-28-

467 49 8
                                    

Happy Reading!

-

-

-

Seungmin tersenyum. Ia melirik ke tangan kirinya yang masuk ke sela jari-jari besar Hyunjin. Hatinya menghangat. Langkahnya terasa ringan memasuki lift di gedung tinggi itu. Hyunjin dan segala yang ada pada dirinya masuk perlahan-lahan pada memori yang tak akan dilupakannya. Matanya ganti melirik ke atas, menyelami rupa sisi samping dari wajah pujaannya itu. Sempurna.

Pintu lift terbuka. Mereka sudah tiba di lantai atas. Seungmin terpekik senang. Ia menarik tangan Hyunjin yang masih bertaut dengan dirinya. Mencari celah sempit yang cukup untuk mereka menyelami keindahan yang ditawarkan. Seungmin tertawa bahagia. Matanya bergulir menelaah hal-hal terkecil yang dapat diamati. Hyunjin tersenyum tipis. Kebahagiaan dari Seungmin membawa dirinya menyelami keindahan rupa pemuda yang lebih pendek darinya itu.

Ia baru menyadari. Seungmin terlihat amat manis dengan kemeja biru yang sejak tadi membalutnya dan dipadukan dengan jaket putih kesayangannya. Senyum, tawa, bahagia seakan menjadi satu kesatuan utuh yang harus selalu ada di dalam diri kekasihnya. Empat tahun tidak sebentar dan Hyunjin bisa melewati itu semua. Mengesampingkan kekakuannya untuk menyapa yang lebih muda dan mengajaknya berkenalan. Rasanya seperti mimpi.

Hyunjin mengalihkan pandangan ke pemandangan di depannya. Langit sudah mulai menggelap dan perpaduan apik itu menjadi saksi keberanian Hyunjin akan diuji. CN Tower kembali mereka sambangi. Ingatannya pergi jauh saat dulu menyatakan perasaannya pada Seungmin. Tidak, ia tidak menggunakan kata-kata romantis. Ia tak bisa. Beruntung Seungmin mengerti maksudnya. Hyunjin bersyukur akan hal itu.

Hyunjin menarik tangannya, ia melingkarkan lengan kekarnya pada pinggang sempit Seungmin. Ia mengulang kembali. Di depannya, Seungmin sedikit terkejut tapi segera sadar dan mengelus lengan itu di perutnya. Hyunjin menjatuhkan wajahnya pada ceruk leher Seungmin dan mengembuskan napas hangatnya di sana.

Seungmin merasakan kehangatan itu. Jemarinya masih konstan mengelus lembut tangan yang melingkari pingganggnya. Tatapannya masih terpaku ke depan, menghalau rasa bahagia karena debaran hatinya yang tak henti bertalu. Senyum Seungmin masih ada. Hanya seperti ini, tapi dirinya sadar bahwa kehadirannya adalah berarti dalam kehidupan pemuda di belakangnya. Ia sedikit memundurkan punggungnya membiarkan debaran itu menjadi penghangat perasaannya.

Cukup lama mereka terdiam. Tak bosan dan tak lelah dengan posisi seperti itu. Namun, Seungmin cukup peka. Dilepasnya sedikit rengkuhan itu dan diputar posisi badannya agar menghadap Hyunjin. Lengan kekar itu tak ingin melepasnya. Hyunjin makin mendekatkan diri. Benar-benar tak berjarak. Seungmin mengarahkan lengannya untuk jatuh di atas dada bidang si dominan. Matanya menyelami manik mata pemuda di depannya.

"Ada yang mau kamu omongin?"

Senyum Seungmin memabukkan. Hyunjin pernah merasakannya. Namun, perkataan lirih Seungmin lebih membuatnya buntu. Hyunjin serasa mati rasa dengan perpaduan pertanyaan lirih dan senyuman yang Seungmin tampilkan padanya. Tangan Hyunjin terangkat, menarik kacamata yang bertengger di hidung Seungmin. Menimbulkan pertanyaan dari yang lebih muda.

"Kok dilepas?"

"Kamu lebih manis kalau lepas kacamata."

Semburat itu muncul hingga ke telinga seiring dengan tangan Hyunjin yang memasukkan kacamata ke dalam saku jaketnya. Hyunjin tersenyum. Matanya berada di garis lurus sejajar menatap lembut pemuda di hadapannya.

Cukup. Seungmin tak kuat. Lengannya yang semula diam di dada Hyunjin bergerak menuju belakang leher yang lebih tua. Menariknya dan ganti menjatuhkan wajahnya di dada bidang itu. Ia malu ditatap dengan intens oleh kekasihnya. Hyunjin tertawa pelan, terdengar indah di telinga Seungmin. Telah sukses membuat Seungminnya malu.

Favorite (hyunmin) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang