Seungmin menggeliat kecil dalam tidurnya, matahari sudah tampak agak tinggi. Sinarnya masuk malu-malu menyapa rambut berantakan dan wajah mengantuk pria manis itu. Tangan kirinya menjelajah, berusaha mencari kacamata bulatnya di atas nakas. Sedikit menyenggol lampu tidur karena tidak terlihat sebelumnya. Bibirnya tertawa kecil menyadari kebodohannya saat bangun tidur. Langkahnya mulai menelusuri lantai menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.
Setelah beres dengan kegiatan paginya, ia melangkah menuju ruang tengah apartemen mungilnya untuk membuka jendela. Sinar mentari masuk sehingga membuat netra pemuda itu menyipit dan membentuk senyuman, eye smile yang Hyunjin sukai, begitu aku sahabat dekatnya itu. Meregangkan tangan dan kakinya serta menggerakkan leher hingga pinggangnya sebagai upaya pemanasan di pagi hari yang cerah ini.
Kakinya bergerak kembali menuju dapur mininya, menuang air di gelas dan menegaknya rakus. Seungmin selalu haus setiap bangun tidur dan dengan tenang menghabiskan dua gelas untuk pagi ini. Jemari kurusnya membuka kulkas dan melihat bahan makanan yang kiranya bisa ia buat untuk sarapan. Hari ini Minggu dan dia bisa agak bersantai kali ini mengingat tugasnya sudah ia selesaikan semalam.
Sudah memasuki bulan ketiga Seungmin menjalani kegiatan kuliahnya dan berbagai macam tugas sudah merengek meminta untuk dijamah. Tak heran pria manis itu selalu tidur larut demi menyelesaikan tugasnya itu. Seperti semalam, ia baru saja menyelesaikan esai yang akan ditagih dosennya pada esok hari. Ia memang berniat merampungkan semua tugasnya demi mendapat waktu santai di akhir pekan ini.
Seungmin yang sedang berjalan duduk di ruang tengah sambil membawa roti tawar dan susu stroberi dari kulkas dikagetkan oleh getaran benda kotak hitam di kantungnya. Menyadari bahwa itu dering telepon yang tak akan berhenti sebelum diangkat, secara kilat ia membawa sarapan sederhananya untuk diletakkan di meja tengah. Bibirnya tersenyum saat melihat sederet huruf dari orang yang memanggilnya pagi ini.
--
Hyunjin mendudukkan diri di ruang keluarga rumah paman dan bibinya itu. Pemuda itu sudah rapih, sudah wangi, sudah perfect, begitu katanya saat mematut diri di depan cermin kamarnya. Tangannya memegang erat smartphone-nya dan matanya fokus dalam kegiatan menyelam di perangkat komunikasi itu, entah mencari apa. Kaki jenjangnya yang terbalut jeans biru itu bergerak konstan menandakan betapa seriusnya pria itu berpikir. Saking terlalu larut dalam kegiatannya hingga ia tak sadar bahwa sang paman telah berada di dekatnya.
"Hyunjin!"
"Oh, Paman mengagetkanku!" sedikit berteriak karena lututnya terantuk kaki meja bulat tepat di depannya, salah sendiri terlalu serius.
"Pagi-pagi sudah rapih? Ingin pergi bersama Seungmin?"
Hyunjin yang mendapat pertanyaan seperti itu hanya merespon dengan menggaruk tengkuknya sambil menggigit bibir bawahnya, tanda gugup bagi pemuda bermarga Hwang. Hyunjin sudah menceritakan perihal Seungmin ke paman dan bibinya, bahkan ke ayah ibunya saat bertelepon sebulan yang lalu. Memang sih, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan, tapi mengingat hari ini adalah Minggu dan seorang seperti Hyunjin yang agak pemalas untuk beraktifitas, rasanya hanya janggal.
"Sana pergi, cari makan di luar! Bibimu tidak mau memasak hari ini," pamannya dengan senang hati mengusir pemuda berusia 20 tahun itu.
Hyunjin mengerucutkan bibirnya, karena pagi ini tidak mendapat sarapan. Pasangan suami istri itu hanya tergelak menyadari ketidakcocokan antara keimutan dan Hwang Hyunjin yang disandingkan. Hyunjin hanya mendengus pasrah menerima tawa dari orang yang sudah ia anggap sebagai orang tua kandungnya itu.
Hyunjin melenggang menuju pintu rumahnya setelah pamit pada kedua paman dan bibinya. Pemuda berkemeja kotak-kotak biru itu melangkahkan kakinya ke garasi dan mulai mempersiapkan mobilnya untuk diajak pergi. Tak lupa, tangan kirinya menjelajahi isi smartphone-nya dan langsung menekan nama di kontak teratas.
"Selamat hari Minggu, kesayangan!" Hyunjin berhenti sejenak dan membayangkan pipi pemuda yang diteleponnya akan berwarna merah muda, manis sekali, "baru bangun, ya?"
"Pergi, yuk! Sudah lama, loh kita tidak jalan-jalan. Aku ke sana, ya!" Hyunjin tidak memberi jeda untuk teman di sana menjawab kalimat beruntunnya, "Oh! Jangan lupa, aku minta jatah sarapanku!"
Ia langsung mematikan sambungan telepon itu dan membayangkan wajah kesal dari teman tersayangnya itu. Hyunjin langsung masuk ke bagian kemudi dan menyalakan mesinnya. Memundurkan perlahan mobil hitamnya itu dan langsung menuju apartemen sang pujaan hati.
--
Seungmin kelabakan. Betul-betul kelabakan. Belum mandi, masih mengenakan kaos putih dan celana pendek hitam kesayangan, piyama tidur musim panas katanya. Jarak rumah Hyunjin dengan apartemen miliknya hanya berkisar setengah jam. Segera dilangkahkan kakinya menuju kamar mandi dengan tak lupa mengambil handuk birunya dan mulai dengan kegiatan mandi tercepatnya.
Tetap saja, usaha apapun yang Seungmin lakukan untuk mandi secepat mungkin, tidak bisa mengalahkan kecepatan mengemudi Hyunjin yang sedang gembira dan berbunga-bunga. Pemuda manis itu keluar sambil mengeringkan rambutnya dan terlonjak kaget saat di hadapannya terdapat manusia tinggi berpakaian serba biru, ya kecuali topi putih yang menghias kepalanya ganteng.
Jangan tanya bagaimana cara Hyunjin bisa masuk padahal si tuan rumah masih berkutat dengan kegiatan mandinya. Pria bersurai legam itu memaksa Seungmin agar memberi tahu sandi masuk apartemennya dengan berdalih agar mudah membangunkannya saat kelas pagi. Tahu sendiri itu hanya akal-akalan Hyunjin agar bisa lolos masuk ke dalam dan justru ikut meringkuk di kamar pemuda manis itu atau malah seperti sekarang ini, mendudukkan badannya tegap di sofa ruang tengah, menunggu sarapan. Seungmin yang sudah hapal mendapati keadaan seperti ini hanya menggeleng pasrah, terlalu lelah dengan tingkah Hyunjin.
Handuk yang barusan dipakai ia gantungkan di tempat menjemur dan ia segera masuk ke kamarnya, berganti baju. Tak lama, Seungmin keluar dengan kaos putih yang dibalut kemeja biru langit dengan jeans hitam. Tanpa sadar justru membuat pakaian mereka seperti couple. Hyunjin hanya tertawa melihat Seungmin yang justru malah tak peduli ketika pemuda yang lebih tinggi menanyakannya. Hyunjin lihat justru rona kemerahan yang muncul dari pipi hingga telinga ketika dirinya menyebut kata "pasangan serasi".
Seungmin melangkahkan kakinya ke dapur dan mengambil sekotak sereal dan susu dari kulkas. Menyerahkan pada Hyunjin yang ternyata mengekorinya sedari ia keluar kamar. Mengambil dua mangkuk dan dua sendok untuk sarapan bersama. Membawanya ke meja ruang tengah, karena ia memilih untuk tidak membeli meja makan, terlalu penuh baginya, Seungmin tak suka.
"Loh! Ini roti tawar siapa?" Hyunjin bingung melihat roti bekas tergigit yang ada di atas meja.
"Punyaku. Tadi kamu meneleponku saat aku baru saja menggigit roti itu, kamu mau? Biar kuambilkan," Seungmin berjalan lagi ke dapur mengambil roti untuk Hyunjin.
"Ok, pas sudah," tangan yang lebih tua tergerak meraih roti pesanannya, "kita mulai sarapan kita."
Dalam setengah jam berikutnya mereka sudah menghabiskan sarapan kecil mereka. Seungmin sedang memasukkan botol-botol minum ke tas hitamnya. Hyunjin bilang, mereka akan pergi seharian penuh. Jadi, pemuda itu mengantisipasi dengan membawa minumannya sendiri, karena mereka berdua sama-sama mudah haus, apalagi ditambah musim panas dengan mentari yang terik.
Hyunjin hanya berniat memandang Seungmin-nya, bukan pemalas, hanya saja saat dirinya ingin membantu dengan membereskan barang-barang, pemuda berkacamata itu malah memintanya duduk dan diam. Jadi, jangan salahkan Hyunjin jika ia malah memperhatikan Seungmin. Seungmin jadi malu.
"Jja! Sudah siap! Ayo!"
Pria yang lebih tinggi segera berdiri dan mengikuti Seungmin menuju pintu. Tas hitam yang mereka gunakan ditaruh di pundak kanannya. Tangan kirinya beringsut mendekati tangan kanan Seungmin, memegangnya erat. Bersiap menjalani hari yang mengasyikkan di Minggu pagi yang cerah ini.
-
-
-
Jangan lupa vote dan comment-nya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite (hyunmin) ✔️
Fanfiction"Kenapa memilih Kanada, Seungmin?" "Negara ini adalah impianku, suasana seperti inilah yang aku sukai. Kalau Hyunjin?" "Ada yang menarikku ke Humber." Sejak kali pertama melihat Seungmin, dengan yakin Hyunjin mendeklarasikan dirinya sebagai sosok fa...