21

369 24 2
                                    

Lala membantu Mbak Nani memasak untuk makan siang di rumah Bayu. Dia menuruti perintah tante Vero dan Bayu untuk masuk besok. Menambah libur sehari meskipun dia sudah sembuh.

Dia heran kenapa keempat temannya tidak menghubunginya sama sekali. Memang dia jarang memegang ponsel saat sakit. Bayu membuatnya enggan mengalihkan perhatian. Bahkan rasanya kurang.

"Mbak, Papanya Bayu kok nggak pernah keliatan ya?" tanya Lala masih fokus pada ayam bumbu merahnya.

"Kerja di luar negeri, Mbak La."

"Bayu jarang cerita gitu sih," kata Lala mengambil sedikit bumbu merah, meniupnya, dan meletakkannya di telapak. Sepertinya kurang asin. "Mbak Nani coba deh ini, kayaknya kurang asin deh..."

Lala memberi ruang pada Mbak Nani untuk mencoba rasa ayam bumbu merahnya. Dia melihat ekspresi Mbak Nani saat mencicipi ayam bumbu merahnya.

"Enak kok Mbak. Segini aja," kata Mbak Nani sambil tersenyum. "Mbak Lala pinter masak ya..."

Lala merasa wajahnya panas, malu dengan ungkapan Mbak Nani.

"Mbak Nani 'kan yang kasih resep tadi."

Mbak Nani tertawa pelan, mengusap lengan Lala, memberikan Lala tatapan teduh layaknya ibu pada anak. "Mbak La sayang sama Mas Bayu 'kan?"

Lala memiringkan kepalanya, bingung dengan pertanyaan yang jawabannya sudah sangat jelas. "Iya dong, Mbak. Kalau enggak mana mungkin Lala mau di sini sama Mbak Nani."

"Makasih ya, Mbak..."

Lagi, Lala merasa bingung. Untuk apa ucapan terima kasih itu? Dan daripada memendamnya, Lala memilih mengungkapkannya.

"Makasih buat apa, Mbak? Lala 'kan nggak ngapa- ngapain," kata Lala sambil mematikan kompor. Mengambil serbet untuk mengangkat wajan, menuangkan ayam bumbu merahnya di piring saji.

"Sayang sama Mas Bayu. Mbak Nani seneng banget bisa lihat Mas Bayu ceria," Lala memindahkan wajan dari tangannya ke tempat cuci piring.

Tidak menanggapi lebih lanjut ucapan Mbak Nani. Baginya, Bayu sudah terlihat bahagia bahkan sebelum bersamanya.

Setelah semua siap, Lala membantu Mbak Nani memindahkan masakan yang sudah siap ke meja makan. Merasa kenyang melihat begitu banyak makanan hanya untuk makan siang.

Dan seperti mengerti pikiran Lala, Mbak Nani berbicara. "Di rumah, Mas Bayu biasanya bawa teman-temannya jadi harus masak banyak. Kalau nggak habis biasanya buat makan malam kok, Mbak La."

Lala mengangguk-angguk kecil. Kemudian ponselnya berdering, ada panggilan dari Bayu. Lala tersenyum girang dan menerima panggilan itu.

"Halo, Darl..."

"Semangat banget. Lagi di mana?" kata Bayu terdengar sama riangnya.

"Di rumah kamu. Baru selesai bantuin Mbak Nani masak," Lala bisa mendengar suara berisik di seberang sana. Bayu sedang berbicara dengan yang lain, entah siapa. Tapi kemudian suara berisik di seberang ikut masuk ke dalam rumah. Membuatnya terdengar nyata.

Lala membulatka matanya meluhat Bayu masuk diikuti delapan orang lainnya. Membuat rumah tiba-tiba sangat ramai.

Keempat teman Bayu dan keempat temannya datang seperti rombongan yang menimbulkan suara berisik, namun membuat atmosfer ruangan menjadi sangat menyenangkan. Kaki Lala menjadi sangat ringan untuk berlari pada keempat temannya.

"Lala!!!"

"Apa kabar?"

"Gila gila gila, lo sakitnya lama banget!"

Bayu Dan Lala (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang