Lala sudah membuka matanya sejak tadi, sudah terbangun sejak Bayu meninggalkannya dengan kemarahan, tapi enggan beranjak dari posisinya di ranjang. Terlalu takut untuk menghadapi kenyataan besar di hidupnya.
Semua kenyataan yang tidak pernah ia duga, terpampang di hadapannya. Bukan hanya tentang statusnya dengan Bayu yang sangat terlarang, namun juga statusnya dengan tante Vero. Sialan! Wanita itu adalah mama kandungnya, bukan lagi tante. Lala mencoba menutup mata lagi, berharap ini cuma mimpi.
Terdengar suara pintu terbuka, dia menoleh dan melihat eyang masuk dengan membawa nampan berisi makanan. Lala masih di rumah eyang.
Kejadian kemarin membuatnya ditahan di rumah, tanpa diijinkan bertemu siapapun dulu. Bahkan tante Vero. Uugh...
Kepala Lala berangsur nyeri mengingat kejadian kemarin. Dia mengingat semua kejadian yang sempat hilang dari ingatannya. Membuat semuanya nyata untuk terjadi. Lala memang bukan anak kandung orang tuanya, dia anak tante Vero. Meskipun belum tahu alasan kenapa bisa sampai bertukar orang tua, tapi dulu Lala merasakan kesakitan yang sama.
"Selamat pagi, sayang," sapa eyang mengambil tempat duduk di sebelah ranjangnya.
Lala masih diam, enggan menanggapi siapapun yang masuk ke kamarnya. Dia masih dalam keadaan terkejut, bingung, dan entahlah. Dia marah dengan semua orang yang mengganggu hidupnya. Merasa tidak adil dengan semua keadaan yang tercipta di sekitarnya.
"Eyang tau kamu sedang marah. Tapi kamu memang harus tau kebenarannya, sayang."
Lagi, Lala mengabaikan ucapan eyang. Sejak kemarin semuanya mengatakan hal yang sama. Lala harus tahu kebenaran tentang keluarga, Lala harus paham status orang tuanya, Lala harus bisa menerima keadaan, Lala harus-
Bullshit!
Lala tidak butuh semua itu. Lala tidak butuh semua penghancuran ini.
"Mama kamu, itu wanita paling kuat yang pernah eyang punya."
"Mama siapa yang eyang maksud?"
Lala sadar betul jika nada bicaranya ketus. Merasa lelah dengan semua pembahasan ini.
"Vero. Dia adalah mama kandung kamu," jawab eyang sambil mengusap lengan Lala. "Eyang yang bersalah di sini."
Lala enggan memperhatikan eyang. Sungguh. Pikirannya lelah dengan yang terjadi sejak kemarin.
"Mama kamu dulu sama kayak kamu kalau pacaran. Romantis, lucu, sama-sama perhatian, tapi Vero tidak bisa melihat kalau Juan itu tempramen."
Mau tidak mau Lala mendengarkan. Dia bangun dari tidur, mengambil nampan yang masih di pegang eyang. Tapi tidak memakannya.
"Eyang tidak mau menyetui hubungan mereka sejak Juan memukul Vero. Sekeras-kerasnya laki-laki, jika sudah berani memukul perempuan yang dicintai, itu salah."
Lala merasa lelah. Sungguh.
"Tapi Vero belum semandiri kamu. Eyang kakung juga melarang keras mama kamu. Tapi Vero berpikir lain, jadi dia pergi ke tempat yang salah. Dia ke diskotik, mengikuti arahan teman-temanya."
Bodoh. Lala bahkan sadar jika di usianya, masuk tempat seperti itu belum diperbolehkan. Meskipun dia sangat ingin mencobanya.
"Beberapa bulan setelah itu, Vero sering pulang malam, sering mabuk. Bahkan kami bingung bagaimana caranya media tidak mencium itu. Dan kakaknya, Vino, melakukan banyak hal untuk mama kamu."
Jadi ini cerita sejarah. Eyangnya berusaha mengubah pikirannya dengan menceritakan sejarah. Bagaimana mungkin semua akan berubah secepat yang diharapkan semua orang?

KAMU SEDANG MEMBACA
Bayu Dan Lala (Completed)
Novela JuvenilGadis itu sangat mengagumkan. Suaranya, senyumnya, tatapannya, tingkahnya, semuanya membuat Bayu jatuh terpesona. Tentang Bayu yang mencinta, dan Lala yang merelakan... Mell, Oktober...