Nisa Menghilang?

159 18 0
                                    

Pukul 08:20 pagi, di ruang marketing Faeza Group tampak sepi dari aktifitas. Beberapa orang menyibukkan diri membuka berkas-berkas minggu lalu yang sudah tak terpakai. Beberapa lainnya hanya mengutak-atik komputer, membaca ulang e-mail yang tersimpan beberapa hari lalu.

"Nisa kemana Sal?" salah seorang dari mereka menanyakan keberadaan Nisa kepada Salma yang sedari tadi sibuk dengan hp.

"Ini lagi coba aku telpon tapi ndak aktif." Salma menjawab dengan malas.

"Assalamualaykum, selamat pagi semuanya!"

Suara dari arah pintu mengagetkan mereka, membuat mereka sontak merapihkan posisi duduk dan meja kerja, juga memastikan jilbab yang mereka kenakan tak ada masalah.

"Waalaykumussalam Pak!" Mereka menjawab salam Rayhan serempak dengan ekspresi yang masih tak mengerti kenapa Rayhan tiba-tiba muncul.

Rayhan melangkah santai, duduk di bangku kerja Nisa, merapihkan berkas-berkas yang masih tertinggal di atas meja, lalu menyalakan komputer. Sementara Salma dan yang lainnya celingukan saling lempar pandangan satu sama lain mencari tau apa yang terjadi. Tapi sayang mereka semua memberi kode dengan mengangkat bahu tanda tak mengerti.

"Ehm," suara Rayhan membuat mereka menghentikan aksi bisik-bisik.

"Ini berkas yang harus kalian kerjakan hari ini!" Sambil berdiri lalu berjalan membagikan beberapa berkas.

"Maaf, Pak. Nisa ndak masuk ya? Apa dia sakit? Atau apa?" Salma memberanikan diri membuka suara saat Rayhan sampai di meja kerjanya.

"Oh iya, Annisah mulai hari ini sudah tidak bekerja lagi di Faeza Group, mungkin sementara waktu saya yang handle tugasnya sampai menemukan pengganti." Tutur Rayhan membuat semua mata terbelalak.

Mereka kembali ricuh dengan berbisik-bisik dan saling lempar pandang.

"Memangnya kenapa Nisa berhenti kerja Pak?" Salma belum puas dengan penuturan Rayhan.

Rayhan hanya diam, melihat arloji di tangan kemudian berucap, "Sudah hampir jam sembilan, sudah waktunya bekerja!" Berjalan mengambil beberapa kertas di meja Nisa kemudian pergi meninggalkan ruangan marketing.

"Apa-apaan Nisa ini!" Salma menggerutu sambil terus mencoba menelpon Nisa tapi tidak tersambung. Beberapa pesan dia kirim tapi belum ada tanda pesannya sampai kepada penerima.
***
Seperti biasa di sore hari menjelang maghrib Masjid Agung ramai akan pengunjung. Dari arah gerbang, Salma ragu-ragu hendak melangkahkan kaki. Dia berjalan pelan sambil menyapu pandangannya ke segala arah berharap menemukan keberadaan Nisa.

Masa iya Nisa ndak datang kesini untuk sholat maghrib? Bukannya dia jatuh hati dengan bacaan imam sholat maghrib disini? Batinnya berbicara sambil terus melangkah sampai di teras masjid.

"Mas Mas!" Salma menyapa Wira yang melintas di sampingnya. "Iya sampeyan!" ia bersuara lagi ketika mendapati orang yang disapanya malah celingukan seperti bingung.

"Oh saya, assalamualaykum, Mba?" menelungkupkan tangan di depan dada tanda memberi salam.

Salma melakukan hal yang sama sambil menjawab salam, "waalaykumussalam!"

"Sampeyan kenal Annisah? Emm maksud saya perempuan bernama Nisa yang sering sholat maghrib disini. Eh gimana ya jelasinnya." Salma bingung sendiri dengan kalimatnya.

"Nisa? Iya saya tau Nisa. Tapi sepertinya hari ini Nisa ndak hadir. Emm permisi dulu ya Mba, udah adzan. Assalamualaykum."

"Waalaykumussalam." Ditengah kekecewaannya Salma mengambil wudhu hendak mengikut jamaah sholat. Ia memutuskan akan ke rumah Nisa setelah sholat.

Masjid Agung Kiai Ma'sumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang