"Bagaimana jika kau memulainya dengan-"
"Alasan, kau menjual tubuhmu di klub malam?"
Mendengar pertanyaan itu wajah Elmira sedikit tercengang, ia mengigit bibir bawahnya gugup memikirkan jawaban apa yang harus ia katakan.
"Eum, sudah malam, akan aku ambilkan makan malam dulu"
Belum sempat Elmira bangkit dari sana, tangan kanannya sudah terlebih dahulu di cekal oleh Alrado.
"Diam dan jawab sekarang"
Suruhnya penuh penekanan setelah menatap tajam mata Elmira beberapa saat, hal itu membuat wanita itu kembali meringsut sambil mengusap pergelangan tangan kanannya yang sudah terlepas.
Elmira menghela nafas panjang beberapa kali, walau bagaimanapun juga pria itu pasti akan mengetahui semuanya, ia juga tak berniat menyembunyikannya, untuk apa juga, batinnya.
"Saat itu aku di jual oleh ibuku, lebih tepatnya ibu tiriku"
Ujar Elmira membuat kedua bola mata Alrado melirik ke arahnya."Ck"
Alrado menatap rendah ke arah Elmira, ia sangat hapal dengan kelakuan seorang wanita di sekitarnya, wanita itu pasti berpura pura bernasib menyedihkan agar ia menaruh simpati kepadanya dan berhenti menyakitinya, namun satu sisi di hatinya entah kenapa kini malah penasaran dengan kebohongan yang di ciptakan oleh wanita itu
"Lalu?"
Satu alis Alrado terangkat, Elmira yang melihatnya ikut menaikkan alisnya dengan bingung.
"Ceritakan apapun!"
Tegasnya bersamaan dengan tubuhnya yang berputar ke arah Elmira, sambil bertopang dagu Alrado menatap mata Elmira samar samar akibat ruangan di sana yang gelap, hal itulah yang membuat Elmira tak tenang sedari tadi.
"Baiklah, tapi sebelumnya"
"Aku hidupkan lampu dulu, aku takut-""Pada siapa?"
Wajah Elmira yang awalnya terlihat meringis kini perlahan berubah terheran, mulutnya sedikit terbuka mendengar pertanyaan itu, namun belum sempat ia meluruskannya tubuh Alrado kini justru tiba tiba mendekat ke arahnya, hingga wajah mereka menjadi sangat dekat.
"Tak ada yang akan berani menyentuhmu jika ada aku"
Mata Elmira sedikit melebar menatap netra gelap pria di hadapannya, mereka terdiam dalam posisi tersebut beberapa saat.
"O-oke"
Bata Elmira sambil meluruskan tubuhnya seperti semula begitu pula Alrado yang kembali bertopang dagu dengan tatapan dingin yang tak lepas dari matanya, Elmira menarik nafas dalam berusaha menormalkan tubuhnya yang sempat tegang beberapa saat lalu sambil mengedipkan matanya beberapa kali.
Satu persatu kalimat keluar dari mulutnya, suara hujan menjadi pengiring cerita bagaimana ia menjalani kisah hidupnya, sedangkan pria di sebelahnya tetap tidak memperlihatkan ekspresi yang berarti.
.
.
."Ck"
"Kenapa kau tidak membunuhnya saja?"
"Ambil pisau dan tusuk kedua matanya,aku yakin wanita itu tak akan berani menyakitimu lagi"Alrado yang mulai emosi menatap tajam ke arah Elmira, sedari tadi rahangnya ikut mengeras mendengar semua pernyataan wanita di hadapannya, entahlah hal apa yang membuatnya kini bisa percaya dengan semua omong kosong wanita itu, ia ikut kesal dengan perasaannya sendiri
"Kita berbeda"
"Aku lebih memilih menahannya saja karena aku percaya, suatu saat nanti Tuhan akan memberikan balasan pada mereka"Elmira mengucapkan kalimat itu sambil tersenyum dan memeluk tubuhnya sendiri, udara dingin sedari tadi menusuk kulitnya yang hanya di balut oleh kaos biasa, sesekali ia terlihat menguap menahan kantuk yang sedari tadi menjemputnya untuk segera tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elmira
Random"Kenapa kau tidak langsung membunuhku saja?" Tanya seorang wanita sambil menatap netra gelap pria di hadapannya "Kau keberatan?" Balas pria itu yang mulai menunjukkan wajah marahnya --------------------------------------------------- Alrado Tomblins...