17

369 22 3
                                        

Ini seperti neraka dunia yang memang harus Bayu hadapi. Dia berdiri di dalam ruang IGD, di depan tirai warna hijau yang menutupi Lala dan juga perawat. Tangannya dingin sejak menemukan Lala di tempat pembuangan sampah sekolah dengan keadaan pingsan dan lebam di wajah.

Tidak habis pikir kenapa gadisnya bisa di sana tanpa Laura. Sebelumnya, Lala tidak mau pulang bersama karena beralasan akan pergi dengan Laura. Dan perasaan Bayu mengatakan Lala berbohong.

Tepat bukan sekarang. Sangat bagus saat Bayu bertanya pada Laura, dan mendapat jawaban, 'Aku nggak tau, Kak.'

Bayu menoleh saat melihat tante Vero masuk dengan tergesa. Wanita itu segera menghampiri Bayu dengan wajah panik bercampur marah.

"Gimana keadaan Lala?" tanya tante Vero masih mencoba menahan kakinya agar tidak menyerbu ke balik tirai.

Bayu bingung harus menjawab bagaimana. Saat dia membawa Lala ke rumah sakit, tubuh gadisnya banyak lebam, bibirnya bahkan berdarah, yang terparah, seragamnya robek. Dia sama paniknya dengan tante Vero, tapi juga tidak mungkin dia menunjukkannya saat sekarang.

"Dokter belum keluar sejak tadi," jawabnya masih mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri.

Lalu ponsel Bayu berdering. Dia melihat ke layar, ada panggilan dari Mamanya. Bayu mengangkat panggilannya.

"Halo, sayang kamu kok belum pulang?"

Benar. Bayu lupa memberitahu orang rumah jika ia sedang di rumah sakit. Dia juga butuh Mamanya atau Mbak Nani sekarang.

"Bayu di rumah sakit," jawabnya melihat perawat keluar dari tirai. "Lala kecelakaan, Ma."

"Eh, kok bisa? Di rumah sakit mana? Mama ke sana sekarang!"

"Ma, nanti Bayu kirim lokasi aja lewat chat. Dokternya udah keluar. Dah Ma."

Bayu mematikan panggilannya dan menghampiri dokter yang mengikuti keluar di belakang suster. Tante Vero sudah terlebih dulu menghampiri, memberondong dokter maupun suster dengan banyak pertanyaan.

"Pasien stabil, hanya luka luar saja. Alat vitalnya dalam keadaan baik."

Bayu merasa sedikit bernapas lega. Dia memilih melewati dokter untuk masuk ke tempat Lala. Gadisnya sudah berganti pakaian dengan baju ala rumah sakit, mirip seperti baju tidur gadis itu biasanya, atasan dan celana putih dengan motif bunga warna biru.

Bayu menarik kursi di samping ranjang, menumpuhkan tangan pada besi ranjang, tanpa berniat menyentuh Lala. Dia hanya meneliti wajah Lala yang terdapat lebam di pipi, seperti bekas tamparan. Bibir Lala robek di bagian sudut, dan luka di pelipis. Pergelangan tangannya membiru, dan ada goresan seperti bekas cakaran.

Parah.

"Bayu," suara tante Vero membuatnya mengalihkan pandangan. "Tante urus administrasinya dulu. Lala harus menginap," katanya yang dibalas Bayu dengan anggukan saja.

Setelah tante Vero keluar, Bayu menyentuh tangan Lala, mengusap pelan bagian yang lebam, berharap akan kembali seperti semula, meskipun tidak mungkin.

"Aku pastiin hal kayak gini nggak akan terjadi lagi, sayang..."

***

Hari itu adalah hari terburuk bagi Lala, rasa cemburu yang menyulut emosinya membuat dirinya sendiri jatuh. Jika Lala sayang dengan Bayu, hal seperti kemarin tidak akan terjadi, hanya karena rasa cemburu.

Sekarang sudah jam dua dini hari. Lala baru sadar dari rasa sakit yang tadi sore menyiksanya secara fisik. Baru kali ini Lala merasakan sakit yang nyata daripada keseleo saat menari.

Bayu Dan Lala (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang