-13-

401 63 4
                                    

"Astaga!"

Telinga Hyunjin menegak saat mendengar pekikan dari pemuda di sisi kirinya. Matanya membuka perlahan dan dihadiahi oleh pemandangan indah Seungmin dengan latar langit yang berwarna semburat jingga dan kuning pucat itu.

Jingga?

Hyunjin langsung menegakkan badan sempurna dan mengangkat tangan kanannya cepat melirik jam tangan biru yang melingkar di sana. Pukul empat! Hampir dua jam sepasang pemuda itu tidur beralaskan hamparan rerumputan yang luas. Tidak memedulikan beberapa pasang atau kelompok wisatawan yang ada di sana juga, mereka malah asyik mengganti jam istirahat mereka.

Hyunjin melihat Seungmin yang masih menggosokkan kedua matanya. Tangan kanannya menarik pelan agar netra manis kesayangannya itu tidak infeksi. Hyunjin hanya meringis setelah yang lebih muda menengadahkan kepalanya. Mereka berdua sama-sama lelah seakan jam tidur siang mereka di hari-hari sebelumnya disatukan pada bilangan jam yang mereka habiskan barusan.

Hyunjin berdiri dan membersihkan sisa-sisa rerumputan yang menempel di kaos dan celananya. Membantu Seungmin berdiri dan menggendong tas hitam mereka di punggung. Kamera Seungmin ia kalungkan pada tuannya agar dapat bebas mendapatkan foto sesuai keinginan. Hyunjin sudah memasukkan kepunyaannya, membiarkan yang lebih muda memenuhi galerinya.

"Langsung pulang?"

"Boleh, kamu pasti capek. Tapi, jalannya pelan-pelan, ya." Seungmin memohon sambil menggoyangkan kameranya, sekilas Hyunjin mengangguk.

Seungmin berjalan lebih dulu dengan Hyunjin mengekorinya. Sesekali langkahnya berhenti mengambil pemandangan sore yang sempurna di depannya. Matahari perlahan sudah mulai turun. Hawa dingin sesekali mengembus pelan menyisir surai-surai halus mereka. Lelahnya terbayar sudah dengan kawasan penuh oksigen ini. Hidungnya seakan tak henti menghirup banyak udara segar di sekelilingnya.

Hyunjin lebih senang melihat Seungmin dari belakang. Siluet sang kekasih terbentuk karena siraman mentari senja beribu kali lebih indah. Itulah mengapa banyak foto di galeri Hyunjin berupa punggung sempit Seungmin. Hyunjin selalu ingin merengkuhnya, menenggelamkan dalam punggung lebarnya, menghirup aroma segar dan menenangkan dari tengkuknya, bahkan tak ingin dilepas setiap waktu.

Hyunjin tersentak saat menyadari Seungmin sudah meninggalkannya. Pemuda bersurai cokelat yang sedang berjongkok mengambil foto dari atas jembatan kayu kecil itu hanya tertawa melihat kikuknya wajah Hyunjin yang kebingungan. Hyunjin segera berlari dan menggandeng tangan Seungmin.

"Seenaknya pergi. Kalau kamu hilang gimana?"

"Ya, nggak ada," Seungmin tertawa karena air muka Hyunjin panik.

"Ih, jangan gitu, puppy," Hyunjin memelas setelah itu betul-betul menyisipkan jemari-jemari mereka kuat.

Mereka berdua langsung masuk ke dalam mobil dan meletakkan tas-tas mereka di belakang. Hyunjin menurunkan kaca mobil dirinya dan Seungmin, membiarkan yang lebih muda melongokkan seperempat badannya ke luar sibuk mengambil gambar. Hyunjin melajukan mobilnya dengan hati-hati. Ia memilih keluar melalui pintu timur, karena lebih dekat dengan posisinya terakhir.

Hyunjin menepuk pelan punggung Seungmin memberi tanda sudah waktunya untuk duduk dengan benar. Seungmin menurut dan merapikan sabuk pengamannya, langsung asyik menjelajahi galeri kameranya dan Hyunjin. Hyunjin tidak memilih jalan yang sama ketika berangkat tadi, karena ingin memberikan sensasi pemandangan yang berbeda. Memang lebih lama, tapi karena ini sudah arah pulang, ia memilihnya.

Melalui jalan ini, pepohonan lebih banyak mendominasi. Jendela memang belum ditutup oleh Hyunjin membiarkan AC mobilnya mati dan lebih memilih menikmati udara khas senja musim gugur. Hyunjin akan melajukan kendaraannya lebih pelan bila Seungmin meminta. Ia akan menunggu hingga Seungmin menyudahi kegiatan kesenangannya itu.

Favorite (hyunmin) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang