8

490 38 0
                                    

Karena untuk semua yang diyakini baik akan selalu berakhir baik. Jika memang buruk, Tuhan akan menunjukkan bahwa hal itu memang buruk.

Begitu halnya Mbak Nani yang melihat jika tidak ada yang perlu dipermasalahkan antara Bayu dan teman barunya. Yang sayangnya adalah seorang gadis. Mbak Nani memang merasa tidak asing saat melihat wajah Lala, tapi Mbak Nani juga merasa jika gadis itu tidak memiliki niat buruk pada Bayu. Hal yang sama juga ia rasakan pada Bayu.

Anak laki-lakinya itu masih merajuk. Tidur tengkurap di sofa menutupi kepalanya dengan bantal. Menolak berpindah tempat. Mungkin juga sudah tertidur.

Mbak Nani menekuk lututnya untuk duduk di karpet berbulu, tepat di samping Diva. Mereka sedang berada di ruang keluarga. Keluarga yang menurut Mbak Nani kurang bahagia.

"Bu, maaf sebelumnya. Saya nggak bermaksud ikut campur," Mbak Nani membuka obrolan dengan sangat hati-hati. Takut-takut Diva akan marah juga padanya.

"Kamu mau bela Bayu juga?"

Lihat 'kan? Baru juga dirinya membuka obrolan nada bicara Diva sudah sinis padanya.

Mbak Nani menautkan kedua tangannya di atas paha. Menarik napas pelan, memikirkan kalimat apa yang tepat.

"Bu, Mbak Lala itu baik dan-"

"Saya tau, Nani. Yang saya takutkan itu justru Bayu."

Mbak Nani menutup mulutnya karena Diva menyela sebelum diriny selesai bicara.

"Mas Bayu nggak mungkin ada niat buruk Bu," kata Mbak Nani melihat ekspresi Diva yang lesu. Apa yang ditakutkan Diva juga ia takutkan.

Bayu masih remaja, lebih spontan bertindak. Jika dilarang sedikit akan merajuk, seperti sekarang. Dan tidak dapat menahan nafsunya.

"Kasih pengertian Bu biar Mas Bayu nggak keluar jalur."

Diva sedikit menunduk agar lebih dekat dengan Mbak Nani. "Saya biarin Bayu, tapi kalau ada yang salah, saya juga akan salahin kamu."

Tanpa berkata lagi, Diva bangkit, meninggalkan Mbak Nani di tempat.

Mungkin suatu saat akan ada yang jatuh. Entah Bayu atau dirinya. Tapi jika Bayu yang terjatuh, dia akan mengusahakan semuanya agar anak laki-laki yang dia anggap sebagai anaknya sendiri itu tidak akan merasakan sakit.

Jadi dengan sedikit keberanian, Mbak Nani bangun dari duduknya, berpindah ke ruang tamu. Dia kembali duduk di karpet berbulu, tepat di samping kepala Bayu yang tertutup bantal.

"Mas, ini udah hampir malam. Mbak Lala harus makan," dua kalimat pelan yang Mbak Nani keluarkan nyatanya lebih ampuh membangunkan Bayu daripada ocehan marah Diva.

Bocah itu segera berdiri, berlari cepat untuk menaiki tangga menuju kamarnya. Mbak Nani lebih memilih berjalan ke dapur, menyiapkan makan malam untuk Bayu dan juga Diva. Mungkin juga Lala.

***

Lala baru saja keluar dari kamar mandi ketika merasakan nyeri lagi di perutnya. Dengan menguncir rambutnya, Lala menuju ruang tengah. Dia duduk di sofa sambil melihat cheesecake berlogo Pablo yang dikirimkan tantenya lewat ojek.

Lala sendiri heran kenapa justru tantenya yang lebih perhatian padanya daripada orang tuanya sendiri. Orang tuanya justru memilih mengurus bisnis keluarga yang diwariskan kakeknya. Menitipkan dirinya pada tantenya.

Dengan tidak ingin membebani tantenya, Lala memilih untuk tinggal di kos. Dengan alasan akan lebih dekat dengan sekolah. Dan lihat lagi, tantenya dengan susah payah mencarikan sekolah yang bagus di Jakarta, bahkan juga tempat tinggal yang jauh dari kata kos sebenarnya.

Bayu Dan Lala (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang