Seungmin mematung. Pertanyaan lancar dari Hyunjin belum ia jawab. Jantungnya berdegup kencang. Kencang sekali sampai ia khawatir pria tampan di hadapannya itu akan mendengarnya. Seungmin hanya diam, belum berniat menjawab. Elusan lembut di tangan kanan menyadarkannya. Terkejut melihat meja mereka sudah penuh. Seungmin menunduk malu tanpa sadar bahwa makanannya sudah tiba.
"Jawabnya nanti aja. Makan dulu," Hyunjin mendorong piring putih Seungmin. Seungmin mengiyakan.
Setengah jam kemudian mereka sudah di luar restoran. Sudah lebih cerah dibandingkan ketika mereka keluar dari akuarium tadi. Jelas, perutnya sudah terisi. Hyunjin melirik jam di tangan kanannya, hampir jam lima.
"Seungmin," yang dipanggil menoleh, "kita tidak bisa ke museum, sudah tutup," Hyunjin menunjukkan pergelangan tangannya.
"Ah, pasti karena terlalu asyik di akuarium tadi," Seungmin menunduk sedih.
"Maafkan aku."
"Bukan salahmu, Hyunjin!" Seungmin tersenyum manis berusaha mengembalikan cerianya Hyunjin.
"Di Roundhouse Park ada lokomotif kereta, kok. Mungkin kita belum bisa masuk ke dalam, setidaknya kamu bisa lihat lokomotifnya dulu, mau? Tidak keberatan, kan?"
"Tentu! Kita bisa duduk-duduk di taman kalau gitu, sambil memakan ini," tunjuk Seungmin pada tas hitam yang dibawa Hyunjin, merujuk pada cemilan yang ia siapkan tadi pagi.
"Masih lapar, kah?" yang ditanya hanya terkekeh pelan.
Mereka berjalan kembali menuju seberang Ripley's Aquarium yaitu Roundhouse Park, taman seluas 6,9 hektar dan terdapat Toronto Railway Museum yang sebelumnya diniatkan mereka untuk datang ke sana. Luas. Sangat luas. Melupakan bahwa kakinya tadi digunakan berdiri selama empat jam, Seungmin berlari mendekati salah satu dari empat lokomotif yang ada di luar museum itu.
Lelah berjalan dan melihat sisi-sisi lokomotif itu, Seungmin mencari Hyunjin yang ternyata sudah duduk di bawah pohon. Langit masih cerah walaupun matahari sedang tertutup awan. Matahari di Kanada akan terbenam sekitar jam delapan jika musim panas. Mereka masih punya banyak waktu istirahat sebelum nanti malam naik ke CN Tower.
Hyunjin yang sedang asyik duduk meluruskan kaki dan bersandar di batang pohon dikagetkan dengan berat yang memenuhi paha kanannya. Membuka mata dan menyadari bahwa pemuda berambut cokelatlah yang tiduran di sana.
"Lokomotifnya bagus! Terawat!" Seungmin menyamankan kepalanya sambil sedikit terengah mengingat dia lari tadi.
"Kenapa harus lari? Aku kan tidak pergi," Seungmin tertawa menyenangkan.
Keheningan menghampiri mereka berdua. Senang mendengar bagaimana daun-daun hijau di atas mereka bergesekan karena angin yang berembus pelan. Rasa sejuk yang diciptakan menenangkan keseluruhan indra mereka. Seungmin hampir tertidur karena elusan tangan Hyunjin yang teratur, sebelum akhirnya suara yang lebih tua menyergapnya.
"Seungmin?" pria di bawahnya mendongak tanda mendengar, "kenapa di sini kamu tidak jalan-jalan, padahal kamu yang bilang kalau Kanada Negara impianmu?"
"Tahun pertama aku diwajibkan tinggal di asrama, kamu juga, kan?" Seungmin melihat Hyunjin mengangguk, "Aku hanya disibukkan dengan kegiatan wajib kampus untuk tahun pertama, selebihnya kuhabiskan di kamar,"
"Tidak ada teman yang mengajakmu keluar?"
"Di sini aku belum menemukan teman dekat sepertimu, Hyunjin, ada hanya sekedar teman asrama atau menyapa di kelas sudah cukup, tidak ada yang mau mengobrol lama denganku,"
"Itulah kenapa saat aku masuk di hari pertama, kamu duduk di pojok?" Hyunjin merasa Seungmin bergerak di pahanya, "tapi kenapa, Seungmin? Maksudku, kulihat mereka ramah-ramah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite (hyunmin) ✔️
Fanfiction"Kenapa memilih Kanada, Seungmin?" "Negara ini adalah impianku, suasana seperti inilah yang aku sukai. Kalau Hyunjin?" "Ada yang menarikku ke Humber." Sejak kali pertama melihat Seungmin, dengan yakin Hyunjin mendeklarasikan dirinya sebagai sosok fa...