Bayu melangkah lebar menuju kelas sebelas yang berada di belakang. Emosinya sudah meledak sejak dia memasuki area sekolah. Jika tadi ia berhasil diyakinkan Noval untuk mengikuti pelajaran terlebih dahulu, kali ini tidak. Noval dan Julian sudah bingung melihat temannya seperti kerasukan.
Beberapa temannya melihat bingung bercampur penasaran saat Bayu melewati depan kelas dengan wajah menakutkan, diikuti dua orang yang justru ketakutan.
Sungguh, Bayu ingin sekali menghabisi iblis wanita yang sudah melukai Lala. Namun ini juga bukan karna Lala, papanya ikut andil dalam menyulut emosi Bayu.
Entah siapa wanita yang tadi pagi papanya temui, tapi jelas itu bukan hal baik.
"Mau ke mana lo?" David berdiri tepat di hadapan Bayu bersama Devon. Saat itu juga terdengar hembusan napas lega dari Noval dan Julian.
Bayu tidak menjawab, dia berusaha menerobos kedua temannya, namun gagal. "Bay, lo tenang dulu," ucap Devon menahan pundak Bayu.
Lagi-lagi, Bayu enggan menghiraukan ucapan Devon. Semuanya tampak kacau di mata Bayu sekarang.
"Bay, tenang. Mending sekarang lo ke ruang kepala sekolah. Papa lo datang bawa pengacara."
Mendengar kalimat Julian yang selesai menerima telepon, Bayu berhenti, berbalik dengan cepat, dan berlari ke ruang kepala sekolah. Tidak boleh ada kekacauan di sekolah, tidak boleh ada yang sampai tahu tentang ini.
Jadi Bayu harus bisa menjadikan semuanya saat rahasia.
Ketika Bayu sampai di depan kantor kepala sekolah, dia melihat papanya dan tante Vero sedang berbicara dengan kepala sekolah dan dua orang yang tidak ia kenal. Orang pertama yang menyadari keberadaannya adalah tante Vero. Wanita itu tersenyum dan meraih tangannya.
Setelah mereka masuk ke dalam ruang kepala sekolah, Bayu mendengar banyak hal yang tidak ia mengerti tentang hukum. Namun ada satu poin yang ia dapatkan, jika hukuman pidana tidak bisa diterapkam untuk anak di bawah umur. Tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. Cih, menyebalkan.
"Kami akan merundingkan hukuman yang tepat untuk siswa kami, tapi kamu juga berharap masalah ini tidak sampai menyebar keluar," kalimat itu menyulut emosi Bayu melebihi apapun. Dia hampir berdiri, namun tangan tante Vero menahan lengannya.
Dan seolah menyadari ketidakpuasan Bayu, papanya mengusap punggungnya dengan sabar. "Tenang, Bay. Papa akan usahakan."
"Begini saja, Pak," Papanha beralih pada kepala sekolah. "Saya ingin anak-anak yang melakukan ini dikeluarkan dari sekolah-"
"Itu tetap nggak adil, Pa," sahut Bayu dingin.
"Dengan beberapa ketentuan yang akan di jelaskan pengacara saya," kata papa Bayu tanpa mendengar ucapan Bayu. "Kita sama-sama tidak ingin berita ini sampai keluar dan diketahui orang banyak. Jadi saya rasa penawaran saya patut dipertimbangkan sekolah. Karna ini menyangkut putri saya."
Bayu tidak peduli entah papanya menyebut Lala putrinya atau siapa. Tapi yang jelas, Bayu ingin kekasihnya itu tidak lagi terluka karna iblis di sekolah ini.
***
Sekarang, Bayu sedang duduk di kantin karna jam kosong mendadak. Guru-guru mengadakan rapat, dan Bayu tahu alasannya tapi dia pura-pura tidak paham. Emosinya sedikit mereda ketika kepala sekolah mempertimbangkan untuk mengeluarkan iblis wanita dari sekolah.
Setidaknya itu setimpal untuk Lala. Dia berjanji tidak akan ada polisi di sini, meskipun seperti itu, tetap saja sulit mengurus banyak hal dengan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayu Dan Lala (Completed)
Teen FictionGadis itu sangat mengagumkan. Suaranya, senyumnya, tatapannya, tingkahnya, semuanya membuat Bayu jatuh terpesona. Tentang Bayu yang mencinta, dan Lala yang merelakan... Mell, Oktober...