Aku baru menyadari jika ada yang lebih nikmat dari pada bermain gitar. Dan itu adalah tawamu.
***
"Aku sayang kamu, La."Tubuh Lala membeku mendengar suara Bayu begitu dalam saat mengatakan itu. Dirinya seolah terbang ke atas awan, lalu terjun bebas di antara bunga-bunga. Ya Tuhan... Kini seperti bunga api meletup di atas kepalanya, bersama sensasi kupu-kupu terbang. Perutnya melilit bukan karena sakit tapi karena sensasi aneh dari kalimat Bayu.
"Kak," Lala mencoba melepaskan pelukan Bayu. Dan laki-laki itu melepaskannya, matanya menatapnya dengan intens, memberikan senyuman yang Lala sendiri bingung dengan maksudnya.
"Aku nggak bisa nunggu sampai pesta topeng besok," kata Bayu kembali meletakkan keningnya di bahu Lala. "Aku nggak mau kamu salah paham, La."
"Salah paham tentang apa?" tanya Lala menyentuh rambut Bayu. Baginya, tidak ada yang harus disalahpahami. Dia hanya sedikit kesal karena tidak tahu apa yang Bayu lakukan. Itu membuatnya khawatir.
"Semuanya. Aku udah mau bilang ke kamu, tapi mereka bilang tunggu momen yang tepat biar romantis. Dan lihat? Kamu-"
Bayu tidak melanjutkan kalimatnya. Membuat Lala penasaran. "Aku kenapa?" tanyanya memainkan rambut Bayu.
"Kamu lucu kalau lagi ngambek kayak tadi," kata Bayu makin membuatnya melayang.
Lala terkikik pelan. "Jadi mending aku ngambek aja ya?"
Bayu ikut tertawa pelan dengan melingkarkan tangannya di pinggang Lala. Lagi. Membuat Lala merasa terlindungi. Entah kenapa pelukan Bayu sekarang memberinya rasa nyaman. Err... Baiklah, sebelum dia tidak pernah dipeluk siapapun. Bayu yang pertama.
"Tapi janji kalau ngambek bilang ya," kata Bayu mengangkat wajahnya dan melihatnya.
Lala memiringkan kepalanya, melihat Bayu dengan sangsi. "Nggak ada orang ngambek itu bilang-bilang. Yang ada diem aja," dan kini Bayu kembali tertawa. Lebih banyak lagi menghangatkan hati Lala.
"Kalau gitu jangan ngambek. Aku lebih seneng kamu teriak ke aku, mukul aku, atau apapun yang bikin kesel kamu hilang. Setuju?"
"Jelas enggak."
"Lala."
"Bayu," Lala menyentuh pipi Bayu. Meminta perhatian lebih. "Aku nggak akan pernah marah lagi sama kamu."
Tangan Lala diambil oleh Bayu, hatinya menghangat seketika saat Bayu mencium telapak tangannya. Menciptakan semakin banyak bunga api.
"Mau jadi pacar? Mungkin aja besok bisa jadi istri juga," Bayu mencoba menggodanya. Lihat aja ekspresi jahilnya, tapi itu makin membuat Lala meleleh.
Lala mengangguk pelan. "Tapi nggak mau ke sekolah naik Toothless."
Jika selama ini Lala tidak bisa merasakan bagaimana rasanya disayangi, maka lainnya hal dengan sekarang. Dia merasa terlalu banyak mendapatkan rasa sayang itu dari Bayu. Hanya sedikit ungkapan sayang, dan jutaan penyesalan dari laki-laki itu membuat Lala enggan menjauh. Dia ingin membawa rasa ini selamanya.
"Aku nggak punya motor lain selain Toothless," kata Bayu memberi jarak pada mereka. Laki-laki itu kemudian menggeser Lala dan maju ke cucian piring.
Lala tidak merasa ada yang salah sebenarnya, hanya dia malas setiap hari membawa celana dan rok untuk sekolah. Tapi jika memang keadaan tidak mendukung.
"Gimana kalau naik angkot aja?" godanya pada Bayu yang sekarang sedang menggantikan pekerjaannya mencuci piring. Terlihat sangat mempesona dari samping, dengan keringat di pelipisnya. Lala melihat ke atas, AC ruangan tengahnya tidak ia nyalakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/164769374-288-k916089.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayu Dan Lala (Completed)
Teen FictionGadis itu sangat mengagumkan. Suaranya, senyumnya, tatapannya, tingkahnya, semuanya membuat Bayu jatuh terpesona. Tentang Bayu yang mencinta, dan Lala yang merelakan... Mell, Oktober...