Seorang gadis sedang mengelilingi pasar yang ramai itu seorang diri, terkadang dirinya berhenti di beberapa kedai untuk membeli beberapa kebutuhan belanjaannya itu dan kembali menyusuri kedai demi kedai di sana.Sebenarnya untuk gadis seusianya, ia seharusnya bersekolah dan belajar dengan giat, namun karena tuntutan ekonomi sedari kecil ia tak pernah tersentuh oleh yang namanya pendidikan membuat dirinya sangat awam.
Namun untuk masalah hitung menghitung dan membaca ia sudah fasih dan hafal karena Ayahnya pernah mengajarinya dulu.
Setelah di rasa semuanya lengkap, ia pergi meninggalkan pasar itu, berjalan menuju jalan raya mencari kendaraan umum untuk mengantarnya pulang pagi ini.
Ia menaiki salah satu kendaraan umum dan segera mendudukkan dirinya sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan.
.
"Ini pak"
Ujar gadis itu menyodorkan beberapa lembaran uang kemudian berlalu pergi masuk ke arah rumahnya.Ketika membuka pintu keadaan rumah yang lengang menyambutnya, hal itu telah biasa ia rasakan karena ibu dan kakak tirinya pastinya masih bergelut dengan selimut di jam jam seperti ini.
Gadis itu segera membawa semua barang belanjaanya menuju dapur dan segera memasak semua bahan itu sebelum semua penghuni rumah terbangun.
Dengan lihai ia memotong, mengupas dan mengiris semua bahan masakannya dengan hati hati dan mulai menumisnya menjadi satu dan seterusnya.
Setelah selesai memasak ia lanjutkan untuk mencuci piring dan menyapu seluruh bagian rumah agar nantinya tidak menimbulkan masalah baru untuknya pagi ini
Tiba tiba ketika ia sedang sibuk menyapu halaman belakangnya suara teriakan yang sangat ia kenal memanggilnya.
"Elmira!"
Panggil Ibu tirinya dari arah dapur, tanpa pikir panjang ia meninggalkan semua pekerjaannya dan menuju ke arah suara itu.Ketika sampai di sana di lihatnya kakak tirinya sedang sarapan dengan pakaian sekolah yang sudah rapi, tak lupa dengan tatapan tajam Ibu tirinya yang melihatnya dengan wajah penuh amarah.
"Elmira kamu masak apa?"
Tanya ibu tirinya sambil mendekat ke arahnya dengan nada suara yang penuh penekanan"M-masak sayur bu"
Jawab Elmira dengan takut wajahnya tertunduk tak berani menatap mata ibu tirinya itu."Sayur? lalu uang belanja minggu lalu kamu bawa kemana!"
Tanya ibunya dengan nada tinggi, tangannya bersiap menampar pipi mulus Elmira namun entah kenapa ia urungkan."Jawab dong, kamu bawa kemana uangnya!"
Cetus kakak tirinya itu dengan nada mengintrogasi."Uang kemarin sudah habis."
Jawab Elmira dengan pelan takut perkataannya membuat emosi ibunya semakin meningkat."Habis?"
Tanya Ibunya tak percaya dengan jawaban yang di berikan Elmira barusan, ia menutup matanya dengan perlahan tak tau harus memberi hukuman apa lagi kepada anak titipan suaminya itu"Ngga mungkin bu, dia pasti bohong"
Bantahnya, sambil kembali memasukkan makanan ke mulutnya, padahal ia tak terlalu memusingkan soal makanan tapi entah kenapa ia sangat suka melihat adik tirinya itu di siksa oleh Ibunya."Nggak kak Eli jawab jujur"
Elaknya menungkas tuduhan atas dirinya, karena Ia memang mengatakan yang sebenarnya."Cukup!"
"Pokoknya aku ngga mau tau, besok kamu harus masak selain ini untuk kami!"
Terang ibu tirinya itu sambil menggenggam dagu kecil gadis itu dengan keras, matanya menatap tajam ke arah netra Elmira yang mulai tergenang air, kemudian ia berbalik dengan angkuh sambil menatap hina ke arahnya.
Gadis itu memilih segera berlari dari sana menuju ke halaman belakang, sambil mengusap matanya yang mulai berair.
***
"Ehh, mau kemana kamu!"
Langkah Elmira terhenti di sana, dengan ragu ragu ia membalikkan badannya dan melihat ibu tirinya yang sudah berdiri di hadapannya dengan tangan menyilang di dada.
"Makan Bu"
Wanita di hadapannya terlihat tersenyum lebar, senyuman yang memiliki arti lain di sana.
"Makan? Kau lihat itu."
Elmira mengikuti arah pandangan ibu tirinya ke arah kamar tidur, di sana terlihat pakaian yang menggunung seakan menunggunya untuk segera di bereskan.
"T-tapi"
"Kau membantahku?"
Nyali Elmira seketika menciut melihat tatapan ibu tirinya yang mulai terlihat menyeramkan, mau tak mau ia segera menganggukkan kepalanya setuju berusaha tak menghiraukan perutnya yang sudah mulai kembali terasa perih.
.
Pukul 2 siang pekerjaan itu sudah selesai ia kerjakan, dengan perasaan lega yang teramat sangat ia berjalan menuju dapur sambil memegang perutnya yang kelaparan berharap ada beberapa makanan sisa yang bisa ia makan di sana.
Ia tersenyum samar menatap makanan yang terlihat masih tersisa di atas meja, tanpa basa basi ia segera melahapnya sebelum Ibu dan kakak tirinya mengetahuinya.
"Elmira!"
Kunyahannya terhenti seketika, mendengar suara kakak tirinya yang tertangkap di pendengarannya, dengan cepat ia melahap habis makanan di piringnya kemudian beranjak meyusul ke kamar kakaknya itu.
"Iya Kak?"
Dengan wajah letih Elmira terlihat membuka pintu kamar, di lihatnya kakak tirinya yang sedang asyik bertandang di depan cermin, tanpa menoleh sama sekali ke arahnya gadis yang terlihat lebih tua 5 tahun darinya itu segera menunjuk ke arah ranjang, di sana terlihat sebuah kemeha hitam kusut yang harus Elmira setrika.
Elmira mendesah pelan kemudian mengambil pakaian itu dan membawanya ke ruangan sebelah, ia menyalakan alat setrika dan mulai menyusuri setiap lekuk kain pakaian itu dengan terampil.
"El, ambilkan sepatuku yang hijau!"
Teriakan dari kakaknya kembali ia dengar, ia segera beranjak dari sana menuju ke arah rak sepatu di sebelahnya dan membawakannya kembali ke kamar kakaknya, sampai di sana lagi lagi ia harus menuruti perkataan kakaknya untuk memakaikan sepatu itu ke kakinya.
"Ambilkan kemejaku"
Deg.
Matanya membulat seketika, ia segera berlari menuju kamar sebelah dan apa yang lihat berhasil membuatnya terperajat, dilihatnya kemeja hitam yang kakaknya inginkan itu sudah mengeluarkan asap di sana, dengan jantung yang mulai berdegup kencang Elmira mengangkat alat itu dan melihat kemeja itu sudah berlubang.
"Mana"
Suara di belakangnya semakin membuat tubuhnya bergetar, ia meruntuki kecerobohannya yang tidak mematikan setrika itu sebelum pergi.
"Elmira!"
Jerit gadis itu setelah melihat apa yang kini berada di genggamannya, kemeja kesayangannya rusak, ia menatap tak berkedip benda itu dan wajah Elmira bergantian dengan mulut sedikit terbuka.
Wajahnya perlahan mulai berubah
"Rasakan ini!"
"Akh!"
***
Tbc.Masih penulis amatir yang membutuhkan banyak kritik saran
KAMU SEDANG MEMBACA
Elmira
Random"Kenapa kau tidak langsung membunuhku saja?" Tanya seorang wanita sambil menatap netra gelap pria di hadapannya "Kau keberatan?" Balas pria itu yang mulai menunjukkan wajah marahnya --------------------------------------------------- Alrado Tomblins...