Happy Reading!
-
-
-
Hyunjin mendorong pintu apartemen dengan bahu kirinya. Hari ini sudah terhitung dua minggu sejak perkuliahan periode musim gugur dimulai. Sisa liburan kemarin hanya mereka habiskan dengan tidur sepanjang hari, dengan Hyunjin yang memeluk Seungmin posesif tentunya, atau berjalan-jalan di sekitar apartemen dan bermain dengan anak-anak kecil yang ada di taman.
Hari ini juga Hyunjin sukses melakukan tiga presentasi dengan mata kuliah yang berbeda. Entah dalam bentuk ketidaksengajaan atau memang tiga dosen itu bersatu untuk mengerjai Hyunjin yang kini sudah terbaring lemas di atas karpet ruang tengah. Seungmin yang menyadari kelelahan si sulung hanya tertawa kecil. Tangannya meraih gelas di rak atas dapur dan menuangkan segelas air untuknya dan Hyunjin.
"Duh, kasian yang ngomong terus di depan," Seungmin tersenyum kecil, jemarinya menyugar rambut hitam Hyunjin, "ayo minum dulu, katanya tadi haus."
Hyunjin cemberut. Ia bangun dari tidurnya dan meraih gelas yang berada di meja kecil itu. Sudut bibir Seungmin terangkat saat tangan Hyunjin bergerak turun setelah meredakan hausnya. Diraihnya gelas dari tangan Hyunjin untuk ditaruh kembali ke meja. Seungmin berdiri, mengambil tasnya dan Hyunjin untuk diletakkan di ruang belajar. Selelah apapun Seungmin, kerapihan apartemennya adalah nomer satu.
Pemuda bersurai cokelat itu kembali, ia duduk bersandar pada sofa di belakangnya.
"Sini," suara lembut Seungmin mengalun, tangannya menepuk paha kanannya.
Hyunjin tersenyum senang. Ia menyamankan kepalanya. Jemari kiri Seungmin terus mengelus pelan rambut Hyunjin, sementara tangan kirinya berada di atas perut yang lebih tua sambil dimainkan jarinya oleh Hyunjin.
"Hari ini puas banget aku lihat kamu di depan."
"Sayang, jangan dibahas, ya. Capek, nih," Hyunjin kesal, kadang Seungmin bisa jadi pribadi yang menyebalkan.
"Kan enak, jadi pertemuan minggu depan kamu nggak perlu mikirin presentasi,"
"Tapi, kan langsung tiga lho, Seungmin. Nggak ada jeda makan siang juga, kan,"
Seungmin tertawa lucu membuat mata Hyunjin yang awalnya tertutup menikmati jemari Seungmin di rambutnya, menjadi terbuka.
"Jadi ceritanya laper, nih?" Hyunjin mengangguk samar.
"Yaudah, mandi. Aku masak dulu," Seungmin menepuk perut Hyunjin, meminta sang dominan untuk bangun.
"Eh, tunggu. Besok nggak ada tugas, kan?" Seungmin mengangguk.
"I wanna hug you tightly tonight," kecupan singkat di bibir Seungmin menimbulkan rasa hangat di pipinya.
-
-
Seungmin terbangun dari tidurnya. Ia menggapai nakas, mencari keberadaan sang kacamata. Setelah dipakai, matanya menengok ke arah jam dinding. Masih pukul satu, ia melirik Hyunjin, lelakinya masih tidur pulas. Seungmin merasa heran. Setelah kepulangan Woojin dan Chan, ia jadi lebih sering terbangun di dini hari seperti ini. Padahal sebelumnya, ia selalu bangun pukul lima atau enam.
Seungmin membuka pintu kamar perlahan, menjaga agar Hyunjin tetap dalam tidurnya. Kakinya melangkah menuju dapur. Cokelat hangat di suhu yang dingin adalah perpaduan sempurna. Selesai membuat, Seungmin melangkah menuju ruang tengah dan menyalakan TV. Setelah puas menggonta-ganti channel, ia berhenti pada acara yang menampilkan kehidupan hewan-hewan. Ia menonton dengan penuh khidmat.
Seungmin melirik jam, hampir pukul tiga. Sudah dua jam ia hanya berkutat di depan layar datar itu dengan cokelat yang sepertinya sudah habis dari satu jam lalu. Ia mulai mengantuk. Setelah mematikan TV, kaki jenjangnya melangkah ke dapur untuk mencuci gelas yang tadi dipakainya.
Ia membuka pintu perlahan. Tawa kecil diterbitkan melihat Hyunjin yang sudah mengubah posisi tidurnya sambil menutup pintunya kembali. Seungmin duduk di sisi tempat tidurnya. Tangan kanannya meraih handphone miliknya. Belum terlihat ada balasan dari pesan terakhir yang dikirim untuk Woojin, mungkin kakak tersayangnya itu sedang sibuk di dapur.
Seungmin baru akan menaikkan kaki setelah menaruh benda hitam itu di nakas, sebelum handphone yang satunya menyala. Dahi Seungmin mengerut heran, siapa gerangan yang mengirimkan pesan di dini hari seperti ini ke Hyunjin. Seungmin membuka kunci layar dengan kata sandi yang telah diketahuinya. Senyum terukir di bibirnya karena ternyata Chan yang mengiriminya pesan. Dengan cepat ia balas pesan dari kakak iparnya itu yang menanyakan soal presentasi yang dilakukan oleh Hyunjin tadi. Mungkin Chan terlalu asyik di kantor, jadi baru membalas pesan si adik.
Keluar dari room chat dengan Chan, ibu jari Seungmin berhenti. Ada nama yang asing yang sejak tadi sore mengirim Hyunjin sebuah pesan singkat. Tidak terbalas karena Seungmin tahu pemuda itu tidak akan memegang handphone ketika sedang quality time dengannya. Jarinya sempat ragu bergerak, tapi rasa penasaran Seungmin lebih mendominasi. Diketuk pelan ruang obrolan itu hingga terlihat isi pesannya.
From: Han Jisung
Kamu ingin bertemu denganku? Aku akan ke Lakeshore besok.
Seungmin bertanya dalam hati. Siapa gerangan orang yang mengirim pesan pada Hyunjin? Seingatnya kekasihnya itu tidak pernah cerita soal orang bernama Han Jisung di kehidupannya. Apa orang ini teman di kampusnya dulu? Atau teman sekolahnya? Atau jangan-jangan mantan kekasihnya? Pikiran Seungmin bercabang kemana-mana, dia hanya bingung karena yang ia lihat Hyunjin tidak pernah terlibat percakapan lain sebelum pesan itu.
Seungmin mencoba menepis rasa kalut dan penasarannya. Ia menaruh kembali benda hitam itu di nakas dan naik ke tempat tidur. Ia merebahkan badan kurusnya di kasur. Seungmin hanya tak ingin ambil pusing, biarlah besok pagi ia tanyakan pada pemudanya. Ia menyampingkan tubuhnya ke kanan, jemarinya mencari kehangatan dari tangan Hyunjin. Rasa hangat itu menghilangkan sedikit rasa khawatirnya dan terlelap kembali.
-
-
"Kamu ke kantin duluan, ya? Aku mau ketemu sama Mr. Jonathan."
"Ngapain?" Seungmin bertanya sambil menoleh sebentar ke Hyunjin mempertanyakan alasan bertemu dosen kelasnya.
"Aku ditawarin jadi ketua dari penelitian beliau. Nggak papa, kan?"
"Okay."
Seungmin tersenyum pada Hyunjin dan berpisah di persimpangan koridor. Hari ini mereka hanya punya satu kelas dan selesai tepat pada jam makan siang. Seungmin tersenyum kecil sambil menutup perutnya yang berbunyi karena mencium aroma masakan dari kantin.
Sesampainya di kantin, ia mencari bangku yang masih kosong. Sedikit sulit karena hampir semua terisi. Ia menemukan dua kursi tak berpemilik di pojok kirinya. Kemudian, melangkahkan kakinya sebelum didahului oleh orang lain. Mata Seungmin mencari pilihan makanan yang sesuai untuknya dan Hyunjin. Ia tak melihat ke arah depan hingga merasakan sentuhan keras di pundak kirinya.
"I'm sorry! Let me help you!"
Seungmin menunduk, mengambil buku yang orang di depannya itu bawa. Ia terlalu asyik memilih makanan dan berpikir hingga tak menyadari bahwa menabrak orang yang menuju ke arah berlainan di hadapannya. Tangannya menjulur memberikan buku tersebut pada tuannya.
"It's okay. Oh, Kim Seungmin?" Mata Seungmin membola. Keningnya berkerut tanda berpikir, berusaha mengingat sosok manusia itu.
"Kamu lupa, ya? AkuJisung, Han Jisung."
-
-
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite (hyunmin) ✔️
Fanfiction"Kenapa memilih Kanada, Seungmin?" "Negara ini adalah impianku, suasana seperti inilah yang aku sukai. Kalau Hyunjin?" "Ada yang menarikku ke Humber." Sejak kali pertama melihat Seungmin, dengan yakin Hyunjin mendeklarasikan dirinya sebagai sosok fa...