"Mbak Lala makan dulu ya. Mbak Nani tadi bawa makanan banyak. Ini Mbak Lala mau dibersihkan badannya? Ganti perbannya sama suster atau Mbak Nani aja? Hari ini Ibu lagi ada acara di Korea, Mbak. Jadi nggak bisa ke sini. Mbak Lala mau minum?"
Lala tersenyum mendengar suara Mbak Nani tidak berhenti bicara sejak masuk kamar tadi pagi.
Sebelum Bayu berangkat ke sekolah dan tante Vero harus ke Singapur untuk mengurus banyak hal, Mbak Nani sudah datang sejak subuh. Membawa makanan yang terlalu berlebihan. Sebenarnya Lala yakin bisa menghabiskan semuanya dan tidak akan ada larangan dari dokter, tapi bibirnya sangat perih sekarang, terlalu banyak yang sobek.
"Mbak, Lala mau pudding aja," katanya yang dikerjakan Mbak Nani dengan cepat. Mengatur meja di atas ranjang agar dirinya bisa makan dengan nyaman.
Terlalu berlebihan sebenarnya saat tantenya memberi kamar mewah hanya untuk luka ringan seperti ini. Ups! Tolong jangan sampai Bayu mendengarnya. Jika iya, Lala bisa dibuat menangis lagi seperti kemarin dan tadi pagi.
Ya, tadi pagi terulang. Bayu dengan wajah tegang memukul luka dan lebam di kakinya, membuat Lala kembali berteriak sakit dan menangis. Tapi laki-laki itu belum minta maaf, dan malah pergi ke sekolah.
"Mbak Lala berantem sama siapa toh kok sampai luka gini?" tanya Mbak Nani sambil mengoleskan obat di lebam Lala bagian pelipis.
Lala terkekeh kecil. "Sama dinosaurus Mbak."
Tanpa Lala duga, Mbak Nani justru tertawa. "Mbak Lala mirip Mas Bayu ya," katanya dengan wajah yang meneduh. Seperti mengingat kejadian di masa lalu, sekaligus membuat hati Lala menghangat mendengarnya.
"Mas Bayu itu nggak suka berantem atau cari masalah sama orang, tapi kalau sudah bermasalah pasti pulang-pulang bonyok," ujar Mbak Nani kali ini mengoleskan di kaki Lala. "Gitu tuh kalau ibu marah terus tanya berantem sama siapa, Mas Bayu pasti jawab berantem sama dinosaurus. Kalau nggak gitu ya dicium komodo."
Lala tertawa mendengar penuturan Mbak Nani.
"Mbak Lala mau makan apa lagi?" tanya Mbak Nani saat tahu dirinya sudah selesai dengan pudding. Lala ingin es krim. Dan Mbak Nani tidak mungkin membawa es krim.
Lala melihat jam di atas. Sudah waktunya Bayu pulang sekolah. Apa lebih baik titip saja? Tapi belum selesai Lala berpikir, pintu kamarnya sudah terbuka, dan Bayu muncul di baliknya. Dengan melepas sarung tangan, lalu meletakkan tas ransel ke bawah sembarangan, dan melepas jaket kulit hitamnya. Lala sempat terpesona saat Bayu menyentuh belakang kepala dan menjadikan rambut berantakan.
"Mbak, Bayu lapar nih," katanya menarik kursi di samping Lala, dan mengambil apel di meja.
Tidak melihat Lala sama sekali. Ada yang salah? Atau Bayu masih marah?
"Aku tadi mau titip es krim," kata Lala, dan Bayu tidak mendengarkan. Laki-laki itu malah sibuk mengunyah apel sambil berdiri, lalu menghampiri Mbak Nani. Lala diabaikan?
Hal itu membuat Lala tersenyum getir. Ada perasaan aneh saat dirinya mendapat pengabaian dari Bayu. Seperti sesak, namun lebih terasa perih.
Bayu menerima makanan dari Mbak Nani. Dia kembali ke kursi di samping Lala. Sedangkan Mbak Nani sedang membereskan meja kecil yang tadi dipakai Lala untuk makan. Kemudian Mbak Nani pamit untuk pergi keluar sebentar. Meninggalkan dia dan Bayu berdua. Dengan Lala yang diabaikan.
"Kok kamu cepet pulangnya?" tanya Lala mencoba membuka pembicaraan dengan Bayu.
"Iya."
Lala susah payah menelan ludah saat jawaban Bayu ala kadarnya saja. "Temen aku ada yang nanyain apa enggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayu Dan Lala (Completed)
Teen FictionGadis itu sangat mengagumkan. Suaranya, senyumnya, tatapannya, tingkahnya, semuanya membuat Bayu jatuh terpesona. Tentang Bayu yang mencinta, dan Lala yang merelakan... Mell, Oktober...