12

426 28 0
                                    

Ketika aku tidak bisa melihatmu, seluruh tubuhku berteriak marah. Memaksa seluruh organ dalam tubuh bekerja di luar kehendak. Pikiranku menjadi berat saat di dalamnya adalah dirimu namun tak mampu melihatmu ataupun mendengar suaramu.

Seluruh tenagaku lenyap melihatmu enggan memandangku, mengabaikanku.

Duniaku ada di tanganmu. Beraninya kau mengabaikanku. Tapi, aku juga tidak mampu melawanmu.

***

Bayu berlari masuk ke dalam rumah meninggalkan teman-temannya yang juga ikut pulang ke rumah. Mengabaikan teriakan Mbak Nani yang bertanya ingin makan siang apa. Tapi kakinya berhenti ketika suara Mamanya memanggil.

"Gimana tadi sayang? Lancar?" Bayu melihat temannya memberi salam pada Mamanya.

Julian yang paling bahagia. "Doain lancar ya Tante. Nanti agak ngerepotin dikit gitu," katanya sambil menggaruk belakang leher.

Setelah mengobrol sedikit lama, teman-temannya naik ke lantai dua, ke kamarnya. Bayu sendiri memilih mengganti baju dulu sebelum ikut bergabung ke balkon.

Melihat Vera menyerbu David, Bayu mengeryitkan kening. Kamar kos Lala ramai dengan teman-temannya, tapi gadis itu sendiri tidak terlihat.

"Kak Bayu, sstt!"

Bayu menoleh pada Keisha. Menatap gadis itu bingung karena terkikik pelan dengan teman Lala yang lain.

"Lala di dalem, ngambek," kata Keisha sambil berbisik.

Bayu segera melompati balkon dan masuk ke ruang tengah kos Lala. Dari tempatnya Bayu bisa melihat punggung Lala kaku, diam di depan kulkas yang terbuka. Bayu mendekat dengan cepat, berhenti dengan jarak yang sangat dekat dengan Lala.

Gadis itu sedang mengambil cola. Bayu tersenyum kecil. "Aku udah bilang nggak bisa minum cola," katanya pelan. Bayu bisa melihat Lala sedikit berjingkat kaget. Tangan gadis itu mengerat di botol cola, tapi sebentar, setelah itu mengambil lagi sekotak susu vanila.

Lala berbalik melewatinya tanpa ekspresi. Napas Bayu tertahan mendapatkan pengabaian dari gadis itu, dadanya terasa sesak, dan kepalanya mendadak pusing.

Dia mengikuti Lala. "La, kok tumben rame gini?" tanyanya yang tidak mendapat jawaban dari Lala. Dada Bayu terasa makin diperas sesak.

Bayu makin mendekat pada Lala. Menyentuh pergelangan tangan gadis itu lembut, takut-takut Lala akan melepaskannya paksa. "Sini deh," katanya menarik tangan Lala pelan hingga gadis itu berbalik ke arahnya.

"Aku sama anak-anak lagi jadi sales beberapa minggu ini. Bantuin Julian cari murid buat les privatnya. Sama cari job buat manggung."

Bayu merasa harus mengatakan itu semua. Dia dan Lala sudah tiga minggu berangkat dan pulang sekolah bersama, mereka sering meluangkan waktu untuk mengobrol. Lala juga sudah bisa merebut hati Mama dan Mbak Nani dalam sekejap. Bayu memberikan harapan besar bagi gadis itu, sangat salah bila dia mengabaikan marahnya Lala.

Tapi Bayu kembali dibuat sesak ketika Lala melepas genggamanya. "Iya," hanya itu. Hanya satu kata itu dan senyum kecil yang terkesan dipaksa oleh Lala.

"Kamu marah?" Bayu mencoba meringankan keadaan dengan tersenyum jahil. Tapi Lala justru menghilangkan senyum yang kecil itu. Bayu kembali tersiksa.

Bayu Dan Lala (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang