-17-

347 63 3
                                    

"Hyung!"

Seungmin teriak. Pemuda berambut cokelat itu sungguh teriak. Beruntung lobby apartemen sudah sepi. Seungmin menarik tangannya yang semula bertaut dengan tangan Hyunjin. Mengabaikan badannya yang belum sepenuhnya sembuh. Berlari ke arah tangan dan badan yang dirindukannya. Menubrukkan diri pada dada nyamannya. Menjatuhkan air mata sambil mengeratkan pelukan membalas perlakuan pemuda itu.

"Woojin hyung!"

Teriakan kedua Seungmin teredam oleh mulutnya yang berada di dada kakaknya. Isaknya mengeras. Menahan gejolak rindu yang terpendam selama tak bertemu. Betul-betul erat pelukannya seakan takut orang yang disayangnya itu akan menghilang apabila dilepas satu detik saja. Seungmin menangis. Hingga tak sadar membasahi kemeja abu-abu milik kakaknya.

Tangan Woojin menyapu surai halus sang adik. Mengelusnya lembut dan konstan sambil dikecup banyak-banyak ujung kepalanya. Woojin tersenyum pada Chan dan menyuruhnya mendekat pada sang adik.

"Halo, jagoan kecil hyung!" Chan menyapa yang justru dijawab dengan geraman lemah dan isakan yang masih ada di sana.

Hyunjin mendekat pada dua kakak dari kekasihnya itu. Membungkuk singkat disertai senyuman. Tangan Chan terulur padanya dan segera disambutnya. Dihadiahi usakan singkat pada kepalanya. Chan mengajak Hyunjin berbicara melalui matanya, meminta kekasih adiknya untuk membujuk dan membawanya masuk ke apartemen.

"Seungmin, naik, yuk! Woojin hyung dan Chan hyung sudah jauh pergi ke sini. Sekalian istirahat di atas. Yuk!"

Hyunjin meraih tangan kanan Seungmin yang disambutnya dengan lemah. Hyunjin tersenyum kecil menyadari wajah Seungmin yang berantakan. Kedua tangannya terentang ke Hyunjin gestur meminta badan sang kekasih. Woojin dan Chan tertawa. Hyunjin tersenyum singkat kala menyadari Seungmin ingin digendong. Ia jongkok, menyerahkan punggungnya untuk dinaiki oleh yang lebih muda. Mengangkatnya sigap dan mulai berjalan ke apartemennya.

"Seungmin masih sakit, Hyunjin?" Woojin bertanya.

"Semalam sudah sembuh, hyung. Tapi, tadi pagi saat bangun tidur, badannya hangat lagi, hingga malam ini," Woojin menjulurkan tangan kirinya, menelungkup dahi Seungmin dengan telapak tangannya, merasakan suhunya.

"Lalu kenapa keluar malam-malam, Hyunjin?" Chan bertanya heran.

"Seungmin yang meminta, hyung. Niatnya ingin keluar sore, tapi kami sama-sama ketiduran. Ia memaksa tetap keluar, ya sudah,"

"Kamu tetap keras kepala, ya," Chan mengusak rambut sang adik dan Seungmin hanya menggumam sambil menutup wajahnya di tengkuk Hyunjin.

Setelah keempat pemuda itu masuk ke apartemen, Hyunjin meminta Woojin dan Chan untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Selagi dirinya dan Seungmin menyiapkan makan malam untuk mereka. Beruntung hanya sekedar menghangatkan, tidak harus memasak. Jadi, tepat saat mereka menyelesaikan mandinya, alat makan dan sup krim hangat sudah terhidang rapi di atas meja ruang tengah.

Mereka menyelesaikan makannya dengan cepat. Menghabiskan makan malam hangat yang cocok dengan hawa dingin yang tadi menyergapnya. Seungmin dan Hyunjin kembali sibuk merapikan seperti semula, membiarkan yang lebih tua untuk duduk beristirahat di sana. Selesai dari dapur, Seungmin melangkah besar-besar menghampiri kakaknya yang duduk bersandar di sofa.

Woojin yang memahami maksud adiknya, menepuk pahanya sebagai bantalan kepala sang adik. Tangan Seungmin terulur memeluk perut sang kakak. Napas hangatnya masih terasa keluar dari hidung mungilnya, menandakan yang paling muda butuh banyak istirahat lagi. Hyunjin sudah duduk di samping Chan, ikut memperhatikan Seungmin.

"Seungmin pasti berisik ya, Hyunjin?" Woojin bertanya di tengah keheningan mereka dan mendapat pukulan lembut dari sang adik.

"Eh, tidak, hyung, tidak salah," Hyunjin tersenyum jail saat Seungmin tiba-tiba membalikkan badan menyorotkan tatapan tajamnya.

"Loh, belum tidur? Tidur, Seungmin. Hyung mau cerita ke Hyunjin, nih, nakalnya kamu tuh gimana," Chan ikut menggoda adiknya.

"Seungmin mau tidur? Sudah mengantuk?" Hyunjin bertanya sesaat melihat Seungmin menggosokkan matanya dan menarik tangannya lembut.

"Mau sama Woojin hyung,"

Hyunjin tak kaget. Ia sudah menduga kekasihnya itu pasti akan menempel di kakaknya. Hyunjin mengangguk dan menuju ke kamar mereka, merapikan tempat tidur itu agar mereka dapat tidur dengan nyaman di sana. Langkahnya mengalun ke lemari dan tangannya terjulur ke bagian atasnya yang tersimpan kasur lipat di sana. Tidak terlalu besar, tapi cukup untuk dirinya dan Chan.

Seungmin masuk ke kamar dengan mengamit lengan Woojin. Dimintanya sang kakak untuk menunggu di kasur, sementara ia mengeluarkan bantal dan selimut untuk Hyunjin dan Chan. Hyunjin kembali masuk dan mengambilnya. Lengannya ditahan sebentar oleh yang lebih muda, keningnya berkerut sedikit menyadari permintaan pemuda manis itu.

"Tidak malu dilihat Woojin hyung?" Seungmin menggeleng dan bibir Hyunjin jatuh pada keningnya, menciumnya dalam.

Jemari Seungmin kembali menahannya.

"On your lips?" Seungmin mengangguk.

"Tadi Woojin hyung juga dapat dari Chan hyung,"

Hyunjin terkekeh dan menarik lembut rahang Seungmin dengan tangan bebasnya. Mengecupnya lembut dan perlahan seakan mengucapkan selamat tidur dalam heningnya. Hyunjin tak menyangka Seungmin akan memintanya. Melepasnya dan mengakhirinya dengan kecupan kecil di ujung hidung, kemudian mendorong lembut Seungmin untuk segera tidur. Hyunjin tersenyum sambil menutup pintu kamar.

"Hyunjin belum mau tidur, kan?" Chan menyambutnya dengan pertanyaan saat Hyunjin mulai mendekat ke arahnya.

"Belum, hyung, ada apa?"

"Berbincang sedikit tak masalah, kan? Baru kali ini kita ketemu langsung," senyum Chan terkembang dan Hyunjin mengangguk menyetujui.

Chan merebahkan badannya di kasur lipat yang sudah dirapikannya.

"Kok tadi ambil selimutnya lama? Seungmin minta jatah, ya?" Chan terkekeh saat Hyunjin meringis malu.

"Santai aja. Dulu malah aku sama Woojin saat masih SMA," Hyunjin melotot kaget menatap Chan yang hanya tersenyum jail, pantas berani melakukan di depan adiknya.

"Hormon anak SMA, kan sukanya penasaran," Hyunjin diam-diam menyetujuinya.

"Berarti sering, dong?"

"Eh, bukan gitu, hyung. Baru semalam, Seungmin yang minta,"

"Kayaknya sama kamu, Seungmin lebih sering minta, ya? Lama nggak?"

Hyunjin berdehem sebelum menjawab pertanyaannya.

"Ya. Lama. Lumayan, hyung." Chan tertawa menyadari kekasih adiknya itu gugup, "Aku malah lebih senang kalau Seungmin minta, hyung. Aku jadi tahu dia lagi ingin apa, ingin kemana,"

"Seungmin udah cerita sama kamu?" Mimik wajah Chan berubah serius.

"Waktu dia masih SMA?" Hyunjin memastikan dan dilihatnya lelaki berambut pirang itu mengangguk, "baru saja tadi, hyung. Ia mengajak ke tepi danau, lalu cerita di sana,"

"Baguslah kalau dia mau membaginya ke kamu, selama ini belum pernah ada teman yang tahu apa yang terjadi sama dia. Artinya dia benar-benar percaya sama kamu,"

"Iya, hyung. Mungkin terkesan berlebihan, tapi aku janji untuk selalu buat Seungmin bahagia, karena dari pertama kali aku lihat Seungmin di sekolah, aku sudah tahu kalau dia adalah orang yang harus aku jaga, harus aku bahagiakan, hyung."

"Sekolah?"

Hyunjin mengangguk pasti dan kali ini ia yang mencurahkan seluruhnya pada Chan.

-

-

-

Woochan shipper, gimana nih?

Akhirnya aku keluarin juga setelah sekian lama...

Favorite (hyunmin) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang