-16-

420 58 3
                                    

Hyunjin membuka matanya. Pemandangan pagi hari ini disponsori oleh kedua mata Seungmin yang masih asyik terpejam. Tak peduli waktu terus berjalan beranjak siang. Hyunjin mengurutkan pandangannya dari mata, mulai turun ke hidung mungil Seungmin. Tak tahan, dikecupnya singkat menghasilkan kepala Seungmin yang bergerak tanda sedikit terusik.

Tangan kirinya beralih ke pipi gemuk Seungmin yang tak pernah bosan dilihatnya. Mengelusnya pelan dan halus layaknya ketika kasar sedikit saja itu akan pecah dan hancur. Seungmin mengerang dalam tidurnya. Merasakan hangatnya napas Hyunjin yang menabrak dahinya. Menggerakkan tangannya untuk menahan jemari Hyunjin yang masih mengelusnya.

Hyunjin terpaku. Mata Seungmin yang membuka perlahan menjadi satu dari sekian keindahan favoritnya. Tidak lepas, dan Hyunjin tak akan mau melepaskan pandangannya. Seungmin tersenyum menyadari mata Hyunjin yang masih memindai wajahnya. Pemandangan pagi hari yang indah.

"I'm gonna melt, love. Kamu biasa aja lihat akunya,"

Seungmin mengerang malu, suara khas bangun tidurnya mengalun lucu, kemudian menelusupkan wajah merahnya pada dada itu. Hyunjin tertawa lantas memeluk kekasihnya erat.

"Good morning! Mau kemana hari ini?" Seungmin menggeleng.

"Mau peluk Hyunjin aja."

"Pas sakit aku peluk terus, lho. Badan kamu masih belum sembuh?" Hyunjin menaruh telapak tangannya pada dahi Seungmin, masih terasa sedikit hangat ternyata.

"Padahal semalam udah normal, ke rumah sakit, ya?" Seungmin menggeleng.

"Ih, makanya peluk," Hyunjin makin mengeratkan lengannya.

"Nanti ke bawah aja, mau lihat air,"

"Kan bisa di kamar mandi,"

Pukulan keras sukses mendarat di punggung pemuda yang lebih tinggi.

-

-

Inilah yang Seungmin maksud melihat air. Turun dan melintasi sepanjang tepi Danau Ontario yang berada di belakang apartemennya. Suhu di sekitar mereka sudah mulai mendingin dan ditambah ternyata hari ini tubuh Seungmin masih sedikit hangat. Seungmin terlihat manis dengan jaket putih hadiah dari kakaknya. Hyunjin juga tak ingin menantang udara dingin Kanada dan memilih membalut badannya dengan jaket juga.

Mereka berjalan pelan. Sebetulnya saat tahu badan Seungmin belum sembuh benar, Hyunjin sempat menolak permintaanya. Takut Seungminnya kelelahan. Apa boleh buat, Seungmin bersikeras dan memaksa Hyunjin untuk keluar. Bahkan, Hyunjin ditinggal di apartemen, sementara dia sudah sampai di bawah.

Selain karena takut kelelahan, Seungmin meminta turun saat matahari justru sudah terbenam dan langit mulai menggelap. Awalnya, mereka ingin turun saat sore hingga menjelang terbenam. Apa boleh buat, keduanya justru tertidur setelah asyik menonton film dari siang. Seungmin yang sudah ingin sekali melihat air meminta Hyunjin untuk tetap pergi.

Seungmin mengarahkan langkahnya ke dua kursi di sebelah kanannya, setelah puas berjalan menikmati angin yang berembus menyenggol rambutnya yang mulai memanjang. Angin malam sebetulnya sudah tidak baik ia hirup terlalu dalam, tapi kesegaran udara musim gugur mengusiknya untuk memaksanya masuk dan memenuhi paru-parunya. Merentangkan tangan menikmati daun-daun bergesekan menjawab terpaan angin.

Seungmin duduk terlebih dahulu dan Hyunjin membawa kursi satunya agar lebih dekat dengan yang lebih muda. Memandang senyuman Seungmin yang tak hilang sejak mereka keluar dari apartemen. Hyunjin menyadari Seungmin bosan. Tiga hari penuh tidak keluar karena kondisinya. Walaupun air juga bisa terlihat dari jendela besarnya, tapi Hyunjin akui ia menikmati waktu ini.

Favorite (hyunmin) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang