatkan pada panah yang dia tangkap. Dibukanya daun lontar itu dan mulai membaca isinya. Setelah membaca pesan itu, Pangeran Andra memilih mempersiapkan dirinya menuju tempat yang disebut didalam pesan itu. Pada saat ingin berangkat tiba-tiba saja ada suara yang bertanya kepadanya.

"Mau kemana malam-malam begini Kangmas?"

"A-aku mau ke belakang dulu. Mau buang air kecil sama mau cari kelinci buat makan besok. Kan persediaan makanan kita sudah menipis," jawab Pangeran Andra gugup.

"Oh begitu. Aku pikir Kangmas mau kemana. Ya sudah sana. Jangan terlalu jauh ya Kangmas. Karena besok kita masih harus mencari Ki Damar Sentanu."

"I-iya Dinda," jawab Pangeran Andra dengan gugup lagi.

"Aku lanjut tidur ya Kangmas."

Siapakah yang terbangun dan bertanya kepada Andra?

Sang Fajar (Tersedia E-Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang