Chapter 11 | Awal Perselisihan

755 38 13
                                    

Ditengah perjalanan menuju penginapan Sang Pangeran bertanya kepada Paman Rawedeng tentang awal perselisihan antara Baginda Raja dengan Paman Jati Arga.

"Paman, kenapa Ayahanda dengan Paman Jati Arga bisa berselisih?" tanya Sang Pangeran.

"Sebenarnya perselisihan itu disebabkan karena Tumenggung Jati Arga merasa iri dan dengki dengan Baginda Raja."

"Kenapa bisa begitu Paman? Apakah yang membuat Paman Jati Arga iri dan dengki kepada Ayahanda?" tanya Sang Pangeran lagi.

"Yang membuat Tumenggung Jati Arga iri dan dengki dengan Baginda Raja adalah karena Tumenggung Jati Arga merasa kalau perlakuan Kakek Gusti Pangeran yaitu Kanjeng Gusti Parama Nawasita Mahija tidak adil," ucap Paman Rawedeng.

"Perlakuan tidak adil yang seperti apa Paman?"

"Perlakuan apapun Gusti Pangeran. Padahal kalau hamba melihat sebenarnya perlakuan kakek Gusti Pangeran sudah sangat adil. Bahkan agar Tumenggung tidak sedih, Baginda Raja sampai mengalah demi adiknya. Tetapi hal itu tidak membuat hati Tumemggung Jati Arga menjadi baik tetapi semakin menjadi sebaliknya."

"Hmph...." Paman Rawedeng pun mendesah. Semacam ada sesuatu yang selama ini menjadi beban hidupnya.

"Sebenarnya ada suatu peristiwa yang hamba sembunyikan dari Baginda Raja selama ini. Peristiwa ini hamba sembunyikan karena perintah dari Kakek Gusti Pangeran."

"Peristiwa apa itu Paman?"

"Pada suatu hari hamba tanpa sengaja mendengar bahwa Tumenggung Jati Arga merencanakan pembunuhan kepada Kakek Gusti Pangeran. Dan rencana itu akan dilakukan pada saat pengangkatan Baginda Raja menggantikan kakek Gusti Pangeran sebagai seorang raja."

"Aa-apa? Paman tidak berbohong kan?" tanya Andra.

"Gusti Pangeran, buat apa hamba berbohong. Pada saat hamba mendengar rencana tersebut hamba merasa terkejut dan bingung. Apakah hamba harus melaporkan rencana pembunuhan itu kepada Ayahanda Gusti Pangeran atau Kakek Gusti Pangeran. Akhirnya hamba melaporkan rencana tersebut kepada Kakek Gusti Pangeran. Pada saat hamba melaporkan rencana pembunuhan itu kepada Kakek Gusti Pangeran, ternyata kakek Gusti Pangeran sudah mengetahui hal itu akan terjadi. Maka dari itu juga Beliau membuat sebuah wasiat. Yang dimana isi dari wasiat itu adalah mengumumkan kepada seluruh rakyat Kerajaan Manggala bahwa mereka akan dipimpin oleh Putra Mahkota, yaitu Bayu Anggadya Parmesta. Sedangkan Pangeran Jati Arga tetap menjadi seorang Tumenggung, untuk pusaka utama milik kerajaan akan diberikan kepada anak atau cucunya yang dapat menguasai ilmu dari kitab Antadjaya. Pada saat upacara penobatan ayahanda Gusti Pangeran selesai. Terjadilah rencana pembunuhan tersebut. Tiba-tiba saja kakek
Gusti Pangeran terjatuh dari kursinya pada saat jamuan. Kami semua tamu terkejut dan panik tetapi akhirnya hamba membawa kakek Gusti Pangeran kekamarnya beliau. Pada saat hamba berada diruangan tersebut hamba di perintahkan oleh Kanjeng Gusti Parama Nawasita Mahija untuk memanggil Sri Baginda Raja dan Adipati Nirwasita Prayata beserta Mantri untuk berkumpul diruangan tersebut. Setelah pertemuan tersebut selesai maka dipanggilah semua Bupati, Tumenggung termasuk Tumenggung Jati Arga. Setelah semua berkumpul. Kemudian Adipati Nirwasita Prayata diperintahkan oleh Kanjeng Gusti Parama Nawasita Mahija untuk membacakan wasiat yang telah dibuatnya. Lalu Adipati Nirwasita Prayata membacakan isinya sesuai arahan kakek Gusti Pangeran. Setelah dibacakan isi wasiat itu akhirnya kakek Gusti Pangeran meninggal dunia."

"Lalu setelah pembacaan wasiat itu apa yang terjadi Paman?" tanya Pangeran Andra.

"Setelah pembacaan wasiat itu selesai Tumenggung Jati Arga murka. Karena tidak terima dengan isi wasiat tersebut. Akhirnya beliau pergi sambil berkata akan melakukan pemberontakan. Tumenggung Jati Arga sebenarnya ingin menguasai kerajaan Manggala dan juga kitab Antadjaya untuk dirinya dan juga keturunannya. Dan dia jugalah yang sebenarnya menculik Gusti Pangeran dan membuang Gusti Pangeran ke dimensi Andjarang. Dan pada saat ini Tumenggung Jati Arga telah memisahkan diri dari Kerajaan Manggala dan membentuk kerajaan sendiri yang bernama kerajaan Acalapati dan mengangkat dirinya sendiri sebagai raja. Yang awalnya hanyalah sebuah pemberontakan tetapi berakhir menjadi peperangan yang telah memakan banyak korban. Baik itu harta maupun manusia."

Pangeran Andra begitu terkejut ketika mendengar penjelasan Paman Rawedeng. Dia tak menyangka perlakuan Paman Jati Arga kepada Ayahandanya. Hanya karena iri dan dengki beliau melakukan peperangan kepada kakak kandungnya sendiri.

Sekarang yang jadi pemikiran Sang Pangeran adalah bagaimana cara untuk menyelesaikan perang ini. Perang yang terjadi karena keegoisan Paman Sang Pangeran sendiri. Andra tidak mau rakyat menjadi korban terus menerus.

Sang Fajar (Tersedia E-Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang