Chapter 8 - Misterious Girl

2.1K 233 9
                                    

"Jika hanya mengetahui nama, sebaiknya kamu harus lebih berhati jika bicara."

-97LINE-

focus Jiho (banyak kata kasar, yang kurang nyaman bisa Skip)

ASMA. Penyakit susah nafas yang disebabkan oleh stress yang berlebihan atau mungkin faktor lingkungan dan aktivitas lainnya. Melainkan dengan Jiho, gadis berwajah sangar itu pengidap Asma yang muncul saat dimana ia merasa tertekan.

Jiho menghela nafas panjang terdengar begitu berat, kenapa Tuhan tidak sekalian mengambil nyawanya saja?

Jiho sangat menderita.

Apa kalian fikir Jiho yang relatif dingin dan angkuh itu tidak ada latar belakangnya? Come on, Jiho tak setegar itu. Jiho sangat menderita, jauh dari kata bahagia. Jiho sebenarnya lemah, hanya saja dirinya lupa cara untuk tersenyum.

Jiho memukul kepalanya sendiri, tidak seharusnya ia memikirkan masalah itu. Hanya membuatnya menambah pening.

Jiho menurunkan topinya, hingga menutupi bagian atas wajahnya, yang sebenarnya juga memakai masker. Tidak saatnya menangis, sudah cukup banyak air yang keluar dari mata tajam yang sebenarnya sayu itu.

Sungai Han, satu-satunya tempat pelarian Jiho ketika ia merasa sedih. Gadis itu terduduk lemah seakan stamina nya habis saat itu juga, memeluk kedua kakinya dan menangis sejadinya, hanya itulah yang bisa dilakukannya.

"Eomma hiks," rasanya mustahil, Jiho yang biasanya terlihat galak menjadi seorang yang rapuh saat ini. Karena cover, tidak menjamin isi begitu juga sebaliknya.

"Hi cantik! Nangisnya udah kelar?" Jiho terkejut ketika ada yang menepuk punggungnya, dengan segera ia mengeratkan penyamarannya.

Mengetahui orangnya membuat Jiho menyesal untuk mengeratkan penyamarannya, karena percuma pasti pria ini tau pasti siapa Jiho. Berdecih seangkuh mungkin didepan pria itu, cukup muak dengan mukanya yang tak pernah merasa bersalah itu.

"Mana uangnya?" Jiho menyipitkan matanya mendengar penuturan pria bersuara berat itu.

"Bukannya minggu kemarin udah gue kirim, Sat?" ucap Jiho tak santai, entah mengapa arah pembicaraan ini membuat Jiho naik pitam.

"Santai dong cantik, sama kakaknya kok panggil Sat sih?" sungguh Jiho muak dengan nada yang sering dikeluarkan pria didepannya ini, bahkan kadidat Kakak yang dimiliki pria dihadapannya ini tak jauh lebih baik dari seorang bangsat.

Tidak sudi untuk memanggilnya, dengan sebutan ganteng, atau tampan seperti yang lelaki itu lakukan pada Jiho. Apalagi memanggil Kakak, tidak, Jiho tidak sudi.

"Basi anjing!" umpat Jiho.

"Oh, lo galupa sama resikonya kan Jiho cantik?" Jiho menepis tangan pria itu yang hampir menyentuh dagunya.

"Masih seminggu lagi anjing biasanya!" teriak Jiho murka, biarlah, biar mereka menjadi nontonan orang banyak. Jiho tak peduli akan hal itu.

"Oh okay, lo terima resikonya?" Pria itu tersenyum penuh arti, lantas menyeret Jiho pergi dari Sungai Han. Jiho kira, pria yang sedang menyeretnya ini tak mempunyai urat malu.

GOOD JOB | 97LINE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang