Happy Reading!
-
-
-
Terlahir sebagai anak tengah di antara tiga bersaudara, membuat Hyunjin lebih pendiam daripada saudaranya yang lain. Minhyun, si sulung yang terpaut enam tahun darinya seseorang yang pintar berbicara dan memikat hati dengan penuturannya yang jelas. Tak kaget bila saat dewasa ia didapuk menjadi Kepala Bagian Marketing sebuah perusahaan tekstil setelah menyelesaikan kuliahnya.
Si bungsu, Jeongin adalah anak yang tak kenal diam, mulutnya tak henti berbicara dengan energi yang berlebih yang kadang-kadang justru merepotkan Hyunjin, yang selalu menjaganya di rumah. Hyunjin sendiri adalah anak yang tidak terlalu pandai berbicara dan kadang suka menutupi perasaannya di dalam hati. Termasuk rasa tertariknya pada pemuda bersurai cokelat dan berkacamata bulat yang ia lihat di hari pertama masuk SMA.
Saat itu, Hyunjin baru saja kembali dari kantin saat istirahat pertama. Ia melangkah di koridor lantai satu dan seketika berhenti saat melihat seorang pemuda yang melintas di lapangan basket. Ia mematri jelas rupa dari pemuda itu, surainya yang sedikit bergelombang berayun-ayun mengikuti langkah terburu, ditambah dengan mata bulat yang beradu apik dengan kacamata yang berada di sana, bukan berkesan kutu buku, melainkan menambah kesan manis.
Hyunjin menampilkan senyumnya, matanya memindai kemana arah pergi pemuda yang ia perkirakan tidak memiliki perbedaan tinggi yang jauh dengannya. Tanpa sadar kakinya ikut melangkah, sembari matanya tidak lepas dari punggung kecil itu. Berbelok ke kanan untuk kemudian menuju ke gedung paling ujung yang agak terpisah dari gedung utama. Kaki Hyunjin terhenti saat pemuda itu memilih masuk ke perpustakaan.
Hyunjin mungkin bisa saja masuk ke dalam dan puas memperhatikan pemuda manis itu. Namun, Hyunjin tahu diri, ia tak mau pertemuan pertama mereka menjadi hal yang tak diinginkan. Perlahan, Hyunjin berbalik dan berjalan kembali. Ia tersenyum kecil. Dalam hatinya yang bergemuruh kencang, Hyunjin mendeklarasikan dirinya sebagai sosok favorit untuk pemuda manis itu.
-
-
"Hwang Hyunjin!"
Hyunjin mencari suara yang memanggil namanya ke penjuru kafe megah itu. Ia tersenyum mendapati Minho berdiri dari duduknya. Ia mengangkat tangan kanannya memberi gestur "tunggu sebentar" pada pemuda yang lebih tua darinya dua tahun itu. Minho mengangguk tanda mengerti dan kembali duduk. Perhatian Hyunjin teralih pada Seungmin di sebelah kirinya dengan genggaman tangan yang tak dilepasnya sedari turun dari mobil tadi.
"Kim," panggilan rendah Hyunjin menyadarkan Seungmin dari kegiatan menyelami bangunan ini, "mau pesan apa?"
"Latte with croissant sounds perfect," Seungmin menunjuk etalase di hadapannya.
Hyunjin mengangguk kemudian memesan pilihan Seungmin dan dirinya. Seungmin tersenyum senang. Suasana nyaman tercipta saat kakinya memasuki kafe tempat Jisung meminta untuk bertemu dengan Hyunjin. Lampu gantung di langit-langit bangunan yang tinggi itu membuat kesan tradisional tercipta di tempat yang termasuk cukup ramai di pagi hari ini. Seungmin mendecak kagum, netranya tak bosan membola mengamati secara rinci detail-detail aksesori di ruangan itu. Hyunjin memanggil namanya pelan mengembalikan kesadaran Seungmin, tangannya sudah membawa nampan berisi pesanan mereka berdua.
"Macaron? Punyamu?"
"Nope. For you," Hyunjin tertawa kecil, "kayaknya croissant dua nggak cukup untuk sarapanmu," ujar Hyunjin yang langsung melangkah menuju meja dekat jendela yang sudah ada Minho di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite (hyunmin) ✔️
Fanfiction"Kenapa memilih Kanada, Seungmin?" "Negara ini adalah impianku, suasana seperti inilah yang aku sukai. Kalau Hyunjin?" "Ada yang menarikku ke Humber." Sejak kali pertama melihat Seungmin, dengan yakin Hyunjin mendeklarasikan dirinya sebagai sosok fa...