"Ssh, "
Elmira meringis tertahan ketika salep bening itu menyentuh kulitnya yang terkelupas, ia menggigit bibirnya pelan merasakan rasa perih yang teramat sangat pada kulit tangannya, sambil menahan agar tidak menangis ia beranjak dari sana, meletakkan obat itu di laci dan berjalan menuju jendela tak jauh darinya.
Luka itu ia dapatkan atas kecerobohannya siang ini, ini salahnya karena membiarkan pakaian kakak tirinya itu sampai rusak, namun yang membuat hatinya teriris adalah bagaimana ibu tirinya itu ikut memarahinya, mengeluarkan kata kata yang tidak seharusnya ia dengar.
"Dasar anak jalang, sudah beruntung kami mau menampungmu disini! Cuma di suruh nyetrika aja ngga becus!"
"Dasar binatang ngga berguna!"
"Seharusnya kamu susul aja indukmu itu mati!"
Luka bakar akibat terkena setrika itu masih terasa perih, apalagi dengan keadaan yang lumayan lebar pastinya ia akan kesulitan untuk berkegiatan nanti, namun rasa nyeri di dadanya justru lebih ia rasakan saat ini.
Elmira menarik nafas dalam dan menghembuskannya secara perlahan, ia mencoba untuk tak menampik ucapan ucapan yang terus terdengar berulang di telinganya, padahal ia sudah terbiasa mendapatkan cercaan seperti itu tapi kenapa kali ini rasanya lebih menyakitkan.
Beberapa saat ia termenung di sana, menatap ke taman belakang yang di hiasi beberapa tanaman bunga kesayangannya, andaikan Ibu kandungnya masih hidup, tentunya ia tak akan pernah mengalami perlakuan seperti ini. Beberapa saat Ia terdiam berdiri di sana sambil membayangkan masa masa indah yang pernah ia rasakan di hidupnya.
Hingga akhirnya Ia tersadar bahwa semuanya sudah berakhir, Ia tak akan pernah bisa kembali ke masa itu lagi, semuanya hanyalah tinggal ingatan belaka yang tersimpan di memori otaknya. Elmira tersenyum sambil menatap ke arah taman untuk terakhir kalinya kemudian ia berbalik beranjak dari sana, hari sudah mulai malam, dan ini waktunya untuk kembali ke aktivitas rutinnya selama ini.
.
.
.Malam ini seperti biasanya Elmira akan berdiam di ujung pintu, berdiri sambil menunggu kakak dan ibu tirinya itu menyelesaikan makan malamnya, berharap kedua wanita itu menyisakan sedikit makanan untuk ia makan malam ini, sesekali Elmira meneguk ludak menatap bagaimana mereka menyantap makanan di sana, jika di ijinkan ia ingin sekali ikut duduk di sana namun ia tahu semua itu hanya khayalannya saja.
"Lihat binatang itu sedang kelaparan Bu"
Elmira tahu siapa yang sedang di bicarakan oleh kedua wanita di sana, ia hanya menunduk pelan sambil berusaha menormalkan nafasnya agar tidak menangis karena hal itu hanya akan membuatnya semakin di permalukan di sini.
"Benarkah?"
Kini ibu tirinya terdengar berseru, Elmira seketika menegakkan kepalanya ketika melihat semua makanan yang tersisa di sana dicampurkan menjadi satu ke dalam mangkuk yang cukup besar, mereka terlihat tertawa keras sambil mengaduk aduk makanan itu hingga nampak sangat tidak layak untuk di makan, kakak tirinya itu juga terlihat menuangkan sisa air di gelasnya ke dalam mangkuk itu.
"Bagaimana? Sudah terlihat seperti makanan anjing kan?"
"Tentu saja,"
Tawa kedua wanita itu pecah, Elmira hanya berdiri mematung di sana menatap ke arah makanan yang sudah tidak bisa di makan itu dengan kepala yang menggeleng geleng tak percaya.
"Eli, ayo makan malam dulu"
Ujar kakaknya sambil menunjukan wajah mengejeknya tak lupa dengan ibunya yang mulai mendekat ke arah Elmira.
"Kenapa hm? Tak usah malu malu seperti itu, kami ikhlas kok"
Elmira menggeleng, tak mungkin ia memakan makanan itu malam ini, ibu tirinya segera mengambil mangkuk itu dan menaruhnya di lantai persis seperti bagaimana seseorang memberi makan peliharaan mereka.
"Makan!"
Kakak tirinya kini mulai membentaknya, rupanya sudah bosan bermain main dengan Elmira, ia segera berjalan mendekat ke arahnya dan menarik rambut Elmira ke ke mendekat.
"Tidak kak, Eli ngga mau"
Lirih Elmira, namun hal itu malah mengundang amarah dari ibu tirinya
"Apa?"
Wanita itu mendorong tubuh Elmira hingga jatuh tersungkur di sana, bersama dengan anaknya wanita itu menarik rambut Elmira, Ia tak dapat melawan ketika kedua wanita itu berhasil membuat wajah Elmira menyentuh makanan itu"Hahahaha!"
Wajah Elmira kini terlihat sangat kotor, tak puas sampai di situ kini kakak tirinya malah menuangkan seluruh makanan itu ke rambutnya hingga penampilan Elmira terlihat semakin kotor.
Setelah melakukan perbuatan tersebut, kedua wanita itu segera pergi, tak lupa dengan kakak tirinya yang tak henti hentinya medorong tubuhnya hingga jatuh terlentang.
Tes,
Air matanya turun tak terbendung lagi, perlahan bibirnya bergetar bersamaan dengan isak tangis yang keluar dari mulutnya, Ia tak mengerti kenapa mereka bisa sampai hati melakukan hal seperti ini padanya, padahal ia hanya ingin meminta makanan sisa itu, kenapa begitu susah untuk mereka membagikan makanan itu padanya.
Tak ingin berlama lama merenung di sana, Elmira segera membangkitkan tubuhnya pergi meninggalkan tempat yang menjadi saksi bisu bagaimana ia menerima perlakuan tak bermoral itu dari kakak dan ibu tirinya
***
"Benarkah? Berapa?"
"Tergantung dari gadis yang kau bawa."
Viona tersenyum lebar setelah memdengar jawaban dari seberang sana, ia memainkan rambut blonde berwarna ungu itu dengan mata yang berputar kesana kemari
"Aku yakin kau akan suka, " ujarnya yakin
"Baiklah, aku tunggu nanti malam"
Tutt.
Senyumannya semakin melebar ketika melihat gadis yang kini berada di pikirannya berjalan di hadapannya, ia memainkan ponselnya dengan senyum menyeringai dengan mata yang tak lepas dari tubuh gadis itu.
.
.
."Kita mau kemana Ibu"
Ujap Elmira saat ibu tirinya itu kini menyisir rambut coklatnya di depan cermin, hal yang pertama kali ia dapatkan dari wanita itu.
Hari ini tingkah ibu tirinya itu sangat berbeda dari biasanya, Elmira merasakan ada yang aneh pada wanita itu, pagi ini tiba tiba tiba saja wanita itu membiarkan Elmira sarapan bersama di meja makan, sore ini juga ibu tirinya itu menyuruhnya mandi lebih cepat dan memakaikannya pakaian mahal milik Kak Nelany yang sebelumnya tak pernah terbesit di pikirannya.
"Ayo, kita harus pergi sekarang"
Lamunannya buyar ketika Ibu tirinya menarik tangannya menuju keluar rumah, sebuah mobil taksi sudah menunggu di depan sana, membuat perasaan Elmira semakin bingung sekaligus was was dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"K-kita akan kemana?"
Elmira menarik tangannya dari cekalan ibu tirinya, perasaannya sudah tak enak sedaei tadi, ia dapat melihat wanita itu kini berusaha tetap terlihat tersenyum namun hal itu berarti lain di matanya.
"Sudah percaya padaku, aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang sangat indah"
Bodohnya Elmira justu terdiam dan membiarkan ibu tirinya itu menariknya masuk ke dalam mobil berwarna putih itu, setelah berada di dalam sana, kini Viona menurunkan kaca mobil di sebelahnya sambil tersenyum lebar.
"Katakan selamat tinggal pada rumah!"
Degg..
***
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Elmira
Разное"Kenapa kau tidak langsung membunuhku saja?" Tanya seorang wanita sambil menatap netra gelap pria di hadapannya "Kau keberatan?" Balas pria itu yang mulai menunjukkan wajah marahnya --------------------------------------------------- Alrado Tomblins...