29

368 23 3
                                    

Demi apapun yang sudah terjadi dalam hidupnya, Bayu berjanji ini yang terakhir.

Dia tidak yakin apakah ini adalah keputusan baik atau tidak, tapi melakukan apa yang disarankan Lala memang tidak ada salahnya. Bayu akan belajar. Jika Lala sanggup, dia juga.

Dan jika dia bisa kembali menemui Lala, semua akan jauh lebih baik dari sekarang.

"Kamu yakin sama ini?"

Bayu tidak menjawab. Pertanyaan itu sudah diajukan mamanya lebih dari dua puluh kali. Dan jawaban Bayu masih sama.

"Bay..."

"Ma... Bayu nggak ngehindarin apapun. Ini cuma pengalihan," kata Bayu masih fokus dengan laptop di depannya. "Lagian ini juga buat ngurus perusahaan papa."

Bayu mendengar hembusan napas keras dari mamanya. "Kamu nggak mau di sini aja? Tinggal sama tante Tiffany."

Sesaat Bayu berhenti sibuk dengan laptopnya, melihat dan meneliti ekspresi mamanya. Tidak ada perasaan membuncah saat mamanya menyebut nama Tiffany. Tidak ada perasaan rindu atau sekedar ingin bertemy. Tidak ada. Semuanya terasa hambar dan biasa saja.

Meski tidak ada rasa marah lagi, tapi Bayu tetap merasa apa yang dikatakan mamanya adalah salah. Setidaknya atau seharusnya ada perasaan rindu pada Tiffany, tapi ini sama sekali tidak terasa.

"Jadi mama nggak seneng Bayu ikut mama? Bayu mesti ikut Mbak Nani aja gitu?"

Seulas senyum terbit di bibir mamanya, menimbulkan efek dasyat pada dirinya. Sebuah perasaan lega menyergap dirinya. Semuanya terasa benar hanya dengan melihat mamanya tersenyum.

"Mbak Nani katanya mau ikut mama," kata mamanya menyodorkan sepiring apel yang sudah dikupas.

Bayu mengambil satu dan melahapnya. "Yhahh udhah shhhh akhu hikhut mhamha shhh," ucap Bayu menahan apel di mulut dan air liur yang akan menetes.

"Di makan dulu, sayang..."

Kemudian Bayu melanjutkan kesibukkannya dengan laptop. Berusaha konsentrasi dengan apa yang ia kerjakan.

Namun suara manis dan lucu di belakangnya yang menyapa mama, membuat Bayu sepenuhnya berhenti beraktivitas dan berpikir. Dia memilih bangkit dari kursi dan melihat Lala.

"Hai, Kak..." sapa gadis itu berjalan mendekat dan mengambil tempat duduk di seberang Bayu. "Aku diundang makan siang, jadi ya aku mampir," kata Lala lagi.

Bayu kembali duduk, menyimpan apa yang ia kerjakan di laptop sebelum menutup laptopnya dan menggesernya jauh. Dia melihat mamanya memberikan apel pada Lala.

"Lala apa kabar?" tanya mamanya mengusap punggung tanga gadis itu.

Mata Bayu bertemu dengan mata Lala. Terlihat kesakitan di sana, tapi gadis itu berusaha menutupinya.

"Agak sakit sih tan, tapi udah mendingan," jawab Lala menampilkan senyum indah. Masih begitu indah untuk Bayu.

Bayu berdeham pelan. "Udah ke dokter? Kalau belum aku antar gimana?" tawarnya.

"Udah tadi sama eyang."

Kemudian Mbak Nani datang membawa makanan. Lala dengan sigap membantu Mbak Nani. Dan disaat Bayu sibuk memperhatikan Lala, dia merasa usapan lembut di punggung tangannya. Bayu melihat mamanya yang tersenyum lembut sambil menggeleng. Dia paham apa artinya, tapi hati Bayu menolak. Ada jawaban lain.

"Kalian harus bisa lebih dewasa dulu."

Kening Bayu mengerut dalam. Bingung dengan ucapan mamanya. Dia hendak bertanya, tapi Lala sudah kembali duduk di kursinya dengan senyum merekah, menciptakan percikan bunga api di sekitar Bayu.

Bayu Dan Lala (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang