-31-

308 27 12
                                    

Hallo!

Aku balik memenuhi yang terakhir

Happy Reading!

-

-

-

Seungmin menatap Hyunjin dalam diamnya. Lelaki yang lebih tinggi tidak memperhatikan tatapan penuh pertanyaan dari Seungmin, melainkan tangannya sibuk membereskan kertas-kertas dan peralatan alat tulisnya. Tas itu ditutup dan disampirkan pada bahu kanannya. Setelah selesai, baru Hyunjin bisa membalas perhatian itu.

"Aku pergi, ya," tangan kiri pemuda Hwang menarik bahu yang lebih muda untuk masuk dalam rengkuhannya, "jangan lupa makan."

Seungmin tidak membalasnya. Sekedar anggukan singkat ataupun kata-kata penyemangat, tidak ia tunjukkan. Tepat ketika pintu apartemen itu tertutup, satu bulir air dari mata indah Seungmin mengalir pelan.

---

Tepat satu minggu. Hari Senin ini adalah hari ketujuh, karena pemuda manis itu yakin ia tak salah hitung, hubungan antara dirinya dan Hyunjin tidak seerat biasanya.

Awalnya sederhana. Hyunjin yang tingkat kejailannya sudah di atas rata-rata itu mengganggu Seungmin yang asyik mengerjakan tugas. Biasanya pun tidak apa-apa. Hanya saja saat itu Seungmin sedang amat kesulitan dan Hyunjin, karena tidak mengambil mata kuliah yang sama, tidak merasakannya.

Kelewat banyak waktu yang dihabiskan Seungmin menghalau keisengan pacarnya, membuat ia sedikit marah pada Hyunjin. Ia tak menyangka kibasan tangannya yang ia prediksi akan pelan, ternyata kencang dan berimbas pada wajah Hyunjin. Biasanya kekasih tingginya itu akan tertawa dan keadaan berjalan seperti biasa.

Namun, hari itu Hyunjin tiba-tiba marah. Hal yang membuat Seungmin mengurut dahinya sendiri. Seharusnya dia menjadi pihak yang marah di sini, tapi kenapa justru pemuda Hwang itu.

Selebihnya butuh waktu hampir satu hari hingga besoknya bagi Seungmin untuk mendapat senyum dan kalimat "tidak apa-apa" dari Hyunjin.

Seungmin kira semua sudah selesai. Kejadian itu sudah lepas dari pemikirannya. Namun, lagi ia salah mengira. Hyunjin tidak kembali seperti biasa. Tidak bercanda dengannya. Tidak memberikan perhatian penuh padanya lagi.

Jujur. Seungmin kalut. Rasa takut dan was-was mendominasi hati dan pikirannya. Banyak kemungkinan yang ia pikirkan.

Apa Hyunjin sudah bosan dengannya?

Apa Hyunjin sudah punya ketertarikan lain?

Hal itu menjadi pertanyaan pendukung dengan keadaan Hyunjin yang selalu pulang hampir malam dan tidak sama sekali menaruh perhatian padanya, bahkan di apartemen. Tidak ada tawa yang biasanya menghiasi tiap malam kamar mereka.

Betul apabila tugas mereka semakin menumpuk berbanding lurus dengan tingginya semester yang sedang mereka lalui. Hanya saja, Seungmin masih punya banyak waktu untuk sekedar berbicara dengan Hyunjin.

Namun, pemuda yang satunya seakan mencoret argumen itu. Dalam seminggu ini, hampir setiap hari Hyunjin izin pergi untuk kerja kelompok menemui teman-teman lainnya. Seungmin menghitungnya. Begitupun di hari ini.

Seungmin pun tak masalah sebenarnya. Hyunjin masih bilang ia akan pergi ke mana dan dengan siapa saja. Lagipula, semua teman sekelas mereka tahu, Hyunjin milik Seungmin. Namun, tidakkah Seungmin bersedih apabila tidak ada perhatian lebih yang diberikan padanya jika pemuda Hwang itu pulang?

Favorite (hyunmin) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang