"Belum tidur, Hyunjin?"
Suara pelan dari seorang wanita mengangkat kepala Hyunjin ke arah pintu. Hyunjin menggeleng pelan. Sang bibi menyadari ada yang tidak beres sepulang Hyunjin dari kegiatan menginapnya di apartemen Seungmin. Wanita itu berjalan pelan sembari menutup pintu. Mendudukkan diri di kasur Hyunjin tanpa melepas pandangan dari anak tengah keluarga Hwang ini. Tangannya mengelus tangan kiri Hyunjin yang berada di atas perutnya.
"Ada apa? Mau cerita? Kamu kelihatan lesu dari tadi. Bertengkar dengan Seungmin?" Hyunjin menggeleng lagi sebagai jawaban.
"Loh, terus kenapa?"
Hyunjin masih diam dan bangun dari posisi tidurnya, sebelum akhirnya berkata pelan.
"Seungmin minta aku buat tinggal sama dia, Bi."
"Seungmin lagi sakit?"
Hyunjin menggeleng, tapi tak berapa lama bibirnya terbuka. Hyunjin cerita, menumpahkan segalanya pada istri dari kakak ayahnya ini. Bibinya di sini menjadi ibu kedua bagi Hyunjin yang mengambil pendidikan di Kanada. Hyunjin menceritakan dari malam itu dimana Seungmin meminta untuk memeluknya, hingga sore tadi sebelum yang lebih tua pamit dan Seungmin menyuarakan keinginannya agar Hyunjin tinggal bersamanya. Hyunjin menatap wanita itu yang mengagguk tanda mendengarkan tiap kata yang terluncur manis dari bibirnya.
"Kalau dari Bibi tidak masalah kamu mau tinggal sama dia. Toh, kamu juga pernah cerita kalau ayah Seungmin minta kamu buat jaga dia. Tapi, kalau mau biar Seungmin juga bilang sama paman dan ayahmu. Kamu juga bilang sama ayah Seungmin. Bibi ingat kalau Seungmin punya kakak, kan?" Hyunjin mengangguk membenarkan, "Minta izin juga sama kakaknya."
Hyunjin menggaruk kepalanya tanda kebingungan.
"Karena walaupun ada paman dan bibi, kalian tetap tinggal jauh dari kami, dari orang tuamu, dari orang tua Seungmin. Kalau Seungmin ada sesuatu, pasti kamu yang ditanya, begitupun sebaliknya. Kesannya hanya sederhana, Hyunjin, tapi tanggung jawabnya besar. Mengerti, kan? Coba besok ajak Seungmin ke sini biar paman sama bibi bisa bicara."
"Besok?" netra Hyunjin membola.
"Iya, lebih cepat lebih baik, kan?"
Wanita itu tersenyum dan merapikan selimut Hyunjin. Mengucap selamat malam sembari mengelus kepalanya sayang. Hyunjin balas mengucap dan menyorotkan tatapan terima kasih pada bibinya yang telah membantu menyelesaikan ganjalan hatinya itu. Sang bibi menutup pintu pelan membawa Hyunjin menuju ruang mimpi.
-
-
Hyunjin berjalan berdampingan dengan Seungmin keluar dari salah satu kelasnya. Jam makan siang dan mereka sudah menyelesaikan kelas untuk hari ini. Hyunjin berhenti sejenak ketika langkah mereka menuju ke mobil hitam Hyunjin. Ponsel di sakunya bergetar konstan tanda ada sebuah panggilan masuk. Hyunjin mengangkat dan memindai nama yang tertera di layarnya, sedikit terkejut dengan siapa yang meneleponnya.
"Halo, Appa," Hyunjin merendahkan suaranya sopan saat mengangkat telponnya.
Seungmin menengok kaget mendengar kepada siapa sapaan Hyunjin ditujukan.
"Appa dan Eomma di rumah?" Hyunjin menoleh ke arah Seungmin cepat, "Ah, iya, Seungmin bersamaku, sebentar lagi kami pulang, Appa,"
"Iya, sebentar lagi kami di perjalanan, tunggu ya,"
Hyunjin menutup teleponnya cepat saat suara sang ayah sudah tak terdengar lagi.
"Seungmin, kita makan siang di rumah, ya. Appa, Eomma, serta paman dan bibiku ingin mengenalmu," Hyunjin berkata lugas menjawab kerutan di dahi Seungmin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite (hyunmin) ✔️
Fanfic"Kenapa memilih Kanada, Seungmin?" "Negara ini adalah impianku, suasana seperti inilah yang aku sukai. Kalau Hyunjin?" "Ada yang menarikku ke Humber." Sejak kali pertama melihat Seungmin, dengan yakin Hyunjin mendeklarasikan dirinya sebagai sosok fa...